
Duh! 1 Pabrik China yang Pindah ke RI Ternyata Dipaksa
Suhendra, CNBC Indonesia
20 September 2019 15:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu pabrik tekstil dari China merelokasi pabrik ke Indonesia. Kabar ini memang menggembirakan, tapi bila ditelaah lebih lanjut, ada persoalan yang kurang menggembirakan soal relokasi pabrik asal China tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan pabrik tersebut skalanya sangat besar. Nilai investasinya mencapai US$200 juta atau sekitar Rp2,8 triliun. Namun, investornya komplain soal harga tanah yang mahal di Indonesia dan mereka relokasi karena terpaksa.
"Relokasinya sudah berlangsung sebulan lalu di Kendal, Jawa Tengah. Mereka sudah beli lahan. Termasuk pemain besar di pemintalan, pencelupan, dan garmen," kata Ade kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/9).
Ade mengatakan perusahaan China tersebut harus relokasi ke Indonesia karena faktor pertimbangan mitra bisnisnya di Indonesia. Selama ini perusahaan China tersebut memasok kain ke perusahaan garmen kepada dua pemain besar di Indonesia.
"Mereka ada kontrak dengan garmen dari sini, dengan dua raksasa di sini, dipaksa oleh buyer-nya yang di sini. Kalau nggak dipaksa, ya nggak mau masuk dia," katanya.
Menurutnya, masuknya satu pabrik asal China memang kabar baik, di tengah sentimen negatif dari laporan Bank Dunia, bahwa pada 2018-2019 dari 33 perusahaan China yang relokasi, tak satu pun pilih Indonesia. Sebanyak 23 pabrik China lebih memilih memindahkan alat produksi mereka ke Vietnam, dan sisanya ke negara lain.
"Relokasi dari China yang ke Kendal ini harusnya termasuk laporan dari Bank Dunia, cuma Bank Dunia nggak update," katanya.
Ade Sudrajat sudah menyampaikan ke Presiden Jokowi ihwal relokasi satu pabrik tekstil China tersebut. Ia juga melaporkan ke Jokowi bahwa investor China komplain soal harga tanah yang terlalu mahal di Indonesia.
"...Ada satu masuk ke Indonesia dan mereka menyampaikan komplain mereka masalah tanah, harga tanah terlalu tinggi dan sebagainya," kata Ade saat menceritakan isi pertemuan dengan Presiden Jokowi awal pekan ini.
Menurut Ade, apa yang disampaikan terkait komplain itu sudah diterima Jokowi. "Beliau sangat mengerti hal tersebut," kata Ade.
(hoi/hoi) Next Article Industri Tekstil Sedang Jadi Sorotan, Masih Sunset?
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan pabrik tersebut skalanya sangat besar. Nilai investasinya mencapai US$200 juta atau sekitar Rp2,8 triliun. Namun, investornya komplain soal harga tanah yang mahal di Indonesia dan mereka relokasi karena terpaksa.
Ade mengatakan perusahaan China tersebut harus relokasi ke Indonesia karena faktor pertimbangan mitra bisnisnya di Indonesia. Selama ini perusahaan China tersebut memasok kain ke perusahaan garmen kepada dua pemain besar di Indonesia.
"Mereka ada kontrak dengan garmen dari sini, dengan dua raksasa di sini, dipaksa oleh buyer-nya yang di sini. Kalau nggak dipaksa, ya nggak mau masuk dia," katanya.
Menurutnya, masuknya satu pabrik asal China memang kabar baik, di tengah sentimen negatif dari laporan Bank Dunia, bahwa pada 2018-2019 dari 33 perusahaan China yang relokasi, tak satu pun pilih Indonesia. Sebanyak 23 pabrik China lebih memilih memindahkan alat produksi mereka ke Vietnam, dan sisanya ke negara lain.
"Relokasi dari China yang ke Kendal ini harusnya termasuk laporan dari Bank Dunia, cuma Bank Dunia nggak update," katanya.
Ade Sudrajat sudah menyampaikan ke Presiden Jokowi ihwal relokasi satu pabrik tekstil China tersebut. Ia juga melaporkan ke Jokowi bahwa investor China komplain soal harga tanah yang terlalu mahal di Indonesia.
"...Ada satu masuk ke Indonesia dan mereka menyampaikan komplain mereka masalah tanah, harga tanah terlalu tinggi dan sebagainya," kata Ade saat menceritakan isi pertemuan dengan Presiden Jokowi awal pekan ini.
Menurut Ade, apa yang disampaikan terkait komplain itu sudah diterima Jokowi. "Beliau sangat mengerti hal tersebut," kata Ade.
(hoi/hoi) Next Article Industri Tekstil Sedang Jadi Sorotan, Masih Sunset?
Most Popular