Internasional

Minyak Saudi Diserang, Panasnya AS-Iran & Perang Teluk III

Wangi Sinintya Mangkuto & Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
16 September 2019 08:13
Minyak Saudi Diserang, Panasnya AS-Iran & Perang Teluk III
Foto: Kebakaran di sebuah perusahaan minyak Aramco akibat serangan pesawat tak berawak oleh kelompok Houthi Yaman-Iran di Buqayq, Arab Saudi (14/9/2019). (Social Media/ via Reuters)
Jakarta, CNBC Indonesia- Akhir pekan lalu, merupakan hari yang kelam bagi industri minyak Arab Saudi. Negara yang pendapatannya masih sangat bergantung pada minyak ini mendapat hantaman besar dengan serangan kelompok pemberontak yang meledakkan dua area penting dalam produksi minyak negara tersebut.

Sekitar 10 drone menyerang salah satu ladang minyak terbesar Arab Saudi di Hijra Khurais dan fasilitas kilang minyak mentah di dunia di Abqaiq. Serangan dilakukan Sabtu pagi sekitar pukul 04.00 waktu setempat.

Fasilitas Khurais yang berjarak 250 kilometer dari Dhahran, menjadi lokasi ladang minyak utama. Sedangkan fasilitas Abqaiq yang berlokasi 60 kilometer sebelah barat daya kantor utama Aramco di Dhahran, merupakan lokasi pabrik pengolahan minyak terbesar milik Saudi Aramco.


Tingkat kerusakan dari serangan itu juga tidak diketahui secara pasti. Lantaran pihak keamanan dan pemerintah melarang jurnalis untuk berada dekat lokasi kejadian.

Namun yang pasti, serangan ini memaksa negara kerajaan itu memangkas produksi minyaknya hingga 50%. Paslanya karena serangan yang terjadi, 5,7 juta barel produksi minyak mentah per hari dipastikan hilang.


Pemberontak Houthi Yaman mengaku berada di belakang serangan ini dan mengaku bertanggung jawab atas serangan terbesar di negara tersebut. Sebelumnya Houthi berada di belakang serangkaian serangan terhadap pipa, tanker, dan infrastruktur Arab Saudi lainnya dalam beberapa tahun terakhir.

Namun sayangnya, pengakuan ini tidak serta merta diamini. Amerika Serikat menyerang Iran terkait serangan pada ladang minyak Saudi Aramco, Arab Saudi.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas penting di negara kaya minyak tersebut.

"Teheran berada di balik hampir 100 serangan terhadap Arab Saudi sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi. Di tengah semua seruan untuk de-eskalasi, Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia," ujar Pompeo dalam Twitter-nya.

"Tidak ada bukti serangan datang dari Yaman,".

Ia pun meminta semua negara di dunia untuk mengutuk serangan tersebut. Bahkan ditegaskannya, AS akan bermitra dengan sekutunya untuk memastikan pasar energi tetap bisa dipasok dan meminta pertanggungjawaban Iran atas apa yang ia sebut "agresi" ini.

BERLANJUT KE HAL 2
Iran Membantah

Sementara itu, Iran membantah keras tudingan AS. Melalui Twitternya, Menteri luar Negeri Iran Javad Zarif juga menyerang balik AS.

Dikatakannya setelah gagal menekan Iran melalui sanksi, AS ingin memfitnah Iran. Sebelumnya karena proyek nuklir Iran menerima sanksi perdagangan oleh AS yang menyebabkan jatuhnya penjualan minyak negara tersebut.

"Menyalahkan Iran tidak akan mengakhiri bencana. Menerima proposal kami pada untuk mengakhiri perang & memulai pembicaraan mungkin (menyelesaikan masalah)," kata Zarif.

Kekhawatiran Perang Teluk III

Memanasnya situasi di Teluk membuat ketakutan kembali akan memanasnya wilayah ini. Bahkan sebagian pihak mengkhawatirkan akan adanya "Perang Teluk III" di wilayah ini. 

Kekhawatiran atas pecahnya pertempuran antara pasukan Iran dan Amerika di Teluk itu hidup kembali pasca AS menuding Iran terkait keterlibatan pada serangan di pusat minyak Arab Saudi. Kelompok pemberontak Houthi dikabarkan Reuters mendapat dukungan finansial dari Iran.

"Pernyataan seperti itu ... lebih seperti direncanakan oleh intelijen dan organisasi rahasia untuk merusak reputasi suatu negara dan menciptakan kerangka kerja untuk tindakan di masa depan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi.

Mousavi juga mengatakan pihaknya siap berperang penuh untuk melawan tuduhan AS. "Semua pangkalan Amerika dan kapal induk mereka dalam jarak hingga 2.000 kilometer di sekitar Iran, (mereka) berada dalam jangkauan rudal kami," kata kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip Komandan Amirali Hajizadeh.

Harga minyak melonjak lebih dari 10% setelah serangan drone. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 10,4% atau sekitar US$ 5,72 menjadi US$ 60,57 per barel. Sementara minyak mentah Brent melonjak 11,8% atau sekitar US$ 7,09 menjadi US$ 67,31.


[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular