
Pedenya Gubernur BI Sebut CAD Bisa 2% PDB, Kapan Pak?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 August 2019 10:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) cukup menaruh optimisme tinggi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dalam 5 tahun ke depan bisa mengarah ke angka 2% dari PDB.
"CAD mengarah ke 2% dari PDB," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah seminar nasional di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Pernyataan tersebut disampaikan Perry Warjiyo, sebelum bank sentral melalui Departemen Komunikasi BI merilis angka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2019 yang cukup mengecewakan.
Secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 juga membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya, NPI masih tercatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar.
Defisit pada NPI kali ini disebabkan oleh penurunan kinerja transaksi finansial, yang mana hanya mencatat surplus sebesar US$ 7 miliar pada kuartal II-2019. Jauh lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang surplus US$ 9,9 miliar.
Adapun angka neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka defisit transaksi berjalan tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
Bank Indonesia (BI) menyebut pembengkakan CAD tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti, repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri, dampak perlambatan ekonomi dunia, dan harga komoditas yang berguguran.
(dru) Next Article Healthy Mind, Body & Spirit! Bos BI Masih Kuat Gowes
"CAD mengarah ke 2% dari PDB," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah seminar nasional di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Pernyataan tersebut disampaikan Perry Warjiyo, sebelum bank sentral melalui Departemen Komunikasi BI merilis angka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2019 yang cukup mengecewakan.
Defisit pada NPI kali ini disebabkan oleh penurunan kinerja transaksi finansial, yang mana hanya mencatat surplus sebesar US$ 7 miliar pada kuartal II-2019. Jauh lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang surplus US$ 9,9 miliar.
Adapun angka neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka defisit transaksi berjalan tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
Bank Indonesia (BI) menyebut pembengkakan CAD tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti, repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri, dampak perlambatan ekonomi dunia, dan harga komoditas yang berguguran.
(dru) Next Article Healthy Mind, Body & Spirit! Bos BI Masih Kuat Gowes
Most Popular