
Internasional
PM Inggris: Lebih Baik Mati di Selokan Daripada Tunda Brexit
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 September 2019 17:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berjanji bahwa dia tidak akan pernah menunda keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Ditegaskannya, Brexit akan tetap terjadi 31 Oktober mendatang.
Ia bahkan mengatakan lebih baik mati daripada menunda Brexit. "Saya lebih suka mati di selokan daripada melakukannya. (Penundaan) ini sama sekali tidak ada gunanya. Apa intinya penundaan ini," katanya setelah pidato di Wakefield, Inggris utara sebagaimana dilansir dari CNBC International.
Pernyataan itu dikeluarkannya setelah aliansi partai oposisi dan pihak yang menentang Brexit tanpa kesepakatan (no deal Brexit) berupaya menunda jadwal keluarnya Inggris dari Uni Eropa hingga tiga bulan ke depan. Keputusan Inggris untuk meninggalkan Eropa mencuat setelah melalui referendum 2016.
Sejak menjabat pada bulan Juli, Johnson telah mencoba untuk menarik dukungan anggota Partai Konservatif, yang secara terbuka memperjuangkan Brexit untuk mendukung Inggris ke luar dari Eropa 31 Oktober baik dengan atau tanpa kesepakatan.
Johnson dilaporkan telah memecat beberapa anggota Partai Konservatif yang tidak mendukungnya. Pada hari Selasa, ia mengeluarkan 21 anggota parlemen Partai Konservatif, termasuk cucu Winston Churchill dan dua mantan menteri keuangan.
Sebelum Johnson melakukan pidatonya di Wakefield, Menteri Bisnis Junior Jo Johnson mengundurkan diri dari posisinya. Ia juga mengatakan mengundurkan diri sebagai anggota parlemen untuk Partai Konservatif. Jo Johnson sendiri merupakan saudara kandung Boris Johnson.
No deal Brexit diprediksi bakal membuat ekonomi Inggris goyah. Inggris juga akan kehilangan berbagai hak istimewa dari UE, termasuk dalam hal kemudahan akses masuk ke negara-negara UE.
Akibat hal itu, jumlah kunjungan ke negara itu juga diperkirakan akan menurun karena banyak orang diperkirakan akan menunda atau bahkan membatalkan kunjungannya ke Inggris.
Pemerintah Inggris telah mengkonfirmasi bahwa (aturan imigrasi) Freedom of Movement untuk warga negara Uni Eropa akan segera berubah, di mana aturan pemeriksaan kriminalitas akan menjadi lebih rumit.
Akibat hal itu, para wisatawan diperkirakan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan sebelum bisa masuk atau keluar Inggris. Selain itu, jumlah pendapatan dari sektor wisata yang bernilai miliaran dolar diperkirakan bisa juga terpengaruh, yang mana akan mengancam pekerja pada akhirnya.
(sef/sef) Next Article Brexit di Depan Mata, Ini Jurus Inggris Kala Cerai dari Eropa
Ia bahkan mengatakan lebih baik mati daripada menunda Brexit. "Saya lebih suka mati di selokan daripada melakukannya. (Penundaan) ini sama sekali tidak ada gunanya. Apa intinya penundaan ini," katanya setelah pidato di Wakefield, Inggris utara sebagaimana dilansir dari CNBC International.
Pernyataan itu dikeluarkannya setelah aliansi partai oposisi dan pihak yang menentang Brexit tanpa kesepakatan (no deal Brexit) berupaya menunda jadwal keluarnya Inggris dari Uni Eropa hingga tiga bulan ke depan. Keputusan Inggris untuk meninggalkan Eropa mencuat setelah melalui referendum 2016.
Sejak menjabat pada bulan Juli, Johnson telah mencoba untuk menarik dukungan anggota Partai Konservatif, yang secara terbuka memperjuangkan Brexit untuk mendukung Inggris ke luar dari Eropa 31 Oktober baik dengan atau tanpa kesepakatan.
Johnson dilaporkan telah memecat beberapa anggota Partai Konservatif yang tidak mendukungnya. Pada hari Selasa, ia mengeluarkan 21 anggota parlemen Partai Konservatif, termasuk cucu Winston Churchill dan dua mantan menteri keuangan.
Sebelum Johnson melakukan pidatonya di Wakefield, Menteri Bisnis Junior Jo Johnson mengundurkan diri dari posisinya. Ia juga mengatakan mengundurkan diri sebagai anggota parlemen untuk Partai Konservatif. Jo Johnson sendiri merupakan saudara kandung Boris Johnson.
No deal Brexit diprediksi bakal membuat ekonomi Inggris goyah. Inggris juga akan kehilangan berbagai hak istimewa dari UE, termasuk dalam hal kemudahan akses masuk ke negara-negara UE.
Akibat hal itu, jumlah kunjungan ke negara itu juga diperkirakan akan menurun karena banyak orang diperkirakan akan menunda atau bahkan membatalkan kunjungannya ke Inggris.
Pemerintah Inggris telah mengkonfirmasi bahwa (aturan imigrasi) Freedom of Movement untuk warga negara Uni Eropa akan segera berubah, di mana aturan pemeriksaan kriminalitas akan menjadi lebih rumit.
Akibat hal itu, para wisatawan diperkirakan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan sebelum bisa masuk atau keluar Inggris. Selain itu, jumlah pendapatan dari sektor wisata yang bernilai miliaran dolar diperkirakan bisa juga terpengaruh, yang mana akan mengancam pekerja pada akhirnya.
(sef/sef) Next Article Brexit di Depan Mata, Ini Jurus Inggris Kala Cerai dari Eropa
Most Popular