
Pedagang: Daging Brasil Murah Rp10 Ribu/Kg dari Australia
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
19 September 2019 18:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memutuskan impor 30.000 ton daging asal Brasil. Ketua Asosiasi Perdagangan Daging Indonesia (APDI) Asnawi membeberkan dampak kebijakan itu terhadap industri daging nasional.
Ia menyebutkan, 30.000 ton daging ini tidak langsung didatangkan dalam waktu dekat ini, tetapi bertahap dilakukan. Dengan masuknya daging Brasil, dia bilang akan tercipta persaingan baru.
Pasar tidak hanya dihadapkan dengan pilihan daging lokal, tetapi juga kompetisi daging impor ikut berlaga. Selain daging Brasil, pemain lamanya adalah Spanyol, India, Selandia Baru, dan Australia.
"Dalam hal ini terjadi kompetisi yang sehat. Di sisi lain jika kita sebagai pelaku usaha kuliner restoran cafe dan sebagainya, kita bisa membeli memilih dan memilah daripada impor daging yang dimasukkan ke Indonesia sebagai bahan baku olahan mereka, untuk dimasak dan lain sebagainya, untuk rendang dan sebagainya," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (18/9).
Artinya, yang tadinya pasar Indonesia hanya terfokus dan pusatnya hanya Australia dan New Zealand, sekarang ini bisa memilah dan memilih sesuai dengan kebutuhan dan harga yang dipasok itu sendiri.
"Dari keadaan seperti ini dampak dari pada itu tidak terlalu besar terhadap pengaruh daging Australia maupun produk hasil industri daging dalam negeri itu sendiri," urainya.
Ia juga membocorkan kemungkinan tambahan impor daging dari Brasil menjadi 50.000 ton. Maka, menurutnya persaingan kian menarik.
"Itu kan ada daging kerbau dari India terus daging sapi dari Australia, Selandia Baru, dan Spanyol, sekarang masuk lagi ada dari Brasil. Kalau dilihat dari sisi perbedaan harganya yang sangat mencolok itu adalah posisi daging kerbau," tuturnya.
Dia menyebut, ada disparitas harga yang sangat jauh. Disparitas harga antara daging kerbau India dengan daging sapi dari Australia bisa mencapai di antara Rp 20.000-30.000 per kg.
"Begitu juga untuk antara sapi dari Brasil dengan daging sapi dari Australia itu disparitas harga di posisi level antara 5.000 - 10.000. Jadi lebih mahal Australia ketimbang Brasil," katanya.
Bagaimana jika dibandingkan dengan daging lokal?
Ia bilang, daging lokal memiliki ciri khas yang tersendiri. Daging lokal memiliki segmentasi tersendiri dalam pasar.
"Segmentasi pasar kita ada dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Dalam kaitan segmentasi untuk pasar daging lokal itu adalah pasar tradisional," ungkapnya.
Pada tahun 2017-2018, dia pernah meriset dengan hasil yang menunjukkan karakter konsumsi masyarakat di pasar tradisional. Dikatakan, masyarakat selalu berkeinginan membeli daging fresh, tidak beku.
"Kenapa, kami ingin masak sekarang ya kenapa harus beli daging frozen. Untuk segmentasi ini maka dominasi pasar tradisional di dominasi oleh sapi-sapi siap potong yang tadi malam disembelih dijual di pagi harinya," katanya.
"Nah orientasi terkait daging daging impor itu tidak begitu berdampak di pasar tradisional. Jika kita gelontorkan kita jual dalam keadaan beku, konsumen tidak akan menyentuh," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Pengusaha Mencium Ada Intervensi Politik di Kebijakan Daging
Ia menyebutkan, 30.000 ton daging ini tidak langsung didatangkan dalam waktu dekat ini, tetapi bertahap dilakukan. Dengan masuknya daging Brasil, dia bilang akan tercipta persaingan baru.
Pasar tidak hanya dihadapkan dengan pilihan daging lokal, tetapi juga kompetisi daging impor ikut berlaga. Selain daging Brasil, pemain lamanya adalah Spanyol, India, Selandia Baru, dan Australia.
"Dalam hal ini terjadi kompetisi yang sehat. Di sisi lain jika kita sebagai pelaku usaha kuliner restoran cafe dan sebagainya, kita bisa membeli memilih dan memilah daripada impor daging yang dimasukkan ke Indonesia sebagai bahan baku olahan mereka, untuk dimasak dan lain sebagainya, untuk rendang dan sebagainya," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (18/9).
Artinya, yang tadinya pasar Indonesia hanya terfokus dan pusatnya hanya Australia dan New Zealand, sekarang ini bisa memilah dan memilih sesuai dengan kebutuhan dan harga yang dipasok itu sendiri.
"Dari keadaan seperti ini dampak dari pada itu tidak terlalu besar terhadap pengaruh daging Australia maupun produk hasil industri daging dalam negeri itu sendiri," urainya.
Ia juga membocorkan kemungkinan tambahan impor daging dari Brasil menjadi 50.000 ton. Maka, menurutnya persaingan kian menarik.
"Itu kan ada daging kerbau dari India terus daging sapi dari Australia, Selandia Baru, dan Spanyol, sekarang masuk lagi ada dari Brasil. Kalau dilihat dari sisi perbedaan harganya yang sangat mencolok itu adalah posisi daging kerbau," tuturnya.
Dia menyebut, ada disparitas harga yang sangat jauh. Disparitas harga antara daging kerbau India dengan daging sapi dari Australia bisa mencapai di antara Rp 20.000-30.000 per kg.
"Begitu juga untuk antara sapi dari Brasil dengan daging sapi dari Australia itu disparitas harga di posisi level antara 5.000 - 10.000. Jadi lebih mahal Australia ketimbang Brasil," katanya.
Bagaimana jika dibandingkan dengan daging lokal?
Ia bilang, daging lokal memiliki ciri khas yang tersendiri. Daging lokal memiliki segmentasi tersendiri dalam pasar.
"Segmentasi pasar kita ada dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Dalam kaitan segmentasi untuk pasar daging lokal itu adalah pasar tradisional," ungkapnya.
Pada tahun 2017-2018, dia pernah meriset dengan hasil yang menunjukkan karakter konsumsi masyarakat di pasar tradisional. Dikatakan, masyarakat selalu berkeinginan membeli daging fresh, tidak beku.
"Kenapa, kami ingin masak sekarang ya kenapa harus beli daging frozen. Untuk segmentasi ini maka dominasi pasar tradisional di dominasi oleh sapi-sapi siap potong yang tadi malam disembelih dijual di pagi harinya," katanya.
"Nah orientasi terkait daging daging impor itu tidak begitu berdampak di pasar tradisional. Jika kita gelontorkan kita jual dalam keadaan beku, konsumen tidak akan menyentuh," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Pengusaha Mencium Ada Intervensi Politik di Kebijakan Daging
Most Popular