
Internasional
No-Deal Brexit, Hak Istimewa Inggris Hilang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 September 2019 16:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurang dari dua bulan lagi, yaitu pada 31 oktober, Inggris akan harus meninggalkan Uni Eropa (UE). Seiring berjalannya waktu, Brexit yang tanpa kesepakatan (no-deal) tampaknya semakin mungkin terjadi.
No-deal Brexit telah dikabarkan dapat membuat ekonomi Inggris terdampak. Namun ternyata bukan hanya itu. Jika Brexit dilakukan tanpa kesepakatan, Inggris akan kehilangan berbagai hak istimewa dari UE, termasuk dalam hal kemudahan akses masuk ke negara-negara UE.
Akibatnya, jumlah kunjungan ke Inggris juga diperkirakan akan menurun karena banyak orang diperkirakan akan menunda atau bahkan membatalkan kunjungannya ke negara ini.
Pemerintah Inggris telah mengkonfirmasi bahwa (aturan imigrasi) Freedom of Movement untuk warga negara Uni Eropa akan segera berubah, di mana aturan pemeriksaan kriminalitas akan menjadi lebih rumit.
Para wisatawan diperkirakan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan sebelum bisa masuk atau keluar Inggris. Selain itu, jumlah pendapatan dari sektor wisata yang bernilai miliaran dolar diperkirakan bisa juga terpengaruh, yang mana akan mengancam pekerja pada akhirnya.
Saat ini masih belum jelas apakah Brexit akan berakhir dengan atau tanpa kesepakatan. Sebab, Brexit yang pernah ditolak Parlemen pada 15 Januari belum dibahas lagi di Parlemen oleh Perdana Menteri Boris Johnson, yang menggantikan Theresa May.
Tom Jenkins dari Asosiasi Pariwisata Eropa, mengatakan orang-orang yang ingin masuk dan keluar dari Inggris diperkirakan akan mendapatkan gangguan yang signifikan. Terutama jika aturan baru diterapkan. Penerbangan, mata uang, asuransi, roaming ponsel, dan kontrol paspor semuanya kemungkinan akan terpengaruh.
"Mempersiapkan (Brexit) tanpa kesepakatan sekarang menjadi prioritas operasional bagi pemerintah Inggris. Jadi kita harus menikmati mimpi buruk itu," kata Jenkins sebagaimana dikutip dari laman CNN.
Jenkins juga mengatakan bahwa skenario no-deal Brexit dapat menyebabkan antrian pemeriksaan paspor akan menjadi lebih lama karena UE berniat memperlakukan pengunjung dari Inggris sama seperti pengunjung dari negara ketiga. Karena bukan warga yang dianugerahi Freedom of Movement.
"Ini menambah waktu pemeriksaan perbatasan 90 detik pada setiap penumpang," ujarnya. "Ini adalah jam keterlambatan untuk menghentikan penerbangan apa pun, dan berhari-hari penundaan di pelabuhan Channel. Ini akan menjadi pengantar spektakuler bagi birokrasi Brexit. Antrian cenderung tumbuh di bandara Inggris dan UE,".
Meskipun demikian Matt Dunne, manajer operasi di perusahaan wisata Inggris tidak setuju dengan pendapat Jenkins. Ia mengatakan pariwisata Inggris dan UE sama-sama diuntungkan oleh aturan Freedom of Movement saat ini. Karenanya Dunne yakin kedua belah pihak tidak akan menghentikan aturan ini.
"Pariwisata adalah bisnis besar di Inggris, seperti halnya di Eropa, dan sejumlah besar uang dihabiskan dari kedua sisi setiap tahun oleh pengunjung dari seluruh dunia," kata Dunne, "Oleh karena itu, pemerintah Inggris dan Uni Eropa akan tertarik untuk memastikan ini terus berlanjut,".
Dunne dan beberapa pakar lain, mengatakan harga tiket pesawat juga bisa naik jika no-deal Brexit terjadi. Namun, untuk masalah penerbangan, baik Inggris maupun Eropa nampaknya masih akan melanjutkan kerjasamanya dalam hal ini.
"Baik Uni Eropa dan Inggris telah memperjelas bahwa kedua pihak ingin memastikan penerbangan antara Inggris dan Uni Eropa berlanjut dalam skenario apa pun," kata Eljas. "Pentingnya mempertahankan hubungan penerbangan, yang membawa manfaat ekonomi dan budaya yang signifikan, dipahami dengan jelas oleh kedua belah pihak."
Lebih lanjut, badan legislatif UE sebelumnya telah menekankan bahwa warga Inggris tidak akan memerlukan visa untuk masuk ke wilayah UE. Setidaknya pada awal masa pasca-Brexit.
Namun, mereka menyebut warga Inggris akan perlu membayar biaya sekitar US$ 8 untuk Skema Informasi dan Otoritas Perjalanan Eropa (ETIAS) mulai tahun 2021. Formulir ini bisa dibeli secara online sebelum melakukan perjalanan ke wilayah UE.
Izin ini akan berlaku selama tiga tahun dan memastikan jalan masuk yang mulus di perbatasan dan bandara UE. Ini mirip dengan skema ESTA saat ini yang digunakan banyak wisatawan untuk bepergian ke Amerika Serikat (AS).
Hak istimewa lain yang mungkin tidak akan didapat warga Inggris di wilayah UE adalah pelayanan asuransi dan SIM mengemudi. Setelah no-deal Brexit, warga Inggris akan kemungkinan harus mengurus asuransi baru untuk dapat menikmati layanan kesehatan di UE. Selain itu, warga Inggris juga akan perlu memiliki SIM Internasional untuk dapat mengemudi di wilayah UE.
Terakhir, dalam biaya roaming, nampaknya Inggris terpaksa harus membayar biaya telepon dan internet yang lebih mahal saat melakukan panggilan atau mengirim pesan dari dan di wilayah UE. Sebab, dalam hal ini Inggris ke pasca Brexit kemungkinan akan dikategorikan sebagai negara ketiga yang tidak memiliki keistimewaan lagi dalam hal ini.
(sef/sef) Next Article No-Deal Brexit Panas, Ratu Inggris Setuju Bekukan Parlemen
No-deal Brexit telah dikabarkan dapat membuat ekonomi Inggris terdampak. Namun ternyata bukan hanya itu. Jika Brexit dilakukan tanpa kesepakatan, Inggris akan kehilangan berbagai hak istimewa dari UE, termasuk dalam hal kemudahan akses masuk ke negara-negara UE.
Akibatnya, jumlah kunjungan ke Inggris juga diperkirakan akan menurun karena banyak orang diperkirakan akan menunda atau bahkan membatalkan kunjungannya ke negara ini.
Pemerintah Inggris telah mengkonfirmasi bahwa (aturan imigrasi) Freedom of Movement untuk warga negara Uni Eropa akan segera berubah, di mana aturan pemeriksaan kriminalitas akan menjadi lebih rumit.
Para wisatawan diperkirakan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan sebelum bisa masuk atau keluar Inggris. Selain itu, jumlah pendapatan dari sektor wisata yang bernilai miliaran dolar diperkirakan bisa juga terpengaruh, yang mana akan mengancam pekerja pada akhirnya.
Saat ini masih belum jelas apakah Brexit akan berakhir dengan atau tanpa kesepakatan. Sebab, Brexit yang pernah ditolak Parlemen pada 15 Januari belum dibahas lagi di Parlemen oleh Perdana Menteri Boris Johnson, yang menggantikan Theresa May.
Tom Jenkins dari Asosiasi Pariwisata Eropa, mengatakan orang-orang yang ingin masuk dan keluar dari Inggris diperkirakan akan mendapatkan gangguan yang signifikan. Terutama jika aturan baru diterapkan. Penerbangan, mata uang, asuransi, roaming ponsel, dan kontrol paspor semuanya kemungkinan akan terpengaruh.
"Mempersiapkan (Brexit) tanpa kesepakatan sekarang menjadi prioritas operasional bagi pemerintah Inggris. Jadi kita harus menikmati mimpi buruk itu," kata Jenkins sebagaimana dikutip dari laman CNN.
Jenkins juga mengatakan bahwa skenario no-deal Brexit dapat menyebabkan antrian pemeriksaan paspor akan menjadi lebih lama karena UE berniat memperlakukan pengunjung dari Inggris sama seperti pengunjung dari negara ketiga. Karena bukan warga yang dianugerahi Freedom of Movement.
"Ini menambah waktu pemeriksaan perbatasan 90 detik pada setiap penumpang," ujarnya. "Ini adalah jam keterlambatan untuk menghentikan penerbangan apa pun, dan berhari-hari penundaan di pelabuhan Channel. Ini akan menjadi pengantar spektakuler bagi birokrasi Brexit. Antrian cenderung tumbuh di bandara Inggris dan UE,".
Meskipun demikian Matt Dunne, manajer operasi di perusahaan wisata Inggris tidak setuju dengan pendapat Jenkins. Ia mengatakan pariwisata Inggris dan UE sama-sama diuntungkan oleh aturan Freedom of Movement saat ini. Karenanya Dunne yakin kedua belah pihak tidak akan menghentikan aturan ini.
"Pariwisata adalah bisnis besar di Inggris, seperti halnya di Eropa, dan sejumlah besar uang dihabiskan dari kedua sisi setiap tahun oleh pengunjung dari seluruh dunia," kata Dunne, "Oleh karena itu, pemerintah Inggris dan Uni Eropa akan tertarik untuk memastikan ini terus berlanjut,".
Dunne dan beberapa pakar lain, mengatakan harga tiket pesawat juga bisa naik jika no-deal Brexit terjadi. Namun, untuk masalah penerbangan, baik Inggris maupun Eropa nampaknya masih akan melanjutkan kerjasamanya dalam hal ini.
"Baik Uni Eropa dan Inggris telah memperjelas bahwa kedua pihak ingin memastikan penerbangan antara Inggris dan Uni Eropa berlanjut dalam skenario apa pun," kata Eljas. "Pentingnya mempertahankan hubungan penerbangan, yang membawa manfaat ekonomi dan budaya yang signifikan, dipahami dengan jelas oleh kedua belah pihak."
Lebih lanjut, badan legislatif UE sebelumnya telah menekankan bahwa warga Inggris tidak akan memerlukan visa untuk masuk ke wilayah UE. Setidaknya pada awal masa pasca-Brexit.
Namun, mereka menyebut warga Inggris akan perlu membayar biaya sekitar US$ 8 untuk Skema Informasi dan Otoritas Perjalanan Eropa (ETIAS) mulai tahun 2021. Formulir ini bisa dibeli secara online sebelum melakukan perjalanan ke wilayah UE.
Izin ini akan berlaku selama tiga tahun dan memastikan jalan masuk yang mulus di perbatasan dan bandara UE. Ini mirip dengan skema ESTA saat ini yang digunakan banyak wisatawan untuk bepergian ke Amerika Serikat (AS).
Hak istimewa lain yang mungkin tidak akan didapat warga Inggris di wilayah UE adalah pelayanan asuransi dan SIM mengemudi. Setelah no-deal Brexit, warga Inggris akan kemungkinan harus mengurus asuransi baru untuk dapat menikmati layanan kesehatan di UE. Selain itu, warga Inggris juga akan perlu memiliki SIM Internasional untuk dapat mengemudi di wilayah UE.
Terakhir, dalam biaya roaming, nampaknya Inggris terpaksa harus membayar biaya telepon dan internet yang lebih mahal saat melakukan panggilan atau mengirim pesan dari dan di wilayah UE. Sebab, dalam hal ini Inggris ke pasca Brexit kemungkinan akan dikategorikan sebagai negara ketiga yang tidak memiliki keistimewaan lagi dalam hal ini.
(sef/sef) Next Article No-Deal Brexit Panas, Ratu Inggris Setuju Bekukan Parlemen
Most Popular