Global Suram, Pengusaha Mulai Khawatir Pertumbuhan Ekonomi RI

Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
27 August 2019 09:53
Para pengusaha mulai khawatir dengan proyeksi ekonomi Indonesia di tahun ini.
Foto: Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani di Grand Launching CNBC Indonesia TV (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah perlambatan ekonomi global, para pengusaha mulai khawatir dengan proyeksi ekonomi Indonesia di tahun ini. Ada rasa pesimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mentok pada kisaran angka 5% di akhir tahun.

"Kalau dunia usaha, kita bisa antisipasi kalau ada penurunan. Repotnya kalau kita mengantisipasi tiba-tiba terjadi penurunan yang berdampak ke dunia usaha," kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani di Jakarta, Senin (26/8/2019).

Menurut Rosan, beberapa negara telah merevisi ke bawah arah pertumbuhan ekonominya. Negara tetangga yang dimaksud Rosan di antaranya Singapura.


Rosan mengakui bahwa para pengusaha telah membuat langkah antisipasi. Baginya, menjaga konsumsi domestik menjadi salah satu cara dalam menghadapi kondisi ini.

"Kita meyakinilah bahwa pertumbuhan ekonomi kita 5-5,1% sampai akhir tahun. Kita juga melihat apa aja sih yang terdampak dan apa yang kita jaga. Kalau sektor konsumsi, konsumsi domestik, ini yang kita jaga," terang Rosan.

Rosan mengungkapkan, saat ini beberapa industri sudah terkena imbas pelemahan ekonomi, di antaranya batu bara.

"Beberapa sektor yang kena imbas, misal batu bara kena harga dunia menurun. Kita antisipasi saja," ucapnya.

Langkah antisipasi itu, jelas Rosan, dapat terlihat pada penundaan ekspansi yang dilakukan pengusaha.

"Bagaimana? Ya misalnya saat perekonomian menurun, kita menunda ekspansi dan ini kadang-kadang ada bagusnya juga agar kita jadi lebih efisien," jelas Rosan.

Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan berada di kisaran 5-5,2% seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2019. Negara-negara tetangga misalnya Vietnam sempat mampu tumbuh 6,76 persen pada semester I-2019 dan Filipina mampu melaju 5,5% pada periode yang sama.

Ekonom Senior UI sekaligus Mantan Menteri Keuangan RI Chatib Basri mengatakan perhitungan tersebut salah satunya karena Indonesia masih dipengaruhi oleh komoditas dan harga energi.

"60 persen dari ekonomi kita tergantung dari komoditas dan harga energi. Sekarang kalau China melambat karena trade war, harga komoditi turun," katanya, Minggu (25/8/2019).

Badan Pusat Statistik (BPS)
sebelumnya 
merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% di kuartal II-2019.

"Ekonomi tumbuh 5,05% secara year on year. Namun secara q to q atau bulanan tumbuh 4,2%," kata
Kepala BPS, Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (5/8/2019). Dengan demikian, selama semester I-2019, ekonomi tumbuh 5,06%.




(tas) Next Article Titipan Pengusaha ke Jokowi: Pangkas Pajak Badan Jadi 17%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular