
Diplomasi 'Salak' Jokowi Berbuah Janji Investasi Rp 136 T
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 July 2019 17:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar pertemuan bilateral dengan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UAE) Syekh Mohammed bin Zayef Al Nahyan di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).
Diplomasi ini bagi Indonesia terbilang unik, karena menjadi salah satu pertemuan terpanjang yang pernah dilalui Jokowi selama menerima kunjungan tamu negara di Istana Kepresidenan Bogor maupun Istana Kepresidenan Jakarta.
"Ini merupakan kunjungan kenegaraan yang pertama setelah 29 tahun. Jadi kunjungan terakhir dilakukan oleh ayahnya. Jadi beliau sangat senang bisa kembali ke Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Rabu (24/7/2019).
"Ini pertemuan terpanjang yang pernah dilakukan oleh pak presiden dengan tamu negara, mulai dari bandara di dalam mobil sekitar kurang lebih satu setengah jam, kemudian dilanjutkan di teras. Lebih dari 2,5 jam," jelas Retno.
Retno bahkan sedikit menceritakan suasana di dalam Istana Kepresidenan Bogor, kala pertemuan antara Jokowi dan Syekh Mohammed beserta delegasinya. Terutama, kejadian yang terekam saat sesi jamu makan siang.
Syekh Mohammed beserta delegasinya disuguhkan buah-buahan khas Indonesia seperti durian, salak, hingga manggis. Retno menceritakan bagaimana reaksi Syekh Mohammed dan delegasinya ketika mencoba buah-buahan tersebut.
Misalnya, saat para delegasi mencoba mencicipi buah salak. Para menteri yang mendampingi Jokowi bahkan harus mencontohkan kepada delegasi, termasuk Syekh Mohammed cara mengupas buah salak.
"Aku buka, Pak Luhut [Menko Kemaritiman] buka. Iya [mereka mengikuti cara buka salak]. [...] Kebetulan yang duren tadi nggak begitu bau ya, nggak begitu menyengat gitu. Jadi oke sih kayaknya," tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut, pemerintah Indonesia dan UEA meneken 12 nota kesepahaman, di mana 9 di antaranya merupakan kerja sama antar kedua belah pihak pemerintahan (G to G) sementara tiga lainnya adalah business to business (b to b).
Kerja sama secara G to G meliputi peningkatan perlindungan investasi, penghindaran pajak berganda, industri, kepabeanan, pariwisata, kelautan dan perikanan, pertahanan, kekonsuleran, hingga kebudayaan.
Sementara tiga kerja sama lainnya diteken antara Pertamina dan ADNOC untuk pengembangan fasilitas pengolahan minyak atau kilang proyek revitalisasi (Refinery Development Master Plan/RDMP)di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kemudian, pengembangan industri petrokimia antara PT Chandra Asri Petrcochemical Tbk dan Mubadala, dan yang terakhir kerja sama antara PT Pelabuhan Indonesia Maspion dan DP World Asia untuk pengembangan terminal peti kemas dan Kawasan Industri di Jawa Timur
"Sebagaimana diketahui UAE memiliki sovereign wealth fund yang sangat besar yang nilainya sekitar US$ 1,3 triliun, dan potensi seperti inilah yang kita kerjasamakan dengan UAE," jelas Retno.
Retno mengatakan, total nilai investasi dari ketiga proyek kerja sama yang digarap secara b to b tersebut mencapai US$ 9,7 miliar atau setara Rp 136 triliun dengan kurs saat ini.
"Saya kira ini adalah selain kunjungan yang sangat bersejarah, ini juga kunjungan yang sangat straight forward, konkret dan detail bicara mengenai masalah ekonomi," tegas Retno.
(hoi/hoi) Next Article Naik Mobil Keliling Kota, Jokowi Pamer MRT ke Pangeran UEA
Diplomasi ini bagi Indonesia terbilang unik, karena menjadi salah satu pertemuan terpanjang yang pernah dilalui Jokowi selama menerima kunjungan tamu negara di Istana Kepresidenan Bogor maupun Istana Kepresidenan Jakarta.
"Ini merupakan kunjungan kenegaraan yang pertama setelah 29 tahun. Jadi kunjungan terakhir dilakukan oleh ayahnya. Jadi beliau sangat senang bisa kembali ke Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Rabu (24/7/2019).
"Ini pertemuan terpanjang yang pernah dilakukan oleh pak presiden dengan tamu negara, mulai dari bandara di dalam mobil sekitar kurang lebih satu setengah jam, kemudian dilanjutkan di teras. Lebih dari 2,5 jam," jelas Retno.
Retno bahkan sedikit menceritakan suasana di dalam Istana Kepresidenan Bogor, kala pertemuan antara Jokowi dan Syekh Mohammed beserta delegasinya. Terutama, kejadian yang terekam saat sesi jamu makan siang.
Syekh Mohammed beserta delegasinya disuguhkan buah-buahan khas Indonesia seperti durian, salak, hingga manggis. Retno menceritakan bagaimana reaksi Syekh Mohammed dan delegasinya ketika mencoba buah-buahan tersebut.
Misalnya, saat para delegasi mencoba mencicipi buah salak. Para menteri yang mendampingi Jokowi bahkan harus mencontohkan kepada delegasi, termasuk Syekh Mohammed cara mengupas buah salak.
"Aku buka, Pak Luhut [Menko Kemaritiman] buka. Iya [mereka mengikuti cara buka salak]. [...] Kebetulan yang duren tadi nggak begitu bau ya, nggak begitu menyengat gitu. Jadi oke sih kayaknya," tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut, pemerintah Indonesia dan UEA meneken 12 nota kesepahaman, di mana 9 di antaranya merupakan kerja sama antar kedua belah pihak pemerintahan (G to G) sementara tiga lainnya adalah business to business (b to b).
Kerja sama secara G to G meliputi peningkatan perlindungan investasi, penghindaran pajak berganda, industri, kepabeanan, pariwisata, kelautan dan perikanan, pertahanan, kekonsuleran, hingga kebudayaan.
Sementara tiga kerja sama lainnya diteken antara Pertamina dan ADNOC untuk pengembangan fasilitas pengolahan minyak atau kilang proyek revitalisasi (Refinery Development Master Plan/RDMP)di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kemudian, pengembangan industri petrokimia antara PT Chandra Asri Petrcochemical Tbk dan Mubadala, dan yang terakhir kerja sama antara PT Pelabuhan Indonesia Maspion dan DP World Asia untuk pengembangan terminal peti kemas dan Kawasan Industri di Jawa Timur
"Sebagaimana diketahui UAE memiliki sovereign wealth fund yang sangat besar yang nilainya sekitar US$ 1,3 triliun, dan potensi seperti inilah yang kita kerjasamakan dengan UAE," jelas Retno.
Retno mengatakan, total nilai investasi dari ketiga proyek kerja sama yang digarap secara b to b tersebut mencapai US$ 9,7 miliar atau setara Rp 136 triliun dengan kurs saat ini.
"Saya kira ini adalah selain kunjungan yang sangat bersejarah, ini juga kunjungan yang sangat straight forward, konkret dan detail bicara mengenai masalah ekonomi," tegas Retno.
(hoi/hoi) Next Article Naik Mobil Keliling Kota, Jokowi Pamer MRT ke Pangeran UEA
Most Popular