
Benarkah Orang Malas Ambil KPR Gegara Bunga Tinggi?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 September 2019 14:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan rasio Loan to Value (LTV) di sektor properti. Kenaikan LTV yang menyebabkan rendahnya uang muka alias down payment (DP) diharapkan mampu menggenjot penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Namun, ada pandangan bahwa DP yang rendah belum tentu mendorong permintaan KPR. Pasalnya, DP boleh turun tetapi bunga KPR yang tinggi menyebabkan angsuran bulanan selangit.
Mengutip data Suku Bunda Dasar Kredit (SBDK) keluaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata suku bunga KPR pada Mei 2019 adalah 8,9%. Turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 8,94%.
Meski turun, tetapi angka ini lebih tinggi ketimbang di sejumlah negara tetangga. Bunga KPR di Vietnam adalah 8,85%, Thailand 5,72%, Malaysia 4,53%, dan Singapura 2,5%.
Namun apakah bunga tinggi itu menyurutkan minat masyarakat untuk mengambil KPR?
Melihat data OJK, penyaluran KPR tumbuh fluktuatif pada periode Juli 2018-Mei 2019. Pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi terjadi pada Desember lalu yang mencapai 1,61%. Sementara penyaluran kredit dari Desember 2018 ke Januari 2019 justru melambat 0,01%.
Walau bunga KPR Indonesia tergolong mahal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, tingginya bunga KPR ternyata tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan penyaluran kredit KPR. Hal itu ditunjukkan dengan nilai R2 yang kecil yang mengindikasikan bahwa besaran bunga KPR pada periode Juli 2018-2019 tidak berdampak besar terhadap pertumbuhan penyaluran kredit KPR.
Mungkin salah satu faktor yang juga mempengaruhi fenomena tersebut adalah harga properti residensial di Indonesia. Menurut survei harga properti residensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia, kenaikan harga properti di Indonesia sejak kuartal III 2018 tumbuh melambat.
Kalau dilihat kasus per kasus, mungkin ada benarnya suku bunga tinggi membuat orang tidak berani mengambil KPR. Namun kalau melihat secara keseluruhan. ternyata suku bunga tidak signifikan mempengaruhi permintaan.
Menurut survei BI, suku bunga hanya satu faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang membeli rumah. Selain itu ada isu daya beli yang rendah, harga rumah yang memang sudah mahal, perizinan yang berbelit-belit, dan persoalan lahan.
Mungkin empat faktor itu yang lebih mempengaruhi perlambatan pertumbuhan harga properti hunian. Sebab kalau suku bunga saja, ternyata dampaknya tidak signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Pengembang Titip Pesan ke Bank: Bunga KPR Bikin Rendah Dong!
Namun, ada pandangan bahwa DP yang rendah belum tentu mendorong permintaan KPR. Pasalnya, DP boleh turun tetapi bunga KPR yang tinggi menyebabkan angsuran bulanan selangit.
Mengutip data Suku Bunda Dasar Kredit (SBDK) keluaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata suku bunga KPR pada Mei 2019 adalah 8,9%. Turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 8,94%.
Namun apakah bunga tinggi itu menyurutkan minat masyarakat untuk mengambil KPR?
Melihat data OJK, penyaluran KPR tumbuh fluktuatif pada periode Juli 2018-Mei 2019. Pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi terjadi pada Desember lalu yang mencapai 1,61%. Sementara penyaluran kredit dari Desember 2018 ke Januari 2019 justru melambat 0,01%.
Walau bunga KPR Indonesia tergolong mahal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, tingginya bunga KPR ternyata tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan penyaluran kredit KPR. Hal itu ditunjukkan dengan nilai R2 yang kecil yang mengindikasikan bahwa besaran bunga KPR pada periode Juli 2018-2019 tidak berdampak besar terhadap pertumbuhan penyaluran kredit KPR.
![]() |
Mungkin salah satu faktor yang juga mempengaruhi fenomena tersebut adalah harga properti residensial di Indonesia. Menurut survei harga properti residensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia, kenaikan harga properti di Indonesia sejak kuartal III 2018 tumbuh melambat.
Kalau dilihat kasus per kasus, mungkin ada benarnya suku bunga tinggi membuat orang tidak berani mengambil KPR. Namun kalau melihat secara keseluruhan. ternyata suku bunga tidak signifikan mempengaruhi permintaan.
Menurut survei BI, suku bunga hanya satu faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang membeli rumah. Selain itu ada isu daya beli yang rendah, harga rumah yang memang sudah mahal, perizinan yang berbelit-belit, dan persoalan lahan.
Mungkin empat faktor itu yang lebih mempengaruhi perlambatan pertumbuhan harga properti hunian. Sebab kalau suku bunga saja, ternyata dampaknya tidak signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Pengembang Titip Pesan ke Bank: Bunga KPR Bikin Rendah Dong!
Most Popular