
Internasional
Awas, "Hantu" Resesi Gentayangi Negara Maju
Wangi Sinintya Mangkuto & Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
10 September 2019 06:59

Inggris
Inggris terancam masuk ke dalam resesi pada tahun 2020 jika negara itu meninggalkan Uni Eropa (UE) tanpa kesepakatan atau no-deal Brexit.
Apabila no-deal Brexit benar terjadi, maka ekonomi Inggris akan melemah di setiap kuartal tahun depan, yang akan berujung pada resesi pertama sejak 2009 dan pertama setelah krisis keuangan.
"Karena debat Brexit akan dilakukan, ekonomi Inggris kini di persimpangan jalan. Sulit untuk memikirkan waktu lain ketika Inggris berada di ambang dua belokan ekonomi yang sangat berbeda, tetapi dampak Brexit tanpa kesepakatan tidak boleh diremehkan," kata Kepala Ekonom KPMG Inggris Yael Selfin seperti dikutip dari The Guardian.
Selfin menjelaskan bahwa efek no-deal Brexit terhadap perdagangan dan kepercayaan bisnis Inggris akan menyebabkan ekonomi menyusut 1,5% tahun depan.
"Meskipun ada hambatan seperti ekonomi global yang melambat dan kapasitas domestik yang terbatas, ekonomi Inggris sekarang memiliki potensi untuk menguat selama 12 bulan ke depan. Tetapi no-deal Brexit dapat membahayakan kenaikan ini, memicu resesi pertama Inggris selama satu dekade," jelasnya.
Selain itu, Ia menjelaskan bahwa no-deal Brexit bisa membuat pengeluaran konsumen, yang telah mendukung sekitar 60% hingga 80% pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir, juga akan sangat terganggu.
Brexit tanpa kesepakatan mengancam kepercayaan rumah tangga, investasi bisnis, dan perdagangan lintas batas, sementara para pembuat kebijakan tidak memiliki sarana untuk sepenuhnya mengurangi dampak negatif dari no-deal Brexit.
Namun begitu, KPMG memperkirakan bahwa apabila kesepakatan Brexit bisa dicapai sebelum tenggat waktu 31 Oktober, maka ekonomi Inggris justru akan tumbuh menjadi 1,5% pada tahun 2020. (sef/sef)
Inggris terancam masuk ke dalam resesi pada tahun 2020 jika negara itu meninggalkan Uni Eropa (UE) tanpa kesepakatan atau no-deal Brexit.
Apabila no-deal Brexit benar terjadi, maka ekonomi Inggris akan melemah di setiap kuartal tahun depan, yang akan berujung pada resesi pertama sejak 2009 dan pertama setelah krisis keuangan.
"Karena debat Brexit akan dilakukan, ekonomi Inggris kini di persimpangan jalan. Sulit untuk memikirkan waktu lain ketika Inggris berada di ambang dua belokan ekonomi yang sangat berbeda, tetapi dampak Brexit tanpa kesepakatan tidak boleh diremehkan," kata Kepala Ekonom KPMG Inggris Yael Selfin seperti dikutip dari The Guardian.
"Meskipun ada hambatan seperti ekonomi global yang melambat dan kapasitas domestik yang terbatas, ekonomi Inggris sekarang memiliki potensi untuk menguat selama 12 bulan ke depan. Tetapi no-deal Brexit dapat membahayakan kenaikan ini, memicu resesi pertama Inggris selama satu dekade," jelasnya.
Selain itu, Ia menjelaskan bahwa no-deal Brexit bisa membuat pengeluaran konsumen, yang telah mendukung sekitar 60% hingga 80% pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir, juga akan sangat terganggu.
Brexit tanpa kesepakatan mengancam kepercayaan rumah tangga, investasi bisnis, dan perdagangan lintas batas, sementara para pembuat kebijakan tidak memiliki sarana untuk sepenuhnya mengurangi dampak negatif dari no-deal Brexit.
Namun begitu, KPMG memperkirakan bahwa apabila kesepakatan Brexit bisa dicapai sebelum tenggat waktu 31 Oktober, maka ekonomi Inggris justru akan tumbuh menjadi 1,5% pada tahun 2020. (sef/sef)
Pages
Most Popular