Listrik Mati Pukul Bisnis: Penjualan Drop 50%, Rugi Miliaran

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
06 August 2019 11:07
Dampak pemadaman listrik berbuntut panjang dari jasa, perdaganga, manufaktur hingga usaha kecil, dan masyarakat umum.
Foto: PT MRT Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemadaman listrik massal selama 8-9 jam terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan sebagian Jawa Tengah pada Minggu (4/8/2019) menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi pelaku usaha. Kerugiannya mencakup materil dan non materil.

Saat pemadaman listrik massal, aktivitas usaha utamanya untuk sektor jasa dan perdagangan seperti perbankan, perhotelan, perdagangan pasar modern tetap berjalan. Sehingga, pemadaman listrik ini berimbas dengan terputusnya jaringan komunikasi operator seluler dan online. Imbasnya ada hambatan saat pedagang ingin memasok barang.



"Banyak kerugian materil atau non materil. Akses komunikasi antara pedagang dan pengepul terputus karena pemadaman listrik terjadi bersamaan dengan gangguan (sinyal) komunikasi," kata Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri kepada CNBC Indonesia, Senin (5/8/2019).

Pedagang tradisional menutup lapak mereka lebih awal karena operasional mesin mati. Mansuri menaksir pendapatan pedagang turun 50% dibanding hari-hari sebelum pemadaman listrik. Para pedagang atau pasar tradisional umumnya tak punya genset sebagai cadangan.

Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, mengatakan pelaku usaha juga terbebani dengan biaya tambahan karena mengoperasikan sumber cadangan tenaga listrik seperti genset. Dampak lainnya adalah soal risiko bagi industri besar.


"Risiko turunnya kepercayaan customer dan buyer akibat keterlambatan shipment/distribusi barang yang tidak bisa sesuai dengan waktu pengiriman yang sudah disepakati dalam kontrak order," kata Hariyadi dalam keterangan tertulisnya.

Hariyadi belum bisa menaksir total kerugian yang didera para pengusaha. Ia berharap manajemen PLN benar-benar memberikan kompensasi sesuai kerugian pelaku usaha dengan prosedur yang sederhana.

Sementara untuk sektor ritel, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mulai menaksir potensi kerugian. Menurutnya, keraguan yang didera ritel di Jakarta ditaksir mencapai Rp200 miliar. Perkiraan ini didasarkan pada 82 Mall dan 2500 toko ritel modern di Jakarta.



"Kalau kemarin saja (Minggu) mulai pukul 11.50 hingga pukul 22.00 atau jam normal operasional gerai berakhir, listrik masih padam bisa dikalikan berapa kerugian yang kami derita," ujar Roy Mandey.

Kenyamanan masyarakat juga terganggu karena fasilitas seperti jaringan pembayaran elektronik tidak berfungsi normal. 
(hoi/hoi) Next Article Listrik Padam Massal, Darmin: Pasti Merugikan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular