Pekerja memperbaiki saluran pipa yang rusak akibat serangan drone di fasilitas minyak Saudi Aramco di Khurais, Arab Saudi, (20/9/2019). Sepekan lalu, fasilitas kilang minyak Aramco diserang dengan rudal yang diangkut oleh pesawat nirawak (drone), yang diduga berasal dari Iran. (REUTERS / Hamad l Mohammed)
Pekerjaan perbaikan sedang berlangsung di kedua lokasi yang terdampak, disekitarnya terdapat crane untuk menahan fasilitas penampungan minyak yang terbakar. Pekerja bekerja selama 24 jam. (REUTERS/Stephen Kalin)
Sejumlah spheroid, yang digunakan untuk memisahkan minyak dari unsur-unsur lain yang terkandung dalam minyak mentah, dikelilingi oleh perancah dan memiliki lubang selebar dua meter di kubah. (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Khalid Buraik, wakil presiden Saudi Aramco untuk operasi minyak wilayah selatan, mengatakan 15 menara dan fasilitas telah dihantam serangan tersebut, tetapi ditargetkan akan kembali kapasitas produksi penuh pada akhir September. (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Manajer umum Aramco, Fahad Abdulkareem, mengatakan, saat serangan ada 200 sampai 300 pekerja di dalam fasilitas minyak. Beruntung tak ada satu pun yang menjadi korban. (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Serangan terhadap fasilitas minyak Saudi pada akhir pekan lalu, tidak hanya menghancurkan setengah dari produksi Arab Saudi. Tapi juga menghilangkan hampir semua kapasitas cadangan yang tersedia untuk mengkompensasi gangguan besar dalam pasokan minyak di di dunia. (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Serangan itu mengurangi 5,7 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah Saudi, atau lebih dari 5% dari pasokan dunia. Termasuk, membatasi kemampuan Arab Saudi untuk menggunakan lebih dari 2 juta bph kapasitas produksi minyak cadangan yang dimilikinya untuk keadaan darurat. (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Pemberontak Houthi Yaman mengaku berada di belakang serangan ini dan mengaku bertanggung jawab atas serangan terbesar di negara tersebut. (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Serangan Sepekan lalu, bukanlah serangan yang pertama. Kilang pengolahan minyak Abqaiq sebelumnya pernah diserang oleh militan Al-Qaida di 2006. (REUTERS/Hamad l Mohammed)