
Internasional
Demo Kian Memanas, Pimpinan Hong Kong Ingin Rekonsiliasi
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
27 August 2019 14:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekerasan dalam demonstrasi anti-pemerintahan di Hong Kong menjadi semakin meningkat beberapa hari terakhir. Sejumlah orang bahkan ditangkap dalam protes yang berujung rusuh, termasuk anak di bawah umur yang mengikuti demonstrasi.
Meski demikian, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menegaskan kota tersebut masih terkontrol. Namun, dalam pidato pertamanya setelah demonstrasi Minggu yang berujung bentrok, ia meminta ada rekonsiliasi dalam waktu dekat.
"Kita harus mempersiapkan rekonsiliasi di masyarakat dengan cara berkomunikasi dengan orang yang berbeda," kata Lam di Reuters, Selasa (27/08/2019). "Kami ingin mengakhiri situasi kacau di Hong Kong,".
Ketakutan Lam bukan tanpa alasan. demo yang terus terjadi dalam tiga bulan terakhir membuat pelemahan bagi ekonomi negara tersebut. "Hong Kong menghadapi krisis yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarahnya," kata seorang analis Edison Lee.
Demonstrasi Hong Kong tterjadi karena Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi. RUU ini memungkinkan orang-orang Hong Kong dikirim dan diadili di China.
Ketakutan terjadi di masyarakat karena RUU tersebut diperkirakan akan menjadi alat kekuasaan pemerintah China. Meski RUU ini dibatalkan, demonstrasi terus terjadi dan mengarah pada demokratisasi dan reformasi politik di Hong Kong.
Sementara itu, demo yang terus terjadi di pusat keuangan Asia itu, mendorong beberapa taipan Hong Kong memindahkan kekayaan pribadi mereka ke luar negeri. Bahkan para konglomerat ini mulai mencari rumah di negara lain.
Analis Jamie Mi, dari Kay & Burton yang berbasis di Melbourne mengatakan, agen real estat menerima sekitar sepertiga lebih banyak pertanyaan dari pembeli Hong Kong daripada biasanya. Sebagian besar pembeli menargetkan properti kelas atas, dengan harga di atas A $ 5 juta (Rp 48 miliar).
Dia mengatakan, protes di Hong Kong telah "mempercepat motivasi" bagi pembeli kaya untuk mencari properti hunian untuk menginvestasikan uang mereka. Juwai.com, situs web properti internasional terbesar di China, mencatat kenaikan sebesar 50% pada permintaan warga Hong Kong untuk membeli properti Australia.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Update Hong Kong, RUU Ekstradisi Resmi Dicabut?
Meski demikian, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menegaskan kota tersebut masih terkontrol. Namun, dalam pidato pertamanya setelah demonstrasi Minggu yang berujung bentrok, ia meminta ada rekonsiliasi dalam waktu dekat.
![]() |
Ketakutan Lam bukan tanpa alasan. demo yang terus terjadi dalam tiga bulan terakhir membuat pelemahan bagi ekonomi negara tersebut. "Hong Kong menghadapi krisis yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarahnya," kata seorang analis Edison Lee.
Demonstrasi Hong Kong tterjadi karena Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi. RUU ini memungkinkan orang-orang Hong Kong dikirim dan diadili di China.
Ketakutan terjadi di masyarakat karena RUU tersebut diperkirakan akan menjadi alat kekuasaan pemerintah China. Meski RUU ini dibatalkan, demonstrasi terus terjadi dan mengarah pada demokratisasi dan reformasi politik di Hong Kong.
Sementara itu, demo yang terus terjadi di pusat keuangan Asia itu, mendorong beberapa taipan Hong Kong memindahkan kekayaan pribadi mereka ke luar negeri. Bahkan para konglomerat ini mulai mencari rumah di negara lain.
Analis Jamie Mi, dari Kay & Burton yang berbasis di Melbourne mengatakan, agen real estat menerima sekitar sepertiga lebih banyak pertanyaan dari pembeli Hong Kong daripada biasanya. Sebagian besar pembeli menargetkan properti kelas atas, dengan harga di atas A $ 5 juta (Rp 48 miliar).
Dia mengatakan, protes di Hong Kong telah "mempercepat motivasi" bagi pembeli kaya untuk mencari properti hunian untuk menginvestasikan uang mereka. Juwai.com, situs web properti internasional terbesar di China, mencatat kenaikan sebesar 50% pada permintaan warga Hong Kong untuk membeli properti Australia.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Update Hong Kong, RUU Ekstradisi Resmi Dicabut?
Most Popular