
INTERNASIONAL
Minyak Saudi Diserang, Panasnya AS-Iran & Perang Teluk III
Wangi Sinintya Mangkuto & Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
16 September 2019 08:13

Iran Membantah
Sementara itu, Iran membantah keras tudingan AS. Melalui Twitternya, Menteri luar Negeri Iran Javad Zarif juga menyerang balik AS.
Dikatakannya setelah gagal menekan Iran melalui sanksi, AS ingin memfitnah Iran. Sebelumnya karena proyek nuklir Iran menerima sanksi perdagangan oleh AS yang menyebabkan jatuhnya penjualan minyak negara tersebut.
"Menyalahkan Iran tidak akan mengakhiri bencana. Menerima proposal kami pada untuk mengakhiri perang & memulai pembicaraan mungkin (menyelesaikan masalah)," kata Zarif.
Kekhawatiran Perang Teluk III
Memanasnya situasi di Teluk membuat ketakutan kembali akan memanasnya wilayah ini. Bahkan sebagian pihak mengkhawatirkan akan adanya "Perang Teluk III" di wilayah ini.
Kekhawatiran atas pecahnya pertempuran antara pasukan Iran dan Amerika di Teluk itu hidup kembali pasca AS menuding Iran terkait keterlibatan pada serangan di pusat minyak Arab Saudi. Kelompok pemberontak Houthi dikabarkan Reuters mendapat dukungan finansial dari Iran.
"Pernyataan seperti itu ... lebih seperti direncanakan oleh intelijen dan organisasi rahasia untuk merusak reputasi suatu negara dan menciptakan kerangka kerja untuk tindakan di masa depan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi.
Mousavi juga mengatakan pihaknya siap berperang penuh untuk melawan tuduhan AS. "Semua pangkalan Amerika dan kapal induk mereka dalam jarak hingga 2.000 kilometer di sekitar Iran, (mereka) berada dalam jangkauan rudal kami," kata kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip Komandan Amirali Hajizadeh.
Harga minyak melonjak lebih dari 10% setelah serangan drone. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 10,4% atau sekitar US$ 5,72 menjadi US$ 60,57 per barel. Sementara minyak mentah Brent melonjak 11,8% atau sekitar US$ 7,09 menjadi US$ 67,31.
(sef/sef)
Sementara itu, Iran membantah keras tudingan AS. Melalui Twitternya, Menteri luar Negeri Iran Javad Zarif juga menyerang balik AS.
Dikatakannya setelah gagal menekan Iran melalui sanksi, AS ingin memfitnah Iran. Sebelumnya karena proyek nuklir Iran menerima sanksi perdagangan oleh AS yang menyebabkan jatuhnya penjualan minyak negara tersebut.
Kekhawatiran Perang Teluk III
Memanasnya situasi di Teluk membuat ketakutan kembali akan memanasnya wilayah ini. Bahkan sebagian pihak mengkhawatirkan akan adanya "Perang Teluk III" di wilayah ini.
Kekhawatiran atas pecahnya pertempuran antara pasukan Iran dan Amerika di Teluk itu hidup kembali pasca AS menuding Iran terkait keterlibatan pada serangan di pusat minyak Arab Saudi. Kelompok pemberontak Houthi dikabarkan Reuters mendapat dukungan finansial dari Iran.
"Pernyataan seperti itu ... lebih seperti direncanakan oleh intelijen dan organisasi rahasia untuk merusak reputasi suatu negara dan menciptakan kerangka kerja untuk tindakan di masa depan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi.
Mousavi juga mengatakan pihaknya siap berperang penuh untuk melawan tuduhan AS. "Semua pangkalan Amerika dan kapal induk mereka dalam jarak hingga 2.000 kilometer di sekitar Iran, (mereka) berada dalam jangkauan rudal kami," kata kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip Komandan Amirali Hajizadeh.
Harga minyak melonjak lebih dari 10% setelah serangan drone. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 10,4% atau sekitar US$ 5,72 menjadi US$ 60,57 per barel. Sementara minyak mentah Brent melonjak 11,8% atau sekitar US$ 7,09 menjadi US$ 67,31.
(sef/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular