
Pak Jokowi, Masih Percaya Investasi Mulai Bangkit?
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 August 2019 07:34

Pada 2015, pertumbuhan investasi masih bisa menyentuh level 17,8%. Selanjutnya, pertumbuhan terus berada dalam tren penurunan dan mencapai posisi terendah pada 2018, yaitu hanya 4,1% saja.
Teranyar, sepanjang semester I-2019 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan total realisasi investasi mencapai Rp 390,2 triliun, atau tumbuh 7,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Angka pertumbuhannya juga naik tipis dari semester I-2018 yang sebesar 7,4%.
Dalam hal ini, Kepala BKPM, Thomas Lembong, mengatakan minat investor asing terhadap Indonesia sudah mulai bangkit.
Pasalnya, bila dihitung dalam rupiah, total Penanaman Modal Asing (PMA) sudah mencapai Rp 212,8 triliun di semester I-2019, atau tumbuh 4% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Capaian tersebut tentunya menggembirakan sejumlah pihak karena pada semester I-2018 pertumbuhan PMA negatif alias terkontraksi sebesar 1,1% (dihitung dalam Rupiah).
Namun jangan keburu senang berlebihan.
Karena jumlah PMA yang masuk sepanjang semester I-2019 bila dihitung dalam satuan dolar AS hanya sebesar US$ 13,07 miliar saja.
Itu artinya, angka pertumbuhan PMA semester I-2019 malah menunjukkan adanya kontraksi atau penurunan 14,4%. Nilai kontraksi tersebut jauh lebih dalam ketimbang semester I-2018 yang sebesar 1,8%.
Penyebab perbedaan angka pertumbuhan PMA yang dihitung dalam rupiah dan dolar adalah perubahan kurs.
Tercatat sepanjang semester I-2019, rata-rata nilai tukar rupiah sudah mencapai Rp 14.188/US$. Artinya, rata-rata kurs rupiah sudah melemah 3,09% terhadap rata-rata semester I-2018.
Hal itu menyebabkan investor asing tidak perlu menggelontorkan investasi yang lebih besar karena rupiah semakin murah.
Namun itu menunjukkan sejatinya investor asing belum berminat untuk lebih banyak menggelontorkan dana investasi ke Indonesia.
Bahayanya, investasi asing punya peran penting. Nilainya mencapai lebih dari 50% terhadap total investasi. Setidaknya untuk saat ini.
Artinya, tanpa investasi asing yang mumpuni, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sangat rentan. Kala investasi asing loyo, akan semakin sulit bagi Indonesia untuk keluar dari zona pertumbuhan ekonomi 5%-an yang sudah terjadi dalam 5 tahun terakhir.
Padahal awalnya, Pak Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi ada di level 7%. Meski banyak yang menilai sangat ambisius.
Memang benar faktor global memiliki peran dalam menggiring daya tarik investor. Namun selayaknya pemerintah juga mengakui iklim investasi di Indonesia belum cukup memberikan daya tarik bagi investor asing.
BERLANJUT KE HALAMAN 3>>> (taa/taa)
Teranyar, sepanjang semester I-2019 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan total realisasi investasi mencapai Rp 390,2 triliun, atau tumbuh 7,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Angka pertumbuhannya juga naik tipis dari semester I-2018 yang sebesar 7,4%.
Pasalnya, bila dihitung dalam rupiah, total Penanaman Modal Asing (PMA) sudah mencapai Rp 212,8 triliun di semester I-2019, atau tumbuh 4% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Capaian tersebut tentunya menggembirakan sejumlah pihak karena pada semester I-2018 pertumbuhan PMA negatif alias terkontraksi sebesar 1,1% (dihitung dalam Rupiah).
Namun jangan keburu senang berlebihan.
Karena jumlah PMA yang masuk sepanjang semester I-2019 bila dihitung dalam satuan dolar AS hanya sebesar US$ 13,07 miliar saja.
Itu artinya, angka pertumbuhan PMA semester I-2019 malah menunjukkan adanya kontraksi atau penurunan 14,4%. Nilai kontraksi tersebut jauh lebih dalam ketimbang semester I-2018 yang sebesar 1,8%.
Penyebab perbedaan angka pertumbuhan PMA yang dihitung dalam rupiah dan dolar adalah perubahan kurs.
Tercatat sepanjang semester I-2019, rata-rata nilai tukar rupiah sudah mencapai Rp 14.188/US$. Artinya, rata-rata kurs rupiah sudah melemah 3,09% terhadap rata-rata semester I-2018.
Hal itu menyebabkan investor asing tidak perlu menggelontorkan investasi yang lebih besar karena rupiah semakin murah.
Namun itu menunjukkan sejatinya investor asing belum berminat untuk lebih banyak menggelontorkan dana investasi ke Indonesia.
Bahayanya, investasi asing punya peran penting. Nilainya mencapai lebih dari 50% terhadap total investasi. Setidaknya untuk saat ini.
Artinya, tanpa investasi asing yang mumpuni, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sangat rentan. Kala investasi asing loyo, akan semakin sulit bagi Indonesia untuk keluar dari zona pertumbuhan ekonomi 5%-an yang sudah terjadi dalam 5 tahun terakhir.
Padahal awalnya, Pak Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi ada di level 7%. Meski banyak yang menilai sangat ambisius.
Memang benar faktor global memiliki peran dalam menggiring daya tarik investor. Namun selayaknya pemerintah juga mengakui iklim investasi di Indonesia belum cukup memberikan daya tarik bagi investor asing.
BERLANJUT KE HALAMAN 3>>> (taa/taa)
Pages
Most Popular