
BMKG: Tak Ada Asap Kebakaran Hutan Masuk Malaysia & Singapura
Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
09 August 2019 11:55

Jakarta, CNBCÂ Indonesia- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan tidak ada asap dampak kebakaran hutan di Indonesia yang masuk ke Malaysia maupun Singapura. Hal tersebut berdasarkan data trajektori dan asap sebaran asap menggunakan data satelit Himawari-8 pada 9 Agustus 2019, pukul 09.00 WIB dan 10.00 WIB.
Dalam siaran pers, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab menyampaikan bahwa tidak ada transboundary haze atau asap yang keluar dari batas wilayah negara yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dari wilayah Indonesia.
Berdasarkan data citra Satelit Himawari-8 per tanggal tersebut, asap terdeteksi hanya di wilayah Riau dan Kalimantan Tengah. Arah angin di Riau dan Kalimantan Tengah ini mengarah dari tenggara ke barat laut.
Sementara itu, dilihat data citra satelit ASEAN Specialized Meteorological Centre (ASMC) pada 8 Agustus 2019 bahwa ada 3 titik panas atau hotspot di wilayah Malaysia. Di samping itu, ada potensi polusi di wilayah Malaysia yang berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah tersebut.
Demikian juga, sebaran asap di wilayah Pulau Kalimantan yang tidak sampai masuk ke wilayah Malaysia. Berdasarkan data trajektori dan asap pada 9 Agustus 2019, pukul 09.00 WIB, terpantau asap di wilayah Kalimantan Tengah.
Namun demikian tidak terdeteksi adanya transboundary haze. Pantauan arah angin di Kalimantan Tengah menunjukkan dari arah tenggara ke barat laut, sedangkan sebaran asap pada umumnya menyebar ke arah barat laut.
Berdasarkan citra satelit modis-catalog.lapan.go.id periode 24 jam terakhir, jumlah titik panas terpantau di beberapa wilayah Indonesia. Berikut rincian pantauan titik panas dengan kateogri tinggi atau tingkat kepercayaan di atas 80% di wilayah Sumatera dan Kalimatan, yaitu Aceh 10 titik, Jambi 8, Lampung 1, Riau 56, Sumatera Selatan 1, dan Sumatera Utara 3.
Titik panas di wilayah Kalimantan teridentifkasi di wilayah Kalimantan Barat 27, Kalimantan Selatan 2, dan Kalimantan Tengah 29.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan dalam rapat koordinasi nasional pengendalian kebakaran hutan dan lahan 2019 di Istana Merdeka, Jakarta.
Berbicara di depan ratusan peserta, Jokowi tak ragu menyebut bahwa ada rasa malu yang ada di benaknya ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri terkait masalah kebakaran hutan dan lahan.
"Saya kadang-kadang malu. Minggu ini saya mau ke Malaysia dan Singapura. Tapi saya tahu, minggu kemarin sudah jadi headline. Cirebu masuk lagi ke negara tetangga kita," kata Jokowi.
"Saya cek ke Cirebu, ini apa? Ternyata asap. Hati-hati. Malu kita kalau enggak bisa menyelesaikan ini. Mereka udah senang 4 tahun enggak pernah ada Cirebu," tegasnya.
Kebakaran hutan dan lahan memang sudah sejak lama dialami Indonesia. Selain imbasnya terkena negara tetangga, kerugian ekonomi dari kebakaran hutan dan lahan pernah mencapai Rp 221 triliun.
Jokowi cukup kecewa, lantaran angka kebakaran hutan tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lau. Padahal, berbagai upaya yang sudah dilakukan seharusnya bisa menurunkan angka kebakaran.
"Aturan main kita tetap masih sama. Saya ingatkan kepada Pangdam, Danrem, Kapolda, Kapolres, aturan yang saya sampaikan 2015 masih berlaku," kata Jokowi.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Asap Sampai Singapura & Malaysia, Jokowi: Saya Malu
Dalam siaran pers, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab menyampaikan bahwa tidak ada transboundary haze atau asap yang keluar dari batas wilayah negara yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dari wilayah Indonesia.
Berdasarkan data citra Satelit Himawari-8 per tanggal tersebut, asap terdeteksi hanya di wilayah Riau dan Kalimantan Tengah. Arah angin di Riau dan Kalimantan Tengah ini mengarah dari tenggara ke barat laut.
Sementara itu, dilihat data citra satelit ASEAN Specialized Meteorological Centre (ASMC) pada 8 Agustus 2019 bahwa ada 3 titik panas atau hotspot di wilayah Malaysia. Di samping itu, ada potensi polusi di wilayah Malaysia yang berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah tersebut.
Demikian juga, sebaran asap di wilayah Pulau Kalimantan yang tidak sampai masuk ke wilayah Malaysia. Berdasarkan data trajektori dan asap pada 9 Agustus 2019, pukul 09.00 WIB, terpantau asap di wilayah Kalimantan Tengah.
Namun demikian tidak terdeteksi adanya transboundary haze. Pantauan arah angin di Kalimantan Tengah menunjukkan dari arah tenggara ke barat laut, sedangkan sebaran asap pada umumnya menyebar ke arah barat laut.
Berdasarkan citra satelit modis-catalog.lapan.go.id periode 24 jam terakhir, jumlah titik panas terpantau di beberapa wilayah Indonesia. Berikut rincian pantauan titik panas dengan kateogri tinggi atau tingkat kepercayaan di atas 80% di wilayah Sumatera dan Kalimatan, yaitu Aceh 10 titik, Jambi 8, Lampung 1, Riau 56, Sumatera Selatan 1, dan Sumatera Utara 3.
Titik panas di wilayah Kalimantan teridentifkasi di wilayah Kalimantan Barat 27, Kalimantan Selatan 2, dan Kalimantan Tengah 29.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan dalam rapat koordinasi nasional pengendalian kebakaran hutan dan lahan 2019 di Istana Merdeka, Jakarta.
Berbicara di depan ratusan peserta, Jokowi tak ragu menyebut bahwa ada rasa malu yang ada di benaknya ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri terkait masalah kebakaran hutan dan lahan.
"Saya kadang-kadang malu. Minggu ini saya mau ke Malaysia dan Singapura. Tapi saya tahu, minggu kemarin sudah jadi headline. Cirebu masuk lagi ke negara tetangga kita," kata Jokowi.
"Saya cek ke Cirebu, ini apa? Ternyata asap. Hati-hati. Malu kita kalau enggak bisa menyelesaikan ini. Mereka udah senang 4 tahun enggak pernah ada Cirebu," tegasnya.
Kebakaran hutan dan lahan memang sudah sejak lama dialami Indonesia. Selain imbasnya terkena negara tetangga, kerugian ekonomi dari kebakaran hutan dan lahan pernah mencapai Rp 221 triliun.
Jokowi cukup kecewa, lantaran angka kebakaran hutan tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lau. Padahal, berbagai upaya yang sudah dilakukan seharusnya bisa menurunkan angka kebakaran.
"Aturan main kita tetap masih sama. Saya ingatkan kepada Pangdam, Danrem, Kapolda, Kapolres, aturan yang saya sampaikan 2015 masih berlaku," kata Jokowi.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Asap Sampai Singapura & Malaysia, Jokowi: Saya Malu
Most Popular