AS-China Memanas, Saham Bank BUKU 4 Berguguran

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
26 August 2019 10:58
Aksi saling balas tarif impor antara Amerika Serikat & China memperburuk hubungan dagang antara dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar tersebut
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham bank-bank besar atau kelompok Bank BUKU IV (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun) kompak berguguran pada perdagangan pagi ini, Senin (26/8/2019).

Aksi saling balas tarif impor antara Amerika Serikat dan China kian memperburuk hubungan dagang antara dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar tersebut, dan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham domestik hari ini.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada pukul 10.45 WIB, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terkoreksi paling dalam hingga 2,09% ke level harga Rp 7.025/saham.

Lalu saham bank BUMN lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun 1,64% ke level Rp 7.500/saham.


Adapun saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,95% ke level Rp 1.040/saham.

Emiten bank lainnya yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,92% ke level Rp 29.700/saham dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 0,74% ke level Rp 4.050/saham.

Sektor keuangan tercatat mengalami koreksi 0,93% pada saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,86% ke level 6.201,89.

Eskalasi perang dagang AS-China menjelang akhir pekan terbukti sukses dalam memantik aksi jual dengan intensitas yang begitu besar di bursa saham Benua Kuning.

Eskalasi pertama dari pengumuman China bahwa pihaknya akan membebankan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar.

Pengenaan bea masuk tersebut akan mulai berlaku efektif dalam dua waktu, yakni 1 September dan 15 Desember. Bea masuk yang dikenakan China berkisar antara 5%-10%.

Lebih lanjut, China juga mengumumkan pengenaan bea masuk senilai 25% terhadap mobil asal pabrikan AS, serta bea masuk sebesar 5% atas komponen mobil, berlaku efektif pada 15 Desember. Untuk diketahui, China sebelumnya telah berhenti membebankan bea masuk tersebut pada bulan April, sebelum kini kembali mengaktifkannya.

"Sebagai respons terhadap tindakan AS, China terpaksa mengambil langkah balasan," tulis pernyataan resmi pemerintah China, dilansir dari CNBC International.

Eskalasi berikutnya datang dari langkah AS yang merespons bea masuk balasan dari China dengan bea masuk versinya sendiri. Melalui cuitan di Twitter, Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%.

Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.

"...Yang menyedihkan, pemerintahan-pemerintahan terdahulu telah membiarkan China lolos dari praktek perdagangan yang curang dan tidak berimbang, yang mana itu telah menjadi beban yang sangat berat yang harus ditanggung oleh masyarakat AS. Sebagai seorang Presiden, saya tak lagi bisa mengizinkan hal ini terjadi!...." cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.


(hps/tas) Next Article IHSG Goyang! Saham Mandiri, BNI, BRI & BCA Terjun Bebas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular