
Jakarta dan Kota Lain di Dunia yang Bermasalah dengan Air
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
25 July 2019 13:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Jakarta menjadi salah satu kota di dunia yang memiliki masalah terkait pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Kondisi ini diperparah dengan kondisi tanah di Jakarta yang makin ambles.
"Jakarta, fastest sinking city. Apa yang terjadi, rata-rata 12 cm per tahun. Lebih parah Jakarta Utara 15 cm pertahun," kata President Director PAM Jaya, Priyatno Bambang Hernowo dalam CNBC Indonesia Conference.
Kondisi ini kontras jika melihat kebutuhan air di Jakarta 60 persen berasal dari air pipa. Jakarta dengan jumlah penduduk sekitar 10,2 juta jiwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), membutuhkan air yang banyak.
"Ditambah ketergantungan sumber air dari luar masih sangat banyak," imbuhnya.
Dia menjelaskan, dari 60 persen kebutuhan air pipa Jakarta, 81 persen diantaranya diambil dari Waduk Jatiluhur di Purwakarta. Sementara itu 13 persennya diambil dari Tangerang, dan hanya 6 persen dari internal dalam hal ini mengandalkan air di Jakarta itu sendiri.
"Nah, jika 81 persen itu bermasalah, maka akan ganggu suplai di Jakarta," ujarnya lagi.
Jakarta tak sendiri, setidaknya ada kota lain yang juga bermasalah dengan pasokan air ini. Kuala Lumpur misalnya, ada waktu di mana selama tiga hari pasokan air harus terhambat lantaran adanya pemeliharaan saluran pipa.
"Ada 3 hari semua pelanggan diminta menyediakan air, karena ada maintenance," ujarnya lagi.
Belum lagi kasus yang terjadi di Manila, dimana delivery project tak sesuai waktu sehingga mengganggu pasokan air. Selanjutnya kejadian juga pernah dialami warga kota Senai, Malaysia, dimana satu hari tak ada air. Ini terjadi karena sistem tata kota yang tidak tepat.
"Karena tata kota, menghilangkan beberapa daerah yang untuk menyimpan air, digunakan untuk kawasan industri," tutupnya.
(dru) Next Article 13 Sungai Jakarta Dipaksa Penuhi Kebutuhan Air Warganya
"Jakarta, fastest sinking city. Apa yang terjadi, rata-rata 12 cm per tahun. Lebih parah Jakarta Utara 15 cm pertahun," kata President Director PAM Jaya, Priyatno Bambang Hernowo dalam CNBC Indonesia Conference.
Kondisi ini kontras jika melihat kebutuhan air di Jakarta 60 persen berasal dari air pipa. Jakarta dengan jumlah penduduk sekitar 10,2 juta jiwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), membutuhkan air yang banyak.
![]() |
"Ditambah ketergantungan sumber air dari luar masih sangat banyak," imbuhnya.
Dia menjelaskan, dari 60 persen kebutuhan air pipa Jakarta, 81 persen diantaranya diambil dari Waduk Jatiluhur di Purwakarta. Sementara itu 13 persennya diambil dari Tangerang, dan hanya 6 persen dari internal dalam hal ini mengandalkan air di Jakarta itu sendiri.
"Nah, jika 81 persen itu bermasalah, maka akan ganggu suplai di Jakarta," ujarnya lagi.
Jakarta tak sendiri, setidaknya ada kota lain yang juga bermasalah dengan pasokan air ini. Kuala Lumpur misalnya, ada waktu di mana selama tiga hari pasokan air harus terhambat lantaran adanya pemeliharaan saluran pipa.
"Ada 3 hari semua pelanggan diminta menyediakan air, karena ada maintenance," ujarnya lagi.
Belum lagi kasus yang terjadi di Manila, dimana delivery project tak sesuai waktu sehingga mengganggu pasokan air. Selanjutnya kejadian juga pernah dialami warga kota Senai, Malaysia, dimana satu hari tak ada air. Ini terjadi karena sistem tata kota yang tidak tepat.
"Karena tata kota, menghilangkan beberapa daerah yang untuk menyimpan air, digunakan untuk kawasan industri," tutupnya.
(dru) Next Article 13 Sungai Jakarta Dipaksa Penuhi Kebutuhan Air Warganya
Most Popular