
Ada Serangan Penyakit, Produksi Karet RI Bakal Anjlok
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
24 July 2019 14:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi komoditas karet diprediksi menurun sampai 15% pada 2019. Penyebabnya ada gangguan penyakit dari cendawan yang menjangkiti areal perkebunan karet sampai ratusan ribu hektar .
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono mengatakan penurunan ini disebabkan serangan cendawan Pestalotiopsis pada 381,9 ribu hektar (ha) lahan karet.
"Prediksinya kemungkinan [produksi] turun. Tadi diprediksi secara nasional kurang lebih 15% dari [produksi] 2018 yang sebesar 3,7 juta ton," kata Kasdi usai rapat koordinasi (rakor) terkait karet di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Rabu (24/7/2019).
Kasdi menjabarkan cendawan jenis Pestalitiopsis menyerang 381,9 ribu hektar lahan perkebunan karet (data sampai 16 Juli 2019). Penyebarannya bisa meluas bila tidak ditangani secepatnya.
Pemerintah akan melakukan antisipasi dengan melakukan pengendalian berupa penyemprotan bahan aktif hexaconazole. Termasuk memberi bantuan pupuk agar tanaman lebih kuat menahan dampak dari cendawan tersebut. Efektivitasnya dinilai bisa 80% mengurangi cendawan.
"Pemerintah akan melakukan pengendalian mengacu pada prinsip-prinsip proteksi tanaman khusus untuk cendawan. Di antaranya dilakukan fogging, baik pada tanaman atau di sela-sela tanaman," lanjut Kasdi.
Berdasarkan penelitian PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), kata Kasdi, ada perubahan spesies jamur yang menyerang tanaman karet. Bila semula jamur yang menyerang bernama Fusikokum, kali ini jamur Pestalotiopsis yang menyerang tanaman karet.
"Sebenarnya karet itu juga mengalami gugur daun alami dan normal walau tidak disebabkan penyakit ini. Gugur daun saat musim kemarau ada, begitu kering ya gugur. Ketambahan ini diprediksi tadi turun 15% dibanding [produksi] 2018," jelasnya.
Gede Wibawa, Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) menjabarkan secara teknis, jamur ini menyerang daun karet. Normalnya, pada musim kemarau daun karet gugur. Akibat serangan jamur ini gugur daun bisa 2-3 kali dalam setahun.
"Karet itu normalnya sekali saja di musim kering. Tapi karena ada serangan penyakit itu dia gugurnya bisa lebih dari dua kali. Oleh karena gugur daunnya lebih dari dua kali, produksi pasti terdampak," jelasnya.
Diproyeksikan jamur jenis ini telah menyerang tanaman karet sejak Januari-Juli sehingga produksi menurun 15%. Dengan pengendalian yang efektif diprediksi penurunan prediksi tidak sampai 5%, bahkan bisa sampai hanya 5%.
(hoi/hoi) Next Article Petani Karet 'Menangis': Harga Jeblok, Serapan Pabrik Rendah
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono mengatakan penurunan ini disebabkan serangan cendawan Pestalotiopsis pada 381,9 ribu hektar (ha) lahan karet.
"Prediksinya kemungkinan [produksi] turun. Tadi diprediksi secara nasional kurang lebih 15% dari [produksi] 2018 yang sebesar 3,7 juta ton," kata Kasdi usai rapat koordinasi (rakor) terkait karet di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Rabu (24/7/2019).
Kasdi menjabarkan cendawan jenis Pestalitiopsis menyerang 381,9 ribu hektar lahan perkebunan karet (data sampai 16 Juli 2019). Penyebarannya bisa meluas bila tidak ditangani secepatnya.
Pemerintah akan melakukan antisipasi dengan melakukan pengendalian berupa penyemprotan bahan aktif hexaconazole. Termasuk memberi bantuan pupuk agar tanaman lebih kuat menahan dampak dari cendawan tersebut. Efektivitasnya dinilai bisa 80% mengurangi cendawan.
"Pemerintah akan melakukan pengendalian mengacu pada prinsip-prinsip proteksi tanaman khusus untuk cendawan. Di antaranya dilakukan fogging, baik pada tanaman atau di sela-sela tanaman," lanjut Kasdi.
Berdasarkan penelitian PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), kata Kasdi, ada perubahan spesies jamur yang menyerang tanaman karet. Bila semula jamur yang menyerang bernama Fusikokum, kali ini jamur Pestalotiopsis yang menyerang tanaman karet.
"Sebenarnya karet itu juga mengalami gugur daun alami dan normal walau tidak disebabkan penyakit ini. Gugur daun saat musim kemarau ada, begitu kering ya gugur. Ketambahan ini diprediksi tadi turun 15% dibanding [produksi] 2018," jelasnya.
Gede Wibawa, Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) menjabarkan secara teknis, jamur ini menyerang daun karet. Normalnya, pada musim kemarau daun karet gugur. Akibat serangan jamur ini gugur daun bisa 2-3 kali dalam setahun.
"Karet itu normalnya sekali saja di musim kering. Tapi karena ada serangan penyakit itu dia gugurnya bisa lebih dari dua kali. Oleh karena gugur daunnya lebih dari dua kali, produksi pasti terdampak," jelasnya.
Diproyeksikan jamur jenis ini telah menyerang tanaman karet sejak Januari-Juli sehingga produksi menurun 15%. Dengan pengendalian yang efektif diprediksi penurunan prediksi tidak sampai 5%, bahkan bisa sampai hanya 5%.
(hoi/hoi) Next Article Petani Karet 'Menangis': Harga Jeblok, Serapan Pabrik Rendah
Most Popular