
Internasional
Ribut Soal Tarif Baja dan Aluminium, India & AS Kini Nego
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
11 September 2019 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia- India sedang dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) untuk menerapkan kembali aturan Generalised System of Preferences (GSP), untuk bersama-sama menarik kembali perselisihan mereka di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Kedua negara juga dikabarkan membahas penghapusan tarif yang lebih tinggi pada baja dan aluminium yang telah diterapkan oleh Washington. Itu dilakukan karena kedua negara sedang berupaya menyelesaikan masalah dalam hubungan perdagangan bilateral mereka.
"Kami telah mendiskusikan banyak isu dengan AS seperti penerapan kembali GSP, dan pencabutan tarif Section 232 mereka dan pajak pembalasan kami," kata seorang pejabat. Kedua negara telah melakukan pembicaraan untuk meluruskan perbedaan mereka, yang dimulai tahun lalu saat AS menerapkan bea masuk tambahan 10% pada produk aluminium dan 25% pada baja.
India saat itu membalas dengan menerapkan tarif pada 28 produk yang diekspor dari AS. Balasan itu diberlakukan pada 16 Juni, yang kemudian dijadikan alasan oleh AS untuk dipermasalahkan di WTO. Pembicaraan itu menjadi kacau saat AS memutuskan untuk menarik insentif senilai US$ 6,3 miliar terhadap ekspor india yang diperoleh di bawah aturan GSP pada 5 Juni.
Sebulan setelahnya, Perdana Menteri Narendra Modi menyambangi AS untuk menghadiri Sidang Umum PBB.
Menurut laporan India Times, Menteri Perdagangan India Piyush Goyal juga diperkirakan akan mengunjungi AS dalam waktu dekat. Beberapa pejabat mengatakan bahwa dampak ekonomi dari penarikan GSP di ekspor India tidaklah besar, namun masalah ini memiliki implikasi strategi jangka panjang dan tidak boleh menjadi pemecah kesepakatan.
"Dampak ekonomi GSP tidaklah besar dan industri tidak sedih dengan penarikan ini tapi ini punya dampak pada hubungan bilateral kami. Beberapa sektor telah merugi dan masalah ini tidak boleh jadi batu sandungan," kata pejabat itu. Argentina, Liberia, dan Myanmar adalah beberapa negara yang telah mendapatakan kembali hak spesialnya dari AS setelah mereka membuat kemajuan besar yang membuktikan mereka layak mendapatkannya.
(sef/sef) Next Article Rekor Investasi RI, Hingga China Menang Atas AS di WTO
"Kami telah mendiskusikan banyak isu dengan AS seperti penerapan kembali GSP, dan pencabutan tarif Section 232 mereka dan pajak pembalasan kami," kata seorang pejabat. Kedua negara telah melakukan pembicaraan untuk meluruskan perbedaan mereka, yang dimulai tahun lalu saat AS menerapkan bea masuk tambahan 10% pada produk aluminium dan 25% pada baja.
India saat itu membalas dengan menerapkan tarif pada 28 produk yang diekspor dari AS. Balasan itu diberlakukan pada 16 Juni, yang kemudian dijadikan alasan oleh AS untuk dipermasalahkan di WTO. Pembicaraan itu menjadi kacau saat AS memutuskan untuk menarik insentif senilai US$ 6,3 miliar terhadap ekspor india yang diperoleh di bawah aturan GSP pada 5 Juni.
Sebulan setelahnya, Perdana Menteri Narendra Modi menyambangi AS untuk menghadiri Sidang Umum PBB.
Menurut laporan India Times, Menteri Perdagangan India Piyush Goyal juga diperkirakan akan mengunjungi AS dalam waktu dekat. Beberapa pejabat mengatakan bahwa dampak ekonomi dari penarikan GSP di ekspor India tidaklah besar, namun masalah ini memiliki implikasi strategi jangka panjang dan tidak boleh menjadi pemecah kesepakatan.
"Dampak ekonomi GSP tidaklah besar dan industri tidak sedih dengan penarikan ini tapi ini punya dampak pada hubungan bilateral kami. Beberapa sektor telah merugi dan masalah ini tidak boleh jadi batu sandungan," kata pejabat itu. Argentina, Liberia, dan Myanmar adalah beberapa negara yang telah mendapatakan kembali hak spesialnya dari AS setelah mereka membuat kemajuan besar yang membuktikan mereka layak mendapatkannya.
(sef/sef) Next Article Rekor Investasi RI, Hingga China Menang Atas AS di WTO
Most Popular