Devisa dari B20 Tak Capai Target, CAD Makin Bengkak

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
12 August 2019 19:08
Devisa yang biasanya digunakan untuk mengimpor minyak itu, diharapkan tidak menambah angka defisit transaksi berjalan (CAD).
Foto: Presiden Jokowi bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat kunjungan di Labuan Bajo, Kamis (11/7). (dok. BKIP Kemenhub)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memproyeksikan devisa yang bisa dihemat negara dari penggunaan B20 sepanjang tahun ini bisa mencapai US$ 5,5 miliar.

Devisa yang biasanya digunakan untuk mengimpor minyak itu, diharapkan tidak menambah angka defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Meski demikian, proyeksi yang disampaikan itu justru diperkirakan tidak berjalan sesuai rencana. Pemerintah memperkirakan hanya bisa menghemat devisa senilai US$ 3,4 miliar dari penggunaan B20.

"Sampai akhir tahun [penghematan devisa] US$3,4 miliar," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di kompleks kepresidenan, Jakarta, Senin (12/8/2019).

Catatan pemerintah, devisa yang berhasil dihemat dari pelaksanaan mandatori B20 hingga Juli 2019 hanya mencapai US$ 1,6 miliar. Pemerintah pun pesimis bisa menghemat devisa lebih besar.

"Ini kan tergantung harga solarnya berapa. Yang namanya penghematan itu jumlah FAME yang digunakan diganti solar," kata Darmin.

"Solar yang tidak jadi diimpor, jadi tergantung harga solar saat ada pergantian itu juga," jelas eks Gubernur Bank Indonesia itu.

Sebagai informasi, pemerintah memang kembali mendapatkan kabar tidak sedap. Neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka defisit transaksi berjalan tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).

Darmin tak memungkiri, defisit migas dalam komponen neraca perdagangan kerap kali menjadi biang kerok defisit transaksi berjalan. Penggunaan B20, diharapkan bisa menekan devisa yang dihamburkan untuk impor minyak.

"Sebenarnya kita itu defisit migasnya agak naik pada Mei - Juni. Itu waktu puasa dan lebaran. Setelah Juli, harusnya normal lagi," katanya.

Meskipun penghematan devisa dari penggunaan B20 tak sesuai yang diharapkan, namun Menko Darmin tetap optimistis defisit transaksi berjalan bisa tetap terkendali.

"Harapannya gitu. Ini kan urusannya bukan hanya migas. Tapi arahnya begitu. Akhir tahun itu mestinya kurang dari 3%," tegasnya
(dru) Next Article Jokowi : 'Hantu' CAD Pergi, Kita Merdeka!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular