Montara Sampai Karawang, 3 Kasus Tumpahan Minyak di Laut RI

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 July 2019 14:42
Montara Sampai Karawang, 3 Kasus Tumpahan Minyak di Laut RI
Foto: Kondisi Kawasan desa Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, yang tercemar tumpahan minyak akibat bocornya pipa Pertamina Rabu (24/7). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tumpahan minyak dan gelembung gas menyebar di garis pantai laut utara Jawa sejak dua pekan lalu. Diketahui, tumpahan terjadi akibat insiden di blok migas milik anak usaha PT Pertamina (Persero). 

Insiden ini sebenarnya bukan yang pertama di Indonesia. Sebelum tumpahan minyak di Karawang, pernah juga terjadi tumpahan minyak di Montara dan Balikpapan. Berikut rinciannya;

Tumpahan minyak Montara
Di Montara, kejadian itu terjadi pada 2009 yang melibatkan Petrolium Authority of Thailand Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP). 

Bocornya minyak mentah ke Laut Timor disebabkan meledak dan terbakarnya unit pengeboran West Atlas milik ladang minyak Montara. Kasus ini dikenal dengan Tumpahan Minyak Montara. 

Dikutip dari Detik, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Purbaya Yudhi Sadewa pernah menjelaskan kronologisnya. Pertama, pencemaran Montara tahun 2009 di laut Timor terjadi di Perairan Australia dan merembes masuk secara luar biasanya ke perairan Laut Timor Indonesia.

Dia menjelaskan, luasan tumpahan minyak Montara pada 2009 itu diperkirakan mencapai paling kurang 90 ribu kilometer persegi. Purbaya juga menyebutkan, ada beberapa pihak yang terlibat atas kejadian tersebut, yaitu PTTEP, Australian Maritime Safety Authority (AMSA), perusahaan Halliburton dan Sea Drill Norway.

Permasalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak. Purbaya mengatakan, AMSA juga menggunakan bubuk kimia Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun. Mereka menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak Montara ke dalam dasar Laut Timor.

"Akibatnya, 1 kali 24 jam banyak sekali ikan besar dan kecil mati termasuk di kawasan kita (Indonesia)," ujarnya, sebagaimana dikutip dari detik, April 2019.

[Gambas:Video CNBC]

Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan
Kemudian, di 2018, tumpahan minyak terjadi lagi di Teluk Balikpapan. Kali ini, kebocoran disebabkan hantaman jangkar yang mematahkan pipa minyak.

Kala itu, ada minyak jenis bahan bakar kapal (fuel oil) tumpah di perairan Teluk Balikpapan, tidak jauh dari Refinery Unit V Balikpapan milik PT Pertamina (Persero). Berdasarkan informasi yang didapat oleh CNBC Indonesia, tumpahan minyak jenis solar itu menyebabkan sebuah kapal landing craft tank (LCT) terbakar pukul 11.00 WITA.

Berdasarkan temuan pihak kepolisian daerah Kalimantan Timur, tumpahan minyak yang terjadi di perairan Teluk Balikpapan berasal dari pipa milik PT Pertamina (Persero).

"Berdasarkan hasil penyelidikan Dit Reskrimsus, setelah diidentifikasi memang dari pipa Pertamina. Namun penyebabnya external force atau dari luar," kata Manager Komunikasi dan CSR Regional Kalimantan Yudy Nugraha kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/3/2018).

Montara Sampai Karawang, 3 Kasus Tumpahan Minyak di Laut RI Foto: Rendy Irawan, Balikpapanku
Dan kini, Pertamina kembali dihadapkan pada insiden tumpahan minyak yang melanda pesisir Pantai Karawang. Insiden terjadi di lokasi pemboran lepas laut milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ).

Insiden ini terjadi sejak 12 Juli 2019, seperti diungkap oleh Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Samsu, akibat aktivitas re-entry saat pengeboran di sumur YYA-I.  "Kronologi pada 12 Juli pada pukul 1.30 dini hari pada saat melakukan re-entry dari drilling activity di sumur YYA 1 lalu muncul gelembung gas," ujarnya saat menggelar konferensi pers di kantornya, Kamis (25/7/2019).

Kejadian itu mengakibatkan wilayah operasi berhenti, dan pada 14 Juli 2019 mulai dilakukan evakuasi pegawai. Pada 15 Juli 2019, Pertamina menyampaikan keadaan darurat kepada SKK Migas dan Kementerian ESDM. Kemudian, pada 16 Juli 2019, ada oil sheen atau lapisan minyak di permukaan laut, dan pada 17 Juli 2019 oil spill atau tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan.

"Dan pada 18 Juli 2019, tumpahan minyak mencapai pantai ke arah barat, 2 km pantai," tutur Dharmawan. Sebagai tambahan, lanjutnya, pada 15 Juli 2019, setelah dinyatakan keadaan darurat, pihaknya langsung berinteraksi dengan lembaga-lembaga terkait di pemerintah, seperti SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), TNI dan Polri, Kemenko Bidang Kemaritiman, Basarnas, Walhi, dan KKKS lain yang telah membantu.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular