
Internasional
Perang Dagang Lawan China, Amunisi Trump Percepat Resesi
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
29 August 2019 09:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerapkan tarif impor pada barang-barang China merupakan bumerang yang justru bisa merugikan AS. Sebab, hal itu bisa membawa AS ke dalam resesi. Demikian disampaikan para ekonom dan kelompok industri negara itu.
"Kami sudah memberi tahu Gedung Putih sejak awal bahwa tarif akan dibayar oleh orang Amerika dalam bentuk harga yang lebih tinggi," kata Ketua Distributor dan Pengecer Alas Kaki Amerika, Matt Priest dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir dari AFP, Kamis (29/8/2019).
Priest mengatakan apabila harga kebutuhan naik, maka tidak menutup kemungkinan daya beli konsumen akan melemah. Hal itu bisa sangat merugikan, apalagi menjelang musim liburan.
Selain itu, Priest mengatakan bea masuk yang tinggi bisa menyebabkan ditutupnya berbagai bidang pekerjaan. "... dan bahwa karena pajak impor kami yang sudah tinggi, ini akan menjadi pembunuh pekerjaan," ujarnya.
Dewan Industri Teknologi Informasi AS bahkan mengatakan bahwa tarif Trump sama sekali tidak ada gunanya selain merugikan AS, meski mereka setuju dengan tuntutan Trump bahwa China perlu mengubah praktik perdagangannya yang tidak adil. "Alat tarif saat ini sama sekali tidak berfungsi, dan kami terus melihat hasil negatifnya," ujar lembaga itu.
Langkah terbaru Trump untuk menaikkan tarif impor diumumkan Jumat lalu. Saat itu Trump mengatakan akan menaikkan bea impor yang ada atas US$ 250 miliar produk China menjadi 30% dari 25% pada 1 Oktober. Terlebih lagi, tarif atas barang-barang China lainnya senilai US$ 300 miliar, yang mulai berlaku pada 1 September, akan dinaikkan menjadi 15%, bukan 10%.
Kenaikan tarif ini akan diluncurkan secara bertahap hingga Desember dan menargetkan beberapa barang populer, seperti laptop, ponsel, dan beberapa sepatu. Langkah itu diumumkan setelah China mengumumkan akan mengenakan tarif impor pada US$ 75 miliar barang AS.
Akibat hal itu, lebih dari 200 produsen dan pengecer sepatu, termasuk merek-merek besar seperti Nike dan Foot Locker, menandatangani surat yang memperingatkan bahwa tarif baru Trump dapat membuat konsumen AS mendapat tambahan pajak hingga US$ 4 miliar per tahun dan meningkatkan kemungkinan penurunan ekonomi.
Sebanyak sekitar 160 kelompok perdagangan lainnya, yang termasuk produsen perangkat lunak dan elektronik, pengecer, produsen minuman keras, dan kelompok lainnya, juga memperingatkan Trump mengenai kemungkinan terciptanya kenaikan harga dan rusaknya kepercayaan konsumen akibat tarif. Kelompok-kelompok itu juga mendesak Trump untuk meninggalkan strategi perang dengan menjatuhkan tarif impor.
"Penurunan ekonomi akan mengurangi pendapatan bersih (disposable income) dari konsumen AS, bahkan ketika mereka harus membayar lebih untuk produk," kata mereka.
(sef/sef) Next Article Trade War, China Masih Untung Meski Perusahaan AS Hengkang
"Kami sudah memberi tahu Gedung Putih sejak awal bahwa tarif akan dibayar oleh orang Amerika dalam bentuk harga yang lebih tinggi," kata Ketua Distributor dan Pengecer Alas Kaki Amerika, Matt Priest dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir dari AFP, Kamis (29/8/2019).
Priest mengatakan apabila harga kebutuhan naik, maka tidak menutup kemungkinan daya beli konsumen akan melemah. Hal itu bisa sangat merugikan, apalagi menjelang musim liburan.
Selain itu, Priest mengatakan bea masuk yang tinggi bisa menyebabkan ditutupnya berbagai bidang pekerjaan. "... dan bahwa karena pajak impor kami yang sudah tinggi, ini akan menjadi pembunuh pekerjaan," ujarnya.
Dewan Industri Teknologi Informasi AS bahkan mengatakan bahwa tarif Trump sama sekali tidak ada gunanya selain merugikan AS, meski mereka setuju dengan tuntutan Trump bahwa China perlu mengubah praktik perdagangannya yang tidak adil. "Alat tarif saat ini sama sekali tidak berfungsi, dan kami terus melihat hasil negatifnya," ujar lembaga itu.
Langkah terbaru Trump untuk menaikkan tarif impor diumumkan Jumat lalu. Saat itu Trump mengatakan akan menaikkan bea impor yang ada atas US$ 250 miliar produk China menjadi 30% dari 25% pada 1 Oktober. Terlebih lagi, tarif atas barang-barang China lainnya senilai US$ 300 miliar, yang mulai berlaku pada 1 September, akan dinaikkan menjadi 15%, bukan 10%.
Kenaikan tarif ini akan diluncurkan secara bertahap hingga Desember dan menargetkan beberapa barang populer, seperti laptop, ponsel, dan beberapa sepatu. Langkah itu diumumkan setelah China mengumumkan akan mengenakan tarif impor pada US$ 75 miliar barang AS.
Akibat hal itu, lebih dari 200 produsen dan pengecer sepatu, termasuk merek-merek besar seperti Nike dan Foot Locker, menandatangani surat yang memperingatkan bahwa tarif baru Trump dapat membuat konsumen AS mendapat tambahan pajak hingga US$ 4 miliar per tahun dan meningkatkan kemungkinan penurunan ekonomi.
Sebanyak sekitar 160 kelompok perdagangan lainnya, yang termasuk produsen perangkat lunak dan elektronik, pengecer, produsen minuman keras, dan kelompok lainnya, juga memperingatkan Trump mengenai kemungkinan terciptanya kenaikan harga dan rusaknya kepercayaan konsumen akibat tarif. Kelompok-kelompok itu juga mendesak Trump untuk meninggalkan strategi perang dengan menjatuhkan tarif impor.
"Penurunan ekonomi akan mengurangi pendapatan bersih (disposable income) dari konsumen AS, bahkan ketika mereka harus membayar lebih untuk produk," kata mereka.
(sef/sef) Next Article Trade War, China Masih Untung Meski Perusahaan AS Hengkang
Most Popular