Selain Saikawa, Ini Dia 5 Besar Skandal Para CEO Dunia

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
10 September 2019 13:12
Selain Saikawa, Ini Dia 5 Besar Skandal Para CEO Dunia
Foto: CEO Nissan Hiroto Saikawa menghadiri konferensi pers saat merilis pendapatan kuartal pertama di kantor pusat perusahaan di Yokohama, Jepang 25 Juli 2019. REUTERS / Issei Kato

Jakarta, CNBC Indonesia - Skandal korporasi bisa berdampak pada citra publik atas sebuah perusahaan. Terkadang, CEO perusahaan tersebut malah menjadi pusat dari skandal yang terjadi.

Skandal gaji CEO Nissan Motor Co Ltd (NML) Hiroto Saikawa misalnya. Ia terbukti bersalah pada perusahaan karena menerima gaji terlalu tinggi dengan memalsukan dokumen kompensasi terkait bonus.

Akibatnya, ia resmi mengundurkan diri dari Nissan Motor. Pengunduran resminya akan efektif 16 September nanti. Namun kasus yang melanda perusahaan pembuat mobil terbesar kedua ini, bukan kasus pertama, yang melibatkan CEO perusahaan global itu.

Selain Saikawa, sejumlah skandal juga terjadi di perusahaan lain. Berikut 5 besar skandal para CEO yang dihimpun CNBC Indonesia berdasarkan lama Europeanceo, Selasa (10/9/2019).


Ion Musk, Tesla

Pada Agustus 2018, Musk menggunakan Twitter untuk membeberkan bahwa Tesla memiliki dukungan kuat dari investor untuk melakukan perdagangan saham dengan nilai US$ 420 per saham. Namun sayangnya, apa yang ia lakukan membawa kemarahan Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS (SEC).

SEC mengatakan cuitan Musk menyesatkan. Bahkan SEC mengatakan tweet Musk merupakan "gangguan pasar yang signifikan".

Musk dan Tesla akhirnya didenda US$ 40 juta. Untuk menyelesaikan masalah ini, Musk juga setuju mengundurkan diri sebagai pemimpin perusahaan dan menunjuk pengacara internal untuk memeriksa Twitternya.


Meski berniat mundur, tapi Musk tidak benar-benar mundur. Pada Februari 2019 Musk berurusan lagi dengan SEC karena cuitannya terkait tambahan produksi 500 ribu mobil pada perusahaan tersebut.

SEC menilai dirinya melanggar ketentuan dan meminta hakim menahan CEO Tesla tersebut di pengadilan. Namun pada Maret, melalui pengacaranya, Musk menyangkal tuduhan tersebut.

Carlos Ghosn, Nissan

Skandal Saikawa bukan yang pertama kali terjadi di Nissan motor. CEO sebelumnya Carlos Ghosn juga terjerat kasus yang sama.

Meski dianggap penyelamat perusahaan dan berhasil menyatukan aliansi Renault-Nissan-Mitsubisi, lelaki kelahiran Brazil ini dipaksa keluar pada November 2018. Ia pun ditangkap di Jepang atas tuduhan pelanggaran keuangan.

Ghosn menghadapi tiga dakwaan terpisah. Dua dakwaan berkaitan dengan dugaan menyembunyikan sekitar US$ 80 juta (Rp 1,1 triliun) pendapatan dari dokumen resmi kepada pemegang saham.

Tuduhan ketiga yaitu, ia berusaha untuk mentransfer kerugian pribadinya kepada Nissan dan membayar kontrak di Saudi yang memberikan jaminan padanya menggunakan dana perusahaan.

[Gambas:Video CNBC]



BERSAMBUNG KE HAL 2

John Stumpf, Wells Fargo

Wells Fargo adalah salah satu perusahaan keuangan besar. perusahaan ini menuai kontroversi di 2016 setelah terbukti jutaan akun palsu sudah dibuat atas nama nasabah bank.

Bank ini pun setuju membayar US$ 815 juta akibat insiden ini. Hal ini pun membuat CEO nya John Stumpf dipaksa mundur setelah para investor marah dengan caranya mengatasi skandal ini.

Di 2017, CNBC melaporkan bahwa penyelidikan yang dilakukan oleh auditor independen menunjukan bahwa Stumpf menyadari ada praktek ini sejak 2012. Bahkan Stumpf diduga mengetahui adanya praktrk ilegal tersebut sejak 2002, tapi membiarkannya hingga 2015. Stumpf akhirnya diberhentikan.

Thomas Borgen, Danske Bank

Pada tahun 2018, CEO Danske Bank Thomas Borgen digulingkan karena keterlibatan bank tersebut dalam salah satu skandal pencucian uang terburuk dalam sejarah Eropa. Ia lalu mengundurkan diri meski tetap menegaskan dirinya tidak bersalah.

Dalam investigasi disebutkan terdapat sejumlah pembayaran yang mencurigakan pada cabang bank di Estonia. Investigasi independen atas Danske Bank mengungkap ada 15 ribu pelanggan yang melakukan 9,5 juta pembayaran dari 2007 hingga 2015. Nilai transaksi mencapai sekitar US$234 juta atau sekitar Rp3.5 triliun.

Martin Winterkorn, Volkswagen

Pada 2015, muncul berita bahwa Volkswagen telah menipu para penguji emisi dengan menginstal perangkat lunak ke sekitar 11 juta mobil untuk menghindari undang-undang polusi udara. Hal ini memaksa Martin Winterkorn yang saat itu tengah menjadi CEO mengundurkan diri.

Pada penyidikan lanjutan, Volkswagen akhirnya mengaku bersalah pada Maret 2017. Perusahaan ini pun bersedia membayar densa US$ 4,3 juta. Meski demikian Winterkorn tetap bersikeras dirinya tidak mengetahui penipuan tersebut.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular