
Tsunami Protes Berkepanjangan, Hong Kong Terancam Resesi
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 August 2019 16:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Hong Kong yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan bisnis paling penting di dunia terancam perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang semakin meningkat.
Namun bukan hanya itu. Demo anti pemerintah yang berlangsung selama tiga bulan terakhir juga dipastikan akan membawa negara itu pada krisis besar.
"Hong Kong menghadapi krisis yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarahnya," kata seorang analis Edison Lee, mengutip The Strait Times sebagaimana dilansirCNBC Senin (26/8/2019). Ia bahkan percaya, sebentar lagi Hong Kong bakal resesi.
Lee menuturkan ada beberapa hal yang mendasari penilaiannya. Pertama, akibat demo yang mengganggu, rencana listing saham perusahaan e-commerce terbesar di China, Alibaba Group Holding, terpaksa ditunda.
Padahal, penawaran publik perdana (IPO) telah diantisipasi sebagai IPO terbesar di dunia tahun ini. Rencana IPO ini diperkirakan bernilai hingga US$ 15 miliar.
Kedua, demonstrasi sudah menyebabkan bank-bank Hong Kong merugi. Dalam pengumuman laporan keuangan, bank bank mencatat pendapatan yang lebih rendah akibat demo di kuartal kedua ini.
Bank of East Asia misalnya melaporkan penurunan 75% dalam laba bersih semester pertama karena penurunan pendapatan (writedowns) di China. Bank ini juga sempat memperingatkan akan bahaya dari dampak demo lanjutan terhadap perusahaan kecil dan menengah.
Sektor pariwisata Hong Kong juga terkena pukulan berat. Bukan hanya hotel yang terkena imbas, tapi juga 20 perusahaan lain, termasuk pengembang Henderson Land, grup Shangri-La Asia, Emperor Watch & Jewellery, operator department store Lifestyle International bahkan operator kereta api MTR Corp.
Selain itu, beberapa acara global juga telah ditunda akibat demo. "Ritel bisa turun 20% hingga 30% tahun ini," katanya lagi.
Sebelumnya pada data kuartal April-Juni, saat dampak demo masih kecil, ekonomi Hong Kong sudah turun 0,4% dari kuartal sebelumnya. Jika pada kuartal ketiga ini ekonomi tetap turun, maka resesi tidak bisa terelakkan lagi.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kota ini adalah 0%-1%. Namun, melihat situasi sekarang, beberapa analis memperkirakan ekonomi akan kembali negatif.
Akibat demo, pariwisata Hong Kong juga terdampak. Ini terbukti dari penurunan hingga 50% dalam pendapatan dari bisnis penyewaan kamar.
Seperti dikatakan Yiu Si-wing, ketua China Travel Service (HK). "Kunjungan dari daratan China yang biasanya merupakan 80% dari kedatangan, turun paling besar karena orang-orang khawatir akan keselamatan mereka," katanya.
Lebih parah lagi, sebuah perusahaan holding investasi bernama Kaisun Holdings, mengatakan ketidakpastian yang terjadi cukup mengganggu dan membuat investor takut. "Banyak investor telah memilih untuk meninggalkan Hong Kong, dan beberapa bank dan (perusahaan multinasional) telah mulai berencana memindahkan basis mereka ke kota-kota Asia terdekat lainnya," katanya.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam sebenarnya telah berulang kali memperingatkan bahwa demo akan merugikan ekonomi. Namun, Lam secara konsisten menolak untuk memenuhi tuntutan inti dari para pemrotes, membuat demo tidak mungkin berakhir.
Alih-alih menuruti permintaan pendemo, Lam malah mengumumkan langkah-langkah stimulus senilai US$ 2,4 miliar, mulai dari memberikan subsidi untuk pendidikan dan utilitas hingga bantuan pinjaman untuk usaha kecil. Tetapi analis memperingatkan bahwa dalam kondisi saat ini, tawaran Lam tidak efektif, karena perusahaan dan konsumen tidak berminat untuk berbelanja.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Masih Demo, Hongkong Ambil Langkah Lanjutan Bidang Ekonomi
Namun bukan hanya itu. Demo anti pemerintah yang berlangsung selama tiga bulan terakhir juga dipastikan akan membawa negara itu pada krisis besar.
"Hong Kong menghadapi krisis yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarahnya," kata seorang analis Edison Lee, mengutip The Strait Times sebagaimana dilansirCNBC Senin (26/8/2019). Ia bahkan percaya, sebentar lagi Hong Kong bakal resesi.
Lee menuturkan ada beberapa hal yang mendasari penilaiannya. Pertama, akibat demo yang mengganggu, rencana listing saham perusahaan e-commerce terbesar di China, Alibaba Group Holding, terpaksa ditunda.
Kedua, demonstrasi sudah menyebabkan bank-bank Hong Kong merugi. Dalam pengumuman laporan keuangan, bank bank mencatat pendapatan yang lebih rendah akibat demo di kuartal kedua ini.
Bank of East Asia misalnya melaporkan penurunan 75% dalam laba bersih semester pertama karena penurunan pendapatan (writedowns) di China. Bank ini juga sempat memperingatkan akan bahaya dari dampak demo lanjutan terhadap perusahaan kecil dan menengah.
Sektor pariwisata Hong Kong juga terkena pukulan berat. Bukan hanya hotel yang terkena imbas, tapi juga 20 perusahaan lain, termasuk pengembang Henderson Land, grup Shangri-La Asia, Emperor Watch & Jewellery, operator department store Lifestyle International bahkan operator kereta api MTR Corp.
Selain itu, beberapa acara global juga telah ditunda akibat demo. "Ritel bisa turun 20% hingga 30% tahun ini," katanya lagi.
Sebelumnya pada data kuartal April-Juni, saat dampak demo masih kecil, ekonomi Hong Kong sudah turun 0,4% dari kuartal sebelumnya. Jika pada kuartal ketiga ini ekonomi tetap turun, maka resesi tidak bisa terelakkan lagi.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kota ini adalah 0%-1%. Namun, melihat situasi sekarang, beberapa analis memperkirakan ekonomi akan kembali negatif.
Akibat demo, pariwisata Hong Kong juga terdampak. Ini terbukti dari penurunan hingga 50% dalam pendapatan dari bisnis penyewaan kamar.
Seperti dikatakan Yiu Si-wing, ketua China Travel Service (HK). "Kunjungan dari daratan China yang biasanya merupakan 80% dari kedatangan, turun paling besar karena orang-orang khawatir akan keselamatan mereka," katanya.
Lebih parah lagi, sebuah perusahaan holding investasi bernama Kaisun Holdings, mengatakan ketidakpastian yang terjadi cukup mengganggu dan membuat investor takut. "Banyak investor telah memilih untuk meninggalkan Hong Kong, dan beberapa bank dan (perusahaan multinasional) telah mulai berencana memindahkan basis mereka ke kota-kota Asia terdekat lainnya," katanya.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam sebenarnya telah berulang kali memperingatkan bahwa demo akan merugikan ekonomi. Namun, Lam secara konsisten menolak untuk memenuhi tuntutan inti dari para pemrotes, membuat demo tidak mungkin berakhir.
Alih-alih menuruti permintaan pendemo, Lam malah mengumumkan langkah-langkah stimulus senilai US$ 2,4 miliar, mulai dari memberikan subsidi untuk pendidikan dan utilitas hingga bantuan pinjaman untuk usaha kecil. Tetapi analis memperingatkan bahwa dalam kondisi saat ini, tawaran Lam tidak efektif, karena perusahaan dan konsumen tidak berminat untuk berbelanja.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Masih Demo, Hongkong Ambil Langkah Lanjutan Bidang Ekonomi
Most Popular