
Larangan Ekspor Nikel Dipercepat, Bagaimana Smelter Lokal?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
30 August 2019 20:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah memutuskan untuk mempercepat larangan ekspor bijih nikel kadar rendah, yakni di bawah 1,7%, sudah tidak diperkenankan lagi diekspor mulai akhir Desember 2019.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan diketahui telah menandatangani Peraturan Menteri yang terkait dengan percepatan pelarangan ekspor ini.
Kabar tersebut pun dibenarkan oleh Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saefulhak.
"Benar (dipercepat larangannya mulai akhir 2019)," kata Yunus kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Jumat (30/8/2019).
Apakah hal ini akan berdampak pada pembangunan smelter?
Menurut Yunus, jika pengusaha seriusa membangun smelter, maka semestinya percepatan pelarangan ekspor bijih nikel tidak akan mengganggu.
"Tapi kalau yang hanya mengandalkan uangnya dari ekspor dan tidak serius pastinya terganggu. Bisnis tambang yanh integrated dengan smelter adalah bisnis yang menjanjikan alias menguntungkan," kata Yunus.
"Sesungguhnya, tidak cukup bangun smelter dengan mengandalkan ekspor, tetap harus pinjam/loan. Artinya hanya pengusaha yang kuat dan serius yang lanjut bangun smelter," pungkasnya.
(gus) Next Article Pilih Ekspor, Penambang Nikel 'Gerah' dengan Smelter China?
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan diketahui telah menandatangani Peraturan Menteri yang terkait dengan percepatan pelarangan ekspor ini.
"Benar (dipercepat larangannya mulai akhir 2019)," kata Yunus kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Jumat (30/8/2019).
Apakah hal ini akan berdampak pada pembangunan smelter?
Menurut Yunus, jika pengusaha seriusa membangun smelter, maka semestinya percepatan pelarangan ekspor bijih nikel tidak akan mengganggu.
"Tapi kalau yang hanya mengandalkan uangnya dari ekspor dan tidak serius pastinya terganggu. Bisnis tambang yanh integrated dengan smelter adalah bisnis yang menjanjikan alias menguntungkan," kata Yunus.
"Sesungguhnya, tidak cukup bangun smelter dengan mengandalkan ekspor, tetap harus pinjam/loan. Artinya hanya pengusaha yang kuat dan serius yang lanjut bangun smelter," pungkasnya.
(gus) Next Article Pilih Ekspor, Penambang Nikel 'Gerah' dengan Smelter China?
Most Popular