
Internasional
Trade War, China Masih Untung Meski Perusahaan AS Hengkang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 August 2019 12:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terus memanas. Kali ini, Presiden AS Donald Trump mendesak perusahaan-perusahaan AS untuk memindahkan operasinya di luar China.
Trump mengatakan alasannya melakukan itu adalah karena selama bertahun-tahun menjalankan hubungan dagang dengan China, AS telah merugi hingga triliunan dolar. Ia menuduh China melakukan terus menerus melakukan pencurian kekayaan intelektual.
"Saya tidak akan membiarkan itu terjadi! Kami tidak membutuhkan China dan, sejujurnya, akan jauh baik tanpa mereka," kata Trump dalam twitternya akhir pekan lalu.
"Sejumlah besar uang yang dihasilkan dan dicuri oleh China dari AS, tahun demi tahun, selama beberapa dekade, akan dan harus BERHENTI. Perusahaan-perusahaan besar Amerika kami dengan ini diperintahkan untuk segera mulai mencari alternatif ke China, termasuk membawa perusahaan Anda ke RUMAH (AS) dan membuat produk Anda di AS," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Stephen Olson, peneliti di lembaga nirlaba Hinrich Foundation mengatakan bahwa jika perusahaan-perusahaan AS melakukan perintah Trump, maka hal ini kemungkinan justru akan menguntungkan China.
"Namun jika hal itu membuat perusahaan-perusahaan AS, pada tingkat tertentu, mengosongkan pasar China, ini mungkin akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan China untuk mengisi kekosongan," katanya dalam sebuah email, Minggu.
Lebih lanjut, ia mengatakan langkah seperti itu akan menjadi keruntuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan perdagangan dan ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia itu. Ini diperkirakan akan menciptakan ketidakpastian yang pada akhirnya berdampak buruk bagi perusahaan China dan AS.
Sejalan dengan Olson, wakil presiden operasi China di Dewan Bisnis AS-China Jake Parker, juga memberikan tanggapan serupa. Parker mengatakan meninggalkan pasar bukanlah jawaban meski ada tantangan untuk melakukan bisnis di China.
"Penting untuk diingat bahwa bisnis AS telah menjadi contoh positif untuk kemajuan di China. Perusahaan-perusahaan Amerika membawa ide, nilai, dan contoh yang merupakan katalisator untuk kemajuan yang meresap," kata Parker. Di sisi lain, jika perusahaan AS meninggalkan China, mereka akan kehilangan peluang pertumbuhan global yang besar, katanya.
"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan banyak tantangan yang dihadapi perusahaan AS yang beroperasi di pasar China adalah agar kedua belah pihak melanjutkan negosiasi dan menemukan kompromi yang menghilangkan tarif dan menetapkan hubungan pada cara yang lebih stabil, dapat diprediksi, dan konstruktif," jelasnya.
Seruan Trump itu muncul setelah sebelumnya pada hari yang sama China mengumumkan rencana untuk mengenakan bea impor tambahan atas barang-barang AS senilai US$ 75 miliar pada tanggal 1 September dan 15 Desember. Sebagai tanggapan, Trump setelahnya mengumumkan bahwa pemerintahannya juga akan menaikkan tarif pada US$ 550 miliar barang yang diimpor dari China.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Perang Dagang, China Minta Damai Dengan AS
Trump mengatakan alasannya melakukan itu adalah karena selama bertahun-tahun menjalankan hubungan dagang dengan China, AS telah merugi hingga triliunan dolar. Ia menuduh China melakukan terus menerus melakukan pencurian kekayaan intelektual.
"Saya tidak akan membiarkan itu terjadi! Kami tidak membutuhkan China dan, sejujurnya, akan jauh baik tanpa mereka," kata Trump dalam twitternya akhir pekan lalu.
"Sejumlah besar uang yang dihasilkan dan dicuri oleh China dari AS, tahun demi tahun, selama beberapa dekade, akan dan harus BERHENTI. Perusahaan-perusahaan besar Amerika kami dengan ini diperintahkan untuk segera mulai mencari alternatif ke China, termasuk membawa perusahaan Anda ke RUMAH (AS) dan membuat produk Anda di AS," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Stephen Olson, peneliti di lembaga nirlaba Hinrich Foundation mengatakan bahwa jika perusahaan-perusahaan AS melakukan perintah Trump, maka hal ini kemungkinan justru akan menguntungkan China.
"Namun jika hal itu membuat perusahaan-perusahaan AS, pada tingkat tertentu, mengosongkan pasar China, ini mungkin akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan China untuk mengisi kekosongan," katanya dalam sebuah email, Minggu.
Lebih lanjut, ia mengatakan langkah seperti itu akan menjadi keruntuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan perdagangan dan ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia itu. Ini diperkirakan akan menciptakan ketidakpastian yang pada akhirnya berdampak buruk bagi perusahaan China dan AS.
Sejalan dengan Olson, wakil presiden operasi China di Dewan Bisnis AS-China Jake Parker, juga memberikan tanggapan serupa. Parker mengatakan meninggalkan pasar bukanlah jawaban meski ada tantangan untuk melakukan bisnis di China.
"Penting untuk diingat bahwa bisnis AS telah menjadi contoh positif untuk kemajuan di China. Perusahaan-perusahaan Amerika membawa ide, nilai, dan contoh yang merupakan katalisator untuk kemajuan yang meresap," kata Parker. Di sisi lain, jika perusahaan AS meninggalkan China, mereka akan kehilangan peluang pertumbuhan global yang besar, katanya.
"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan banyak tantangan yang dihadapi perusahaan AS yang beroperasi di pasar China adalah agar kedua belah pihak melanjutkan negosiasi dan menemukan kompromi yang menghilangkan tarif dan menetapkan hubungan pada cara yang lebih stabil, dapat diprediksi, dan konstruktif," jelasnya.
Seruan Trump itu muncul setelah sebelumnya pada hari yang sama China mengumumkan rencana untuk mengenakan bea impor tambahan atas barang-barang AS senilai US$ 75 miliar pada tanggal 1 September dan 15 Desember. Sebagai tanggapan, Trump setelahnya mengumumkan bahwa pemerintahannya juga akan menaikkan tarif pada US$ 550 miliar barang yang diimpor dari China.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Perang Dagang, China Minta Damai Dengan AS
Most Popular