
BPJS Buka-Bukaan Soal Tekor Rp 28 T pada Tahun ini
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
31 July 2019 16:56

Jakarta, CNBC Indonesia- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan berpeluang defisit hingga Rp 28 triliun pada akhir tahun ini. Defisit itu berasal dari kekurangan Rp 1,3 - 1,5 triliun setiap bulannya ditambah defisit tahun lalu sebesar Rp 9 triliun.
"Kalau secara agregat saja, kita hitung sederhana, cash flow secara operational treasury, maka BPJS kesehatan ini tiap bulan itu kekurangan bayarnya sekitar Rp 1,3-1,5 triliun setiap bulan, angka ini konsisten kalau kali 12 bulan Rp 18 triliun, kemudian ditambah yang tahun lalu Rp 9 triliun," kata Kemal Imam Santoso saat diwawancara CNBC Indonesia dalam program profit, Rabu (31/07/2019).
Dari perhitungan tersebut, Kemal Imam Santoso mengatakan operasional BPJS yang baru berjalan selama 5 tahun, pengelolaannya sudah cukup stabil. Artinya BPJS kesehatan tidak melihat lonjakan klaim tersebut dari bulan ke bulan. Tata cara pengajuan klaim dari pihak rumah sakit juga sudah menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Peraturan Presiden nomor 82, tahun 2018, terkait hal ini justru merubah masa kadaluwarsa klaim, yang sebelumnya 2 tahun diperpendek menjadi hanya 6 bulan saja, sehingga itu memacu pihak BPJS kesehatan untuk memperbaiki sistem.
"Jadi semua sistem ini mengarah pada perbaikan. Kemajuan yang kami lihat adalah, disiplin pengajuan klaim, administrasi klaim, sistem, kemudian tidak terjadi lonjakan yang berarti, ini merupakan refleksi daripada semua sistem yang menuju perbaikan," ujar Kemal.
Seperti diketahui, baru-baru ini pemerintah berencana menaikkan iuran BPJS Kesehatan, hal itu dimaksudkan sebagai solusi dalam mengatasi defisit, yang tahun ini diperkirakan menembus Rp 28 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Bernada Tinggi, Sri Mulyani Marah Ditagih BPJS Kesehatan
"Kalau secara agregat saja, kita hitung sederhana, cash flow secara operational treasury, maka BPJS kesehatan ini tiap bulan itu kekurangan bayarnya sekitar Rp 1,3-1,5 triliun setiap bulan, angka ini konsisten kalau kali 12 bulan Rp 18 triliun, kemudian ditambah yang tahun lalu Rp 9 triliun," kata Kemal Imam Santoso saat diwawancara CNBC Indonesia dalam program profit, Rabu (31/07/2019).
Dari perhitungan tersebut, Kemal Imam Santoso mengatakan operasional BPJS yang baru berjalan selama 5 tahun, pengelolaannya sudah cukup stabil. Artinya BPJS kesehatan tidak melihat lonjakan klaim tersebut dari bulan ke bulan. Tata cara pengajuan klaim dari pihak rumah sakit juga sudah menunjukkan perbaikan yang signifikan.
"Jadi semua sistem ini mengarah pada perbaikan. Kemajuan yang kami lihat adalah, disiplin pengajuan klaim, administrasi klaim, sistem, kemudian tidak terjadi lonjakan yang berarti, ini merupakan refleksi daripada semua sistem yang menuju perbaikan," ujar Kemal.
Seperti diketahui, baru-baru ini pemerintah berencana menaikkan iuran BPJS Kesehatan, hal itu dimaksudkan sebagai solusi dalam mengatasi defisit, yang tahun ini diperkirakan menembus Rp 28 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Bernada Tinggi, Sri Mulyani Marah Ditagih BPJS Kesehatan
Most Popular