
Mimpi Genjot Ekspor 1 Juta Unit, Mobil RI Punya Kelemahan
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
19 July 2019 12:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk mencapai target ekspor 1 juta unit kendaraan pada 2025 dari saat ini 300 ribuan unit, Indonesia harus menggarap lagi pasar sedan yang telah kalah pamor dengan Multi Purpose Vehicle (MPV) karena harga lebih terjangkau akibat pajak yang lebih rendah dari sedan. Apalagi jika Indonesia ingin menggarap potensi pasar Australia.
Pasar otomotif Australia memang menjanjikan meski terbatas, tapi adanya tren perusahaan otomotif global yang hengkang dari Negeri Kanguru tersebut, posisi Indonesia sebenarnya punya peluang mengisi ceruk pasar. Peluang ada karena, Indonesia dan Australia punya perjanjian perdagangan bebas.
Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses Internasional Tbk Subronto Laras mengatakan perkembangan MPV di Indonesia tidak jauh karena faktor efektivitas, saat industri otomotif mulai beroperasi. Dari sisi industri harus diperhatikan sisi biaya dan minat konsumen.
"Kalau zaman dulu pabrik mobil awal-awal, sedan 3 tahun harus ganti, kita lihat perhitungannya, makanya kita hitung cost-nya. Kita mulai dengan yang sederhana. ternyata berkembang, akhirnya ada kebutuhan MPV," kata Soebronto, Kamis (18/07/2019).
Sementara untuk menggarap potensi pasar Australia yang dibuka melalui FTA. Soebronto menilai produksi mobil Indonesia masih kurang cocok, karena pasar Australia condong ke arah Pick Up dan SUV.
"Indonesia produksi pick-up, tapi beda. Yang di Indonesia yang kecil, pakai mesin tengah. Jadi belum cocok," katanya.
Pada Maret lalu, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Australia resmi diteken Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham.
Perundingan perdagangan bebas kedua negara telah melalui proses perundingan selama 9 tahun. Perjanjian diinisiasi sejak April 2005 dan disepakati deklarasi bersama tentang kemitraan komprehensif Indonesia-Australia.
(hoi/hoi) Next Article RI Akan Ekspor Mobil ke Australia
Pasar otomotif Australia memang menjanjikan meski terbatas, tapi adanya tren perusahaan otomotif global yang hengkang dari Negeri Kanguru tersebut, posisi Indonesia sebenarnya punya peluang mengisi ceruk pasar. Peluang ada karena, Indonesia dan Australia punya perjanjian perdagangan bebas.
Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses Internasional Tbk Subronto Laras mengatakan perkembangan MPV di Indonesia tidak jauh karena faktor efektivitas, saat industri otomotif mulai beroperasi. Dari sisi industri harus diperhatikan sisi biaya dan minat konsumen.
"Kalau zaman dulu pabrik mobil awal-awal, sedan 3 tahun harus ganti, kita lihat perhitungannya, makanya kita hitung cost-nya. Kita mulai dengan yang sederhana. ternyata berkembang, akhirnya ada kebutuhan MPV," kata Soebronto, Kamis (18/07/2019).
Sementara untuk menggarap potensi pasar Australia yang dibuka melalui FTA. Soebronto menilai produksi mobil Indonesia masih kurang cocok, karena pasar Australia condong ke arah Pick Up dan SUV.
"Indonesia produksi pick-up, tapi beda. Yang di Indonesia yang kecil, pakai mesin tengah. Jadi belum cocok," katanya.
Pada Maret lalu, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Australia resmi diteken Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham.
Perundingan perdagangan bebas kedua negara telah melalui proses perundingan selama 9 tahun. Perjanjian diinisiasi sejak April 2005 dan disepakati deklarasi bersama tentang kemitraan komprehensif Indonesia-Australia.
(hoi/hoi) Next Article RI Akan Ekspor Mobil ke Australia
Most Popular