Proyek Lepas Satu Demi Satu, Sinyal Chevron Cabut dari RI?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
23 July 2019 16:04
Satu demi satu proyek migas yang dikelola oleh Chevron lepas, tersisa IDD atau proyek laut dalam. Akankah dilepas juga?
Foto: REUTERS/Marco Bello/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah blok migas yang dikelola Chevron di Indonesia terus berkurang. Penyebabnya, bisa dari keputusan perusahaan yang melepas beberapa blok yang dianggap tidak ekonomis lagi atau keputusan pemerintah. 

Berikut adalah kronologinya:

Blok migas yang dilepas Chevron karena tidak ekonomis adalah Blok East Kalimantan dan Attaka. Sebelum kontrak berakhir, Chevron memutuskan tidak berminat lagi mengelola blok itu kepada pemerintah.

Untuk blok East Kalimantan, Chevron mengumumkan tak lagi berminat kelola blok ini sejak 2016. Kontrak blok ini berakhir di 24 Oktober 2018. Alasan pelepasan saat itu karena blok dengan rerata produksi minyak 18.000 barel per hari ini dinilai sudah tua dan tidak ekonomis lagi untuk dapat suntikan investasi baru.

"Untuk blok East Kal, kami tak merasa sebagai yang terbaik untuk mengelolanya," kata Managing Director Chevron IndoAsia Chuck Taylor di hadapan Komisi VII DPR RI, April tahun lalu. 

Beriringan dengan East Kalimantan, Chevron juga mengumumkan untuk mundur dari blok Attaka yang memang masih merupakan unitisasi East Kalimantan. Di blok Attaka, Chevron sebelumnya memiliki saham partisipasi sebesar 50%. 

Akhirnya pemerintah menugaskan PT Pertamina (Persero) mengelola kedua blok itu. 

Jelang akhir 2017, lagi-lagi Chevron juga memutuskan untuk melepas 25% kepemilikan sahamnya di Blok B South Natuna, mengikuti Inpex dan Conoco Philips yang lebih dulu mundur dari blok tersebut.

Blok B South Natuna diteken pada 1968 dan semestinya berakhir pada 2028, rata-rata produksi minyak di blok ini mencapai 20 ribu barel per hari dan gas 197 MMSCFD. Meskipun tidak menjadi operator, perusahaan asal Amerika Serikat itu menjual 25% hak kelola itu ke Prime Energy. 

Kemudian, setahun yang lalu tepatnya Juli 2018, Chevron pun kembali mengumumkan untuk mundur dari salah satu blok migas yang mereka kelola di RI. Kali ini giliran blok Makassar Strait, yang merupakan bagian dari mega proyek ultra laut dalam IDD Chevron. 

Blok Makassar Strait adalah blok keempat yang dilepas oleh Chevron. Djoko Siswanto yang kala itu masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut alasan Chevron tak memperpanjang operasionalnya di Makassar Strait adalah faktor keekonomian. 

Blok ini berakhir masa kontraknya di 2020 mendatang, dengan mundurnya Chevron, alhasil blok dengan produksi minyak 1.965 barel per hari dan gas 2,4 MMSCFD ini akan kembali ke pemerintah.

Tak Mujur di Blok Rokan
Sebelum melego blok Makassar Strait, di tahun yang sama, Chevron juga dikalahkan oleh PT Pertamina (Persero) dalam pengelolaan blok Rokan. Blok ini sempat menjadi blok minyak tersubur di Indonesia, sebelum akhirnya dibalap oleh Cepu.

"Pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelolaan blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina. Untuk ke depannya, 100% pengelolaan kepada Pertamina," kata Arcandra dalam konferensi pers di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (31/7/2018) malam.

Arcandra menyebutkan, penawaran Pertamina lebih 'seksi' ketimbang Chevron yang telah menguasai Blok Rokan selama 94 tahun. "Penawaran Chevron jauh di bawah penawaran yang diajukan Pertamina," ujarnya.

Proyek Lepas Satu Demi Satu, Sinyal Chevron Cabut dari RIFoto: Aristya Rahadian Krisabella


Nasib di IDD Chevron
Kini, terhembus kabar, kalau Chevron juga akan meninggalkan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD).

Megaproyek senilai US$ 5 miliar atau Rp 70 triliun (kurs Rp 14.000/dolar AS) tersebut dikabarkan akan berganti operator. Raksasa migas AS, Chevron, yang semula bakal mengembangkan proyek ini, disebut-sebut akan diganti. 

Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia . Isu bakal bergantinya operator tersebut jadi pembahasan hangat di lembaga tersebut, apalagi hal ini disampaikan oleh sumber di SKK , Sabtu pekan lalu. 

"Dalam waktu dekat akan ada pergantian operator IDD," ujar si sumber kepada CNBC Indonesia, menirukan ucapan si petinggi di rapat tersebut, Senin (22/7/2019).

Namun, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar membantah soal kabar pergantian operator ini. "Tetap Chevron," kata Sukandar dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Senin (22/7/2019).

Adapun, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto belum mau berkomentar banyak. Ia mengatakan, akan memberikan penjelasan lebih lanjut pada akhir bulan ini.

"Nanti kita lihat ya, update-nya nanti kami berikan akhir Juli ini, sabar ya," ujar Dwi saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (22/7/2019).

Lebih lanjut, ia menuturkan, kondisi saat ini memang persetujuan revisi rencana pengembangan (POD) masih belum bisa diselesaikan, sebab masih dilakukan diskusi mengenai insentif.

"Sabar ya," kata Dwi.

Di sisi lain, External Affair Adviser Chevron Asia Pacific Cameron Van Ast menjawab formal dengan mengatakan, sampai saat ini perusahaan masih intens berkomunikasi dengan SKK Migas. 

"Kami masih kontak secara reguler dengan SKK Migas. Bagaimanapun, sesuai dengan kebijakan kami, kami tidak bisa membuka rinci tentang pembahasan dengan SKK Migas tersebut," jawab Cameron dalam surat elektronik kepada CNBC Indonesia.
(gus/gus) Next Article Saling Lempar di Proyek IDD, Ada Apa dengan SKK & Chevron?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular