Duh! Mal Ramai Saat Mati Listrik, Pengusaha Ngaku Tetap Rugi
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
06 August 2019 16:18
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemadaman listrik massal di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah pada Minggu (6/8/2019) mendorong para orang untuk berkunjung ke mal sehingga mal jadi ramai. Namun, hal ini tidak berarti pengusaharitel memperoleh keuntungan dari ramainya kunjungan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan pengunjung seperti itu tidak melakukan transaksi belanja. Mereka juga diduga hanya menunggu listrik menyala kembali sehingga mall terlihat dikunjungi banyak orang.
"Pengunjung itu hanya sesaat saja, bukan untuk belanja. By time saja. Lagi ada kesulitan, kok. Bayangkan anaknya di rumah, TV ngga nyala, ya, jalan-jalan dong. Mereka datang ke mal bukan untuk belanja. Mereka lebih banyak sebenarnya untuk menunggu listrik menyala," kata Roy Mandey di Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Akibat pemadaman listrik, sejumlah gerai di mal menutup toko lebih awal. Memang ada mesin genset untuk cadangan listrik. Namun, sebagian mal, kata Roy, menggunakan genset untuk penerangan bangunan saja, tidak untuk operasional lain pada umumnya.
"Kita kehilangan potensi konsumen yang datang.10.000 orang gagal berkunjung ke mal. Mal buka, tapi genset hanya untuk lampu, bukan AC, sehingga orangnya berkurang," ujarnya.
Kerugian yang dialami peritel di Jakarta akibat pemadaman listrik ini ditaksir mencapai Rp200 miliar. Jumlah ini diklaim Roy berdasarkan perhitungan 82 mal di DKI Jakarta yang kehilangan potensi pengunjung rata-rata 10 ribu orang dan nilai transaksi Rp 200.000 per orang.
Itu belum termasuk biaya operasional genset dan rusaknya sejumlah produk makanan akibat tidak mendapat pendinginan yang cukup saat mati listrik pada Minggu (4/8) selama 8-9 jam, dan berlanjut pada Senin (5/8).
(hoi/hoi) Next Article Tak Ada Lagi Mal Baru di Jakarta, Kota Ini Malah Tambah Lagi
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan pengunjung seperti itu tidak melakukan transaksi belanja. Mereka juga diduga hanya menunggu listrik menyala kembali sehingga mall terlihat dikunjungi banyak orang.
"Pengunjung itu hanya sesaat saja, bukan untuk belanja. By time saja. Lagi ada kesulitan, kok. Bayangkan anaknya di rumah, TV ngga nyala, ya, jalan-jalan dong. Mereka datang ke mal bukan untuk belanja. Mereka lebih banyak sebenarnya untuk menunggu listrik menyala," kata Roy Mandey di Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Akibat pemadaman listrik, sejumlah gerai di mal menutup toko lebih awal. Memang ada mesin genset untuk cadangan listrik. Namun, sebagian mal, kata Roy, menggunakan genset untuk penerangan bangunan saja, tidak untuk operasional lain pada umumnya.
"Kita kehilangan potensi konsumen yang datang.10.000 orang gagal berkunjung ke mal. Mal buka, tapi genset hanya untuk lampu, bukan AC, sehingga orangnya berkurang," ujarnya.
Kerugian yang dialami peritel di Jakarta akibat pemadaman listrik ini ditaksir mencapai Rp200 miliar. Jumlah ini diklaim Roy berdasarkan perhitungan 82 mal di DKI Jakarta yang kehilangan potensi pengunjung rata-rata 10 ribu orang dan nilai transaksi Rp 200.000 per orang.
(hoi/hoi) Next Article Tak Ada Lagi Mal Baru di Jakarta, Kota Ini Malah Tambah Lagi
Most Popular