Argentina Semrawut, Akankah Negara Itu Bangkrut?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 August 2019 16:33
Keadaan ekonomi yang tidak menentu di Argentina belakangan ini telah menyulut persepsi bahwa negara Amerika Selatan itu akan kembali terjerat dalam krisis hebat
Foto: Gerhana Bulan di Buenos Aires, Argentina (AP Photo/Natacha Pisarenko)
Jakarta, CNBC Indonesia - Keadaan ekonomi yang tidak menentu di Argentina belakangan ini telah menyulut persepsi bahwa negara Amerika Selatan itu akan kembali terjerat dalam krisis hebat.

Pada hari Senin (12/8/19), mata uang peso Argentina melemah lebih dari 30% ke rekor terendah 65 peso per 1 dolar AS. Akibat hal itu Bank sentral negara itu melakukan intervensi di pasar valuta asing, menggunakan cadangannya untuk menopang peso. Tetapi, peso masih diperdagangkan turun sekitar 15% pada akhir hari.

Selain itu, biaya memastikan eskposur (insuring exposure) terhadap utang negara Argentina melonjak hampir tiga kali lipat sejak Jumat, menurut data Reuters Eikon. Sementara nilai credit default swaps (CDS) jangka waktu 5-tahun Argentina adalah 2.720 basis poin pada hari Rabu, jauh di atas level penutupan hari Jumat yaitu 1.017.


Menurut perkiraan terbaru IHS Markit, berdasarkan tingkat penutupan hari Rabu, probabilitas default pemerintah dalam periode satu tahun sekarang berada di 55%. Sementara itu, untuk periode lima tahun, kemungkinan gagal bayarnya mencapai 82,5%.

Sejalan dengan itu, analis di Bank of America Merrill Lynch mengatakan ada kemungkinan 50% Argentina akan gagal bayar utangnya tahun depan. Bank juga mengatakan, kebutuhan keuangan besar pemerintah yaitu sekitar US$ 30 miliar tahun depan, situasi fiskal yang lemah dan kurangnya kredibilitas pasar, semua itu menandakan adanya kemungkinan besar pemerintah akan gagal bayar pada tahun 2020.

Pada saat yang sama, pasar saham Argentina mencatatkan kinerja terburuk, anjlok 48% dalam denominasi dolar pada hari Senin. Ini adalah kinerja harian terburuk oleh pasar saham mana pun di dunia selama tiga dekade terakhir. Ini juga kinerja terburuk kedua dalam 70 tahun terakhir atau sejak 1950.

Untuk itu, Bank of America Merrill Lynch memproyeksikan bahwa perekonomian ke depan akan cukup terbebani, di mana pada 2020 diperkirakan akan menjadi tahun ketiga berturut-turut negara ini masuk ke dalam resesi.


Pemilu Penyebab Resesi

Mengutip CNBC International, peristiwa yang memicu kekacauan itu disebabkan oleh pemilihan umum presiden yang diselenggarakan negara itu pada Minggu. Hitungan awal hasil pemilu Argentina menunjukkan penantang Alberto Fernandez dari oposisi meraih suara 47%, dibanding calon petahana (incumbent) di Pemilu 2019, Presiden Mauricio Macri, yang hanya memperoleh sekitar 32% sehingga kekalahan tampaknya sudah di depan mata.

Banyak investor percaya bahwa kekalahan Macri berarti Argentina ke depannya akan dipimpin oleh presiden yang bisa membuat ekonomi Argentina kembali terguncang dan tidak stabil.

Mengutip laporan Lombard Odier, pasar bereaksi tajam pada berita ini karena pemerintah Argentina saat ini hidup dari berutang pada Dana Moneter Internasional (IMF). Paket Dana (IMF) memungkinkan negara untuk melunasi utang publiknya yang sangat tinggi dengan standar pasar yang baru muncul (80% + dari PDB), sekitar 80% di antaranya didenominasi dalam mata uang asing (sebagian besar dolar AS).

Dalam sejarahnya, negara yang juga anggota kelompok G-20 ini telah sering kali terjerat ke dalam krisis akibat salah urus. Mengutip situs Bitcoin.com, Argentina pernah terjerat inflasi yang sangat tinggi. Ini membuat pemerintahnya harus melakukan redenominasi, memotong nol dari mata uang fiat, sebanyak empat kali antara tahun 1970 hingga 1992. Pada Agustus 2013, nilai mata uang Argentina kembali pernah menguat menjadi kurang dari enam peso Argentina per dolarnya. Tapi hari ini nilainya setara sekitar 10 kali lipatnya.

Pada tahun 2001 pemerintah Argentina gagal membayar obligasi, membuat negara itu mangkir dari pasar keuangan internasional selama bertahun-tahun dan menyebabkan krisis ekonomi yang berkelanjutan yang dampaknya tidak akan segera dilupakan orang.

Keadaan saat ini pun hampir mirip seperti itu karena jumlah tabungan peso penduduk Argentina telah menyentuh posisi terendah baru.

Macri telah menjadi favorit karena sejak terpilih pada 2015, ia telah banyak membuat perubahan bagi Argentina. Macri adalah pemimpin yang pro pasar. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi Argentina dibawa keluar dari krisis pada tahun lalu meski dibayar dengan harga yang lumayan mahal.

Pada bulan Juni 2017, Macri bahkan menerbitkan obligasi bertenor 100 tahun senilai US$ 2,7 milyar dengan imbal hasil 8%. Obligasi ini langsung diserbu investor, seperti dikutip dari The Economist.

Namun sayangnya ini tidak bertahan lama. Perubahan tak terduga pada target inflasi dan penerbitan utang yang cepat mengkhawatirkan investor di tahun 2017. Kekhawatiran ini menjamur menjadi krisis mata uang tahun lalu. Ketika peso anjlok parah, bank sentral menaikkan suku bunga menjadi 40%. Macri terpaksa mencari pinjaman atau bailout senilai US$ 57miliar dari Dana Moneter International (IMF).

Namun, untuk memenuhi persyaratan bailout, Macri harus memotong pengeluaran publik dan menaikkan harga utilitas, seperti gas dan listrik, dan angkutan umum. Krisis telah memporak-porandakan ekonomi. Argentina telah mengalami resesi selama setahun terakhir, dengan inflasi lebih dari 50%. Tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur oleh Universitas Katolik Argentina telah meningkat dari 27% pada 2017 menjadi 35% sekarang.

Mitra Dagang Indonesia

Apabila benar terjadi krisis di Argentina, ini jelas akan berdampak pada Indonesia. Sebab, Argentina merupakan mitra dagang terbesar ke-2 Indonesia setelah Brasil di kawasan Amerika Selatan. Nilai total perdagangan Indonesia-Argentina pada 2018 sebesar 1,6 miliar dolar AS atau meningkat 18 persen dibanding 2017.

Di 2018, ekspor utama Indonesia ke Argentina mencakup karet alam, mesin piston pembakaran, bagian dan aksesori kendaraan bermotor, serta bagian alas kaki dan alas kaki. Sedangkan, impor utama Indonesia dari Argentina di 2018 mencakup gandum, kedelai, kapas dan pipa baja.

Sementara produk-produk lain yang berpotensi untuk didorong ekspornya dari Indonesia ke Argentina antara lain pesawat telepon, kendaraan bermotor, mesin pengolah data otomatis, suku cadang alat transmisi, kawat, dan vakum atau pompa udara.

[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Argentina Dibayangi Krisis, Pemerintah Kontrol Mata Uang Peso

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular