Pak Jokowi, Indonesia Bisa Jadi Pemenang Perang Dagang

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 September 2019 13:18
India dan Indonesia bisa jadi menenang perang dagang
Foto: Preskon Jokowi RUU KPK
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia danĀ  India bisa jadi negara yang paling diuntungkan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Ini dikarenakan kedua negara memiliki memiliki jumlah populasi yang besar dan tren demografi yang menguntungkan.

Populasi India diperkirakan melampaui China pada tahun 2030, dengan rata-rata umur penduduk 30 tahun berbanding 40 tahun di China, 47 tahun di Korea Selatan, dan 51 tahun di Jepang.
Sementara populasi Indonesia akan berada di rata-rata 31 tahun, menurut perkiraan populasi PBB.

Hal ini jelas membuat kedua negara berpotensi untuk mengubah ledakan demografisnya menjadi mesin permintaan domestik, sembari memposisikan diri sebagai alternatif bagi China untuk manufaktur padat karya.


Akibat perang dagang, impor China telah menurun tajam hampir 5% sepanjang tahun ini. Hal ini telah meredam pendapatan ekspor regional.

Meski begitu, laporan Financial Times menyebut kemampuan kedua negara untuk menggantikan ekspor China ke AS juga terbatas karena bobot manufaktur China yang besar. China menyumbang seperlima dari output manufaktur dunia.

Oleh karenanya, langkah India melakukan pemotongan pajak perusahaan yang signifikan pada hari Jumat lalu bisa jadi jurus ampuh untuk menghadapi masalah ini. Upaya ini efektif membuka pintu bisnis baru dan menarik para investor.


Sementara itu, Indonesia memiliki upaya yang lebih besar dibandingkan upaya pemotongan pajak. Indonesia telah mengumumkan rencana lima tahun yang ambisius untuk menghabiskan setara dengan sekitar 40% dari PDB tahunannya untuk infrastruktur.

Hal ini diperkirakan akan bisa memacu pertumbuhan ekonomi negara. Pembangunan infrastruktur akan menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Selain itu, investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) juga bisa berguna untuk keberhasilan kedua negara. Terutama dengan pendanaan jangka panjang yang menunjukkan kepercayaan eksternal terhadap prospek ekonomi suatu negara.

Investasi ini juga penting bagi keberhasilan India dan Indonesia untuk menyerap kelebihan pasokan tenaga kerja dan menutup kesenjangan pembiayaan. Meski demikian, India sekarang ini hanya menarik masuk 0,6% FDI dari seluruh PDB sementara Indonesia hanya mengelola 1%.

Pada awal 2000-an, ketika China berada pada tahap perkembangan yang sama, China berhasil menarik 2,5% FDI.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Uji Posisi RI di Tengah 'Panas-Dingin' Hubungan AS-China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular