Hilirisasi Nikel Dikebut, Apa Kabar Smelter Antam?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
30 August 2019 19:25
Antam mengaku masih dalam tahap pembangunan smelternya
Foto: Tambang emas bawah tanah Pongkor, Jawa Barat, milik Antam (Doc.Antam)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tengah mengebut hilirisasi pertambangan, salah satunya untuk komoditas nikel yang larangan ekspornya bakal dipercepat dari 2022 ke tahun ini.

Ini memaksa perusahaan tambang dalam negeri untuk segera menuntaskan pembangunan smelternya. Lantas bagaimana dengan nasib proyek smelter PT Aneka Tambang/Antam Tbk (ANTM) ?

Direktur Utama Antam Arie P Ariotedjo menjelaskan, sebenarnya, proyek-proyek smelter yang dimiliki perusahaan sudah ada yang beroperasi dan berproduksi, dan ada juga yang sedang tahap penyelesaian, bahkan ada proyek baru yang sudah tahap keputusan akhir pendanaan (financial closing) yakni proyek smelter blast furnace di Halmahera Timur.



"Sekarang sudah 97% progres smelter di Halmahera Timur. Ada juga yang sudah tahap head of agreement," kata Arie saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (30/8/2019).

Ia menyebutkan, Antam sesungguhnya merupakan pelopor dalam smelter feronikel, yang dimulai pada 1976, dengan kapasitas mencapai 7000 ton per tahun, dan kemudian berkembang sampai dengan 27.000 ton per tahun.

Belum lagi smelter untuk komoditas bauksit yang sudah beroperasi sejak 2015, dan smelter di Pongkor dan Cibaliung untuk komoditas emas yang sudah ada sejak 10 tahun lalu. 

Arie mengakui, memang jika dibandingkan dengan smelter Tshinghan di Morowali, Antam tidak sebesar perusahaan tersebut. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh faktor keterbatasan dana.

"Tidak bisa seagresif Tsingshan karena keterbatasan sumber dana juga, tetapi Antam sudah dalam pipeline agar di 2022 nanti sudah ada beberapa smelter tambahan yang akan beroperasi baik untuk nikel maupun bauksit," jelas Arie.

Memang, lanjut Arie, sampai sekitar 2013-2014, sebelum ada larangan ekspor, Antam lebih fokus untuk mengekspor bijih nikel dibandingkan mengembangkan sektor hilir. Namun, sejak 2017, perusahaan sudah mulai melakukan pengembangan proyek baru, dan membuat pabrik pemurnian (smelter).

"Membuat pabrik ini kan juga memakan 2-3 tahun, dengan kondisi keuangan Antam di masa lalu yang kurang baik, maka ada keterbatasan sumber dana dan juga besaran pinjaman yang diberikan bank. Sehingga, proyek harus kami lakukan secara bertahap," imbuhnya.  

"Namun sekarang kami mencari strategic business partnership untuk proyek-proyek kedepan," pungkas Arie.
(gus) Next Article Antam Kejar Target Penjualan Bijih Nikel ke Smelter Domestik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular