Membuka Tabir! Ini Kondisi Samboja Kaltim Kandidat Ibu Kota
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 August 2019 14:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepindahan lokasi Ibu Kota Negara Indonesia sudah bukan sekedar wacana. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberi sinyal yang semakin jelas atas rencana tersebut.
"Dengan memohon Ridho Allah SWT, dengan meminta izin dan dukungan dai Bapak Ibu Anggota Dewan yang terhormat, para sesepuh dan tokoh bangsa, terutama dari seluruh rakyat Indonesia, dengan ini saya mohon izin untuk memindahkan ibu kota negara kita ke Pulau Kalimantan," kata Jokowi dalam sidang bersama DPR RI dan DPD RI hari Jumat (16/8/2019).
Belakangan, nama Kecamatan Samboja ramai diperbincangkan khalayak ramai.
Pasalnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro sudah memberikan kode keras soal calon lokasi Ibu Kota baru.
"Kita cari lokasi tengah, jadi jatuhnya di Selat Makassar. Selat Makassar terletak di antara dua Pulau Kalimantan dan Sulawesi, kita pilih Kalimantan bagian timur atau Sulawesi bagian barat," kata Bambang dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Perpaduan interpretasi perkataan Jokowi dan Bambang menghadirkan Kecamatan Samboja ke dalam bursa calon kuat Ibu Kota baru. Sebab, Kecamatan Samboja terletak di pesisir Timur pulau Kalimantan, tepatnya di antara Kota Balikpapan dan Kota Samarinda dan terhubung dengan Tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99 km.
Dari bandar udara (bandara) Sepinggan, Balikpapan, Samboja dapat ditempuh melalui rute darat dalam waktu sekitar 1 jam 16 menit.
Seperti Apa Kondisi Samboja?
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Samboja memiliki luas daerah sebesar 1.045,9 kilometer persegi.
Artinya, luas wilayah Samboja hampir sama dengan satu setengah (1,5) kali lipat dari luas Jakarta yang hanya 662,33 kilometer persegi.
Sementara itu total curah hujan di Kecamatan Samboja pada tahun 2017 mencapai 2.680 mm. Jumlah hari hujan di Samboja pada tahu yang sama adalah 161 hari.
Itu artinya curah hujan di Samboja sedikit lebih tinggi dibanding Jakarta yang sebesar 2.151,9 mm pada tahun 2017. Pada tahun yang sama hujan di Jakarta terjadi sebanyak 151 hari.
Sementara itu kecamatan Samboja juga dilalui 5 sungai yang panjangnya masing-masing lebih dari 10+ km, yaitu Sungai Merdeka (10 km), Sungai Hitam (10+ km), Sungai Serayu (10+ km), Sungai Sekakam (18+ km), dan Sungai Bulu (10+ km). BPS menyebut lebar sungai-sungai tersebut memiliki lebar sekitar 6-10 meter yang mana belum dijadikan alur pelayaran hingga tahun 2017.
Maka dari itu, jika nantinya benar Ibu Kota pindah ke Samboja, pemerintah harus bisa merancang infrastruktur yang bisa mencegah terjadinya banjir kala hujan terjadi. Karena bila tidak, fenomena banjir tahunan yang kerap melanda Jakarta bisa menular sampai ke Samboja.
Di sisi lain, jumlah penduduk Samboja per tahun 2017 masih sebanyak 63.128 jiwa, yang menghasilkan angka kepadatan penduduk 54,3 jiwa/km2.
Sangat kontras dengan Jakarta dengan jumlah penduduk mencapai 10,3 juta jiwa yang membuat angka kepadatan penduduk bengkak menjadi 15.663 jiwa/km2.
Saat ini pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian utama di Samboja. Pada tahun 2017 kecamatan ini tercatat memproduksi 92.805 ton beras, 126.750 ton nanas, dan 48.385 ton pisang. Selain itu ada pula produk-produk pertanian lain seperti kelapa sawit, karet, dan kelapa.
Selain pertanian, ada pula usaha perikanan yang berlangsung di Samboja. Untuk perikanan laut, ada 871 kapal yang terdaftar dengan produksi sebesar 3.986 ton di tahun 2017. Ada pula perikanan tambak yang menghasilkan 41.753 ton di tahun yang sama.
Soal energi, BPS menyebut Samboja saat ini sudah teraliri listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Total pelanggan PLN per tahun 2017 tercatat sebanyak 11.084.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Menteri ATR ke Spekulan Tanah: Pembeli Bakal Kecewa
"Dengan memohon Ridho Allah SWT, dengan meminta izin dan dukungan dai Bapak Ibu Anggota Dewan yang terhormat, para sesepuh dan tokoh bangsa, terutama dari seluruh rakyat Indonesia, dengan ini saya mohon izin untuk memindahkan ibu kota negara kita ke Pulau Kalimantan," kata Jokowi dalam sidang bersama DPR RI dan DPD RI hari Jumat (16/8/2019).
Belakangan, nama Kecamatan Samboja ramai diperbincangkan khalayak ramai.
"Kita cari lokasi tengah, jadi jatuhnya di Selat Makassar. Selat Makassar terletak di antara dua Pulau Kalimantan dan Sulawesi, kita pilih Kalimantan bagian timur atau Sulawesi bagian barat," kata Bambang dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Perpaduan interpretasi perkataan Jokowi dan Bambang menghadirkan Kecamatan Samboja ke dalam bursa calon kuat Ibu Kota baru. Sebab, Kecamatan Samboja terletak di pesisir Timur pulau Kalimantan, tepatnya di antara Kota Balikpapan dan Kota Samarinda dan terhubung dengan Tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99 km.
Dari bandar udara (bandara) Sepinggan, Balikpapan, Samboja dapat ditempuh melalui rute darat dalam waktu sekitar 1 jam 16 menit.
Seperti Apa Kondisi Samboja?
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Samboja memiliki luas daerah sebesar 1.045,9 kilometer persegi.
Artinya, luas wilayah Samboja hampir sama dengan satu setengah (1,5) kali lipat dari luas Jakarta yang hanya 662,33 kilometer persegi.
Sementara itu total curah hujan di Kecamatan Samboja pada tahun 2017 mencapai 2.680 mm. Jumlah hari hujan di Samboja pada tahu yang sama adalah 161 hari.
Itu artinya curah hujan di Samboja sedikit lebih tinggi dibanding Jakarta yang sebesar 2.151,9 mm pada tahun 2017. Pada tahun yang sama hujan di Jakarta terjadi sebanyak 151 hari.
![]() |
Sementara itu kecamatan Samboja juga dilalui 5 sungai yang panjangnya masing-masing lebih dari 10+ km, yaitu Sungai Merdeka (10 km), Sungai Hitam (10+ km), Sungai Serayu (10+ km), Sungai Sekakam (18+ km), dan Sungai Bulu (10+ km). BPS menyebut lebar sungai-sungai tersebut memiliki lebar sekitar 6-10 meter yang mana belum dijadikan alur pelayaran hingga tahun 2017.
Maka dari itu, jika nantinya benar Ibu Kota pindah ke Samboja, pemerintah harus bisa merancang infrastruktur yang bisa mencegah terjadinya banjir kala hujan terjadi. Karena bila tidak, fenomena banjir tahunan yang kerap melanda Jakarta bisa menular sampai ke Samboja.
Di sisi lain, jumlah penduduk Samboja per tahun 2017 masih sebanyak 63.128 jiwa, yang menghasilkan angka kepadatan penduduk 54,3 jiwa/km2.
Sangat kontras dengan Jakarta dengan jumlah penduduk mencapai 10,3 juta jiwa yang membuat angka kepadatan penduduk bengkak menjadi 15.663 jiwa/km2.
Saat ini pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian utama di Samboja. Pada tahun 2017 kecamatan ini tercatat memproduksi 92.805 ton beras, 126.750 ton nanas, dan 48.385 ton pisang. Selain itu ada pula produk-produk pertanian lain seperti kelapa sawit, karet, dan kelapa.
Selain pertanian, ada pula usaha perikanan yang berlangsung di Samboja. Untuk perikanan laut, ada 871 kapal yang terdaftar dengan produksi sebesar 3.986 ton di tahun 2017. Ada pula perikanan tambak yang menghasilkan 41.753 ton di tahun yang sama.
Soal energi, BPS menyebut Samboja saat ini sudah teraliri listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Total pelanggan PLN per tahun 2017 tercatat sebanyak 11.084.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Menteri ATR ke Spekulan Tanah: Pembeli Bakal Kecewa
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular