
Saling Tangkap Kapal Tanker, Iran Ingin Damai dengan Inggris
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 July 2019 16:48

Teheran, CNBC Indonesia - Pemerintah Republik Islam Iran mengaku tidak menginginkan konfrontasi dengan Pemerintah Kerajaan Inggris. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Senin (22/7/2019) waktu setempat.
Pesan itu disampaikan Zarif kepada Boris Johnson. Jika tak ada aral melintang, Boris yang terpilih sebagai pemimpin Partai Konservatif akan segera menjabat sebagai PM Inggris menggantikan Theresa May pada Rabu (24/7/2019) waktu setempat.
"Sangat penting bagi Boris Johnson ketika ia memasuki 10 Downing Street (kediaman sekaligus kantor PM Inggris) untuk memahami bahwa Iran tidak mencari konfrontasi. Iran menginginkan hubungan normal berdasarkan saling menghormati," kata Zarif kepada wartawan di Managua, Nikaragua.
Mengutip The Guardian, perselisihan antara Inggris dan Iran terjadi setelah beberapa minggu yang lalu Inggris menangkap kapal tanker minyak Iran di Gibraltar. Penangkapan itu dilakukan karena kapal Iran dicurigai mengirim minyak ke Suriah, sesuatu yang melanggar sanksi Eropa.
Kemudian pada Jumat (19/7/2019), Iran menangkap dua kapal tanker minyak di Selat Hormuz. Salah satu kapal di antaranya merupakan milik Inggris, sedangkan kapal lainnya milik Liberia. Inggris telah menuntut agar Iran melepaskan kapal tersebut.
Pada saat Inggris menangkap kapal Iran, Zarif menuduh Negeri Big Ben melakukannya karena diminta oleh Amerika Serikat (AS).
"Apa yang dilakukan Inggris dan apa yang dilakukan Otoritas Gibraltar di Selat Gibraltar adalah pelanggaran hukum internasional. Itu pembajakan," tegasnya.
Iran dan AS telah lama terlibat dalam perselisihan. Namun, perselisihan kedua negara ini semakin meruncing setelah Presiden AS Donald Trump pada 2018 menarik negaranya keluar dari perjanjian nuklir 2015. Negeri Paman Sam kemudian menerapkan sanksi ekonomi kepada Iran.
Sejak saat itu, kedua negara terus bertikai, saling menuduh satu sama lain dan bahkan saling menjatuhkan pesawat tak berawak (drone) milik masing-masing negara.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Bisa Picu Perang, Apa Penyebab Ribut Iran Vs AS-Inggris?
Pesan itu disampaikan Zarif kepada Boris Johnson. Jika tak ada aral melintang, Boris yang terpilih sebagai pemimpin Partai Konservatif akan segera menjabat sebagai PM Inggris menggantikan Theresa May pada Rabu (24/7/2019) waktu setempat.
"Sangat penting bagi Boris Johnson ketika ia memasuki 10 Downing Street (kediaman sekaligus kantor PM Inggris) untuk memahami bahwa Iran tidak mencari konfrontasi. Iran menginginkan hubungan normal berdasarkan saling menghormati," kata Zarif kepada wartawan di Managua, Nikaragua.
Kemudian pada Jumat (19/7/2019), Iran menangkap dua kapal tanker minyak di Selat Hormuz. Salah satu kapal di antaranya merupakan milik Inggris, sedangkan kapal lainnya milik Liberia. Inggris telah menuntut agar Iran melepaskan kapal tersebut.
Pada saat Inggris menangkap kapal Iran, Zarif menuduh Negeri Big Ben melakukannya karena diminta oleh Amerika Serikat (AS).
"Apa yang dilakukan Inggris dan apa yang dilakukan Otoritas Gibraltar di Selat Gibraltar adalah pelanggaran hukum internasional. Itu pembajakan," tegasnya.
Iran dan AS telah lama terlibat dalam perselisihan. Namun, perselisihan kedua negara ini semakin meruncing setelah Presiden AS Donald Trump pada 2018 menarik negaranya keluar dari perjanjian nuklir 2015. Negeri Paman Sam kemudian menerapkan sanksi ekonomi kepada Iran.
Sejak saat itu, kedua negara terus bertikai, saling menuduh satu sama lain dan bahkan saling menjatuhkan pesawat tak berawak (drone) milik masing-masing negara.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Bisa Picu Perang, Apa Penyebab Ribut Iran Vs AS-Inggris?
Most Popular