
Produksi Nikel Terus Naik, RI Bisa Saingi China di 2025

Jakarta, CNBC Indonesia- Massifnya dorongan untuk mempercepat industri mobil listrik diperkirakan mendorong permintaan nikel dunia hingga 4,6% pada 2025. Permintaan ini akan terus naik sampai 2030 mendatang.
Mengutip laporan DBS Group Research, lengkapnya adalah laju pertumbuhan majemuk tahunan produksi bijih nikel dunia diperkirakan mencapai 4,1% pada 2025. Pertumbuhan terutama akan terjadi di dua negara penghasil nikel utama di Asia, yakni Indonesia dan Filipina, serta Kaledonia Baru di Oceania. Peningkatan produksi negara-negara itu terutama terdiri atas laterit.
Dari sisi pasokan, nikel terus tumbuh mencapai 4,6% setiap tahun dalam masa 2018-2025. Dalam waktu tersebut, perubahan paling menonjol dalam gambaran pasokan dunia adalah peningkatan sumbangan dari Indonesia, sementara sumbangan Cina menurun.
"Pada saat ini, Indonesia hanya menyumbang 12% terhadap pasokan nikel -yang telah diproses- dan Cina sebesar 33%. Diperkirakan terjadi pergeseran, 27% untuk Indonesia dan 29% untuk Cina pada 2025," tulis laporan tersebut, Kamis (26/9/2019).
Namun, seiring dengan naiknya pertumbuhan mobil listrik dan kebutuhan baterai, DBS juga mewaspadai adanya defisit pasokan mulai 2022 dan tahun berikutnya. Akibatnya, harga nikel kemungkinan meningkat secara terus menerus sejak 2025 hingga mencapai 19.000 dolar AS/ton.
"Kami memiliki pandangan positif terhadap nikel meskipun ada antisipasi pertumbuhan pasokan jangka pendek. Harga nikel, yang stabil, akan mendorong produsen baterai beralih ke baterai bermuatan tinggi nikel," tulis laporan.
![]() |
(gus/gus) Next Article Genjot Mobil Listrik & 31 Smelter, Cadangan Nikel RI Cukup?