Serangan Bom di Selat Hormuz & Ancaman Pasokan Energi Dunia
23 July 2019 19:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Iran dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah memanas belakangan ini. Ketegangan ini bermula sejak Presiden AS Donald Trump pada 2018 lalu menarik negaranya dari kesepakatan nuklir 2015.
Namun, peningkatan ketegangan semakin terasa belakangan ini setelah terjadi serangkaian peledakan kapal tanker dan penembakan jatuh drone di Selat Hormuz. Serangan ini bisa berakibat fatal terhadap harga komoditas dan pasokan energi dunia, mengingat teluk ini berada titik strategis.
Akibat hal ini, Inggris dan AS telah mengatakan akan meningkatkan pengawasan terhadap kapal-kapal minyak yang melintasi wilayah selat ini. Jadi, seberapa penting kah Selat Hormuz bagi negara yang terlibat perselisihan serta negara lainnya di dunia?
Mengutip Alzazeera, Selat Hormuz adalah jalur pengiriman minyak terpenting di dunia, membentuk chokepoint (pusat pemberhentian) antara Teluk Arab dan Teluk Oman. Selat sepanjang 39 km ini adalah satu-satunya rute menuju laut terbuka bagi lebih dari seperenam produksi minyak global atau sekitar 17,2 juta barel per hari (bpd) dan sepertiga gas alam cair dunia (LNG).
Lokasi Selat ini ada di antara Oman dan Iran, menghubungkan jalur laut dari negara-negara Teluk atau the Gulf, dengan Laut Arab dan sekitarnya. Negara-negara yang tergabung dalam negara Teluk di antaranya adalah Irak, Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA).
Negara-negara yang mengirim minyaknya dari jalur ini termasuk anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Arab Saudi, Iran, UEA, dan Kuwait. Qatar, eksportir LNG terbesar dunia, juga mengirim sebagian besar LNG-nya melalui Selat Hormuz.
Ketegangan di teluk ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Namun, kembali meningkat sejak Mei, ketika empat kapal minyak diledakkan di wilayah ini. Salah satu kapal merupakan milik Saudi. Berselang dua pekan kemudian, dua kapal kembali diledakkan di sekitar wilayah ini.
Pada saat itu, AS menuduh Iran yang bertanggung jawab atas peledakkan. AS juga merilis foto dan video yang menunjukkan keterlibatan Iran.
Ketegangan pun semakin meningkat saat Iran menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) militer AS, dan tak lama setelahnya AS juga mengumumkan telah menembak jatuh drone Iran yang terbang di Selat Hormuz. Kabar ini disampaikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump.
Pernyataan Trump disampaikan setelah sebelumnya pada hari yang sama, Iran mengatakan telah menyita kapal tanker minyak asing di Teluk Persia dan kemudian merilis video sebagai bukti.
Kapal tanker itu ditangkap pada hari Minggu di pulau Larak. Pengawal Revolusi iran menyebut kapal itu mengangkut lebih dari 1 juta liter bahan bakar selundupan. Kejadian ini berlangsung setelah dua minggu sebelumnya pasukan Inggris menangkap sebuah kapal tanker Iran di lepas pantai Gibralta. Saat itu pasukan Inggris juga mengatakan bahwa mereka telah mengusir kapal-kapal Iran yang berusaha menangkap salah satu kapal tanker mereka sebagai pembalasan.
Namun, menteri luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh Inggris melakukan penangkapan kapal karena diminta oleh AS.
"Sudah jelas sejak awal bahwa Inggris melakukan penawaran untuk pemerintah Trump." Katanya. Ia juga menyebut tindakan Inggris sebagai sebuah pelanggaran hukum internasional.
(gus)
Namun, peningkatan ketegangan semakin terasa belakangan ini setelah terjadi serangkaian peledakan kapal tanker dan penembakan jatuh drone di Selat Hormuz. Serangan ini bisa berakibat fatal terhadap harga komoditas dan pasokan energi dunia, mengingat teluk ini berada titik strategis.
Akibat hal ini, Inggris dan AS telah mengatakan akan meningkatkan pengawasan terhadap kapal-kapal minyak yang melintasi wilayah selat ini. Jadi, seberapa penting kah Selat Hormuz bagi negara yang terlibat perselisihan serta negara lainnya di dunia?
![]() |
Mengutip Alzazeera, Selat Hormuz adalah jalur pengiriman minyak terpenting di dunia, membentuk chokepoint (pusat pemberhentian) antara Teluk Arab dan Teluk Oman. Selat sepanjang 39 km ini adalah satu-satunya rute menuju laut terbuka bagi lebih dari seperenam produksi minyak global atau sekitar 17,2 juta barel per hari (bpd) dan sepertiga gas alam cair dunia (LNG).
Lokasi Selat ini ada di antara Oman dan Iran, menghubungkan jalur laut dari negara-negara Teluk atau the Gulf, dengan Laut Arab dan sekitarnya. Negara-negara yang tergabung dalam negara Teluk di antaranya adalah Irak, Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA).
Negara-negara yang mengirim minyaknya dari jalur ini termasuk anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Arab Saudi, Iran, UEA, dan Kuwait. Qatar, eksportir LNG terbesar dunia, juga mengirim sebagian besar LNG-nya melalui Selat Hormuz.
Ketegangan di teluk ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Namun, kembali meningkat sejak Mei, ketika empat kapal minyak diledakkan di wilayah ini. Salah satu kapal merupakan milik Saudi. Berselang dua pekan kemudian, dua kapal kembali diledakkan di sekitar wilayah ini.
Pada saat itu, AS menuduh Iran yang bertanggung jawab atas peledakkan. AS juga merilis foto dan video yang menunjukkan keterlibatan Iran.
Ketegangan pun semakin meningkat saat Iran menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) militer AS, dan tak lama setelahnya AS juga mengumumkan telah menembak jatuh drone Iran yang terbang di Selat Hormuz. Kabar ini disampaikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump.
Pernyataan Trump disampaikan setelah sebelumnya pada hari yang sama, Iran mengatakan telah menyita kapal tanker minyak asing di Teluk Persia dan kemudian merilis video sebagai bukti.
Kapal tanker itu ditangkap pada hari Minggu di pulau Larak. Pengawal Revolusi iran menyebut kapal itu mengangkut lebih dari 1 juta liter bahan bakar selundupan. Kejadian ini berlangsung setelah dua minggu sebelumnya pasukan Inggris menangkap sebuah kapal tanker Iran di lepas pantai Gibralta. Saat itu pasukan Inggris juga mengatakan bahwa mereka telah mengusir kapal-kapal Iran yang berusaha menangkap salah satu kapal tanker mereka sebagai pembalasan.
Namun, menteri luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh Inggris melakukan penangkapan kapal karena diminta oleh AS.
"Sudah jelas sejak awal bahwa Inggris melakukan penawaran untuk pemerintah Trump." Katanya. Ia juga menyebut tindakan Inggris sebagai sebuah pelanggaran hukum internasional.
Artikel Selanjutnya
Heboh! Iran 'Bajak' Kapal Tanker di Perairan Internasional?
(gus)