Genjot Ekspor Mobil, Ini Hambatannya di Mata Bos Astra

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
19 July 2019 10:43
Pelaku industri otomotif menilai masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan.
Foto: Presiden Astra Prijono Sugiarto (CNBC Indonesia/Shalini)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku industri otomotif menilai masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan demi mencapai target ekspor 1 juta unit mobil pada 2025 yang dicanangkan pemerintah.

Salah satu PR tersebut ialah regulasi penurunan PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) atau pajak barang mewah mobil sedan yang hingga kini masih belum jelas.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk (ASII) Prijono Sugiarto mengatakan dengan kapasitas produksi 2,4 juta unit per tahun, seharusnya target ekspor tersebut bisa tercapai dengan beberapa pembenahan. Apalagi tren pasar otomotif dunia mengarah ke jenis mobil Sport Utility Vehicle (SUV) dan sedan.


"Kita adalah salah satu lowest cost producer di Asia Tenggara. Peluangnya ada. Tapi tergantung kendaraan apa, tren dunia mengarahnya ke SUV dan sedan. Kalau Indonesia bisa jadi tuan rumah untuk sedan, maka mungkin saja," kata Prijono di gelaran GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019, Tangerang, Kamis (18/07/2019).

Apalagi dalam 25 tahun terakhir, menurut dia pasar sedan terus turun dari 20%, hingga tinggal 3-5%. Prijono menilai dengan penurunan PPnBM sedan menjadi sama dengan jenis Multi Purpose Vehicle (MPV), maka konsumen Indonesia bisa beralih ke sedan.

"Mudah-mudahan principal juga akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk sedan. Kalau itu terjadi. Insya Allah kita bisa jadi tuan rumah dan basis ekspor," katanya.

Dia mengharapkan ketentuan ini bisa keluar dalam waktu dekat, untuk meningkatkan gairah industri.

Prijono menilai, ekspor produk otomotif saat ini masih kecil, dibandingkan batu bara atau kelapa sawit yang masing-masing mencapai US$ 20 miliar.

"Kalau bisa ditingkatkan 3-4 kali lipat saja maka bisa menyamakan batu bara dan kelapa sawit," katanya.

Potensi Electric Vehicle
Selain mencapai angka ekspor 1 juta unit, ekspor electronic vehicle (EV) atau kendaraan listrik pun memungkinkan jika ada regulasi yang memungkinkan.

Jika harga satu mobil plug in hybrid mencapai Rp 1,1 miliar, maka dengan insentif dan regulasi kendaraan ramah lingkungan atau low carbon emission vehicle (LCEV) yang akan keluar, harga bisa berkurang menjadi Rp 800 juta. Jika bisa dilakukan produksi secara lokal maka bisa lebih murah lagi.

"Arahnya kan kesana. Kalau itu bisa dilokalisasi, dari sekarang Internal Combustion Engine bisa ke plug-in hybrid, kemudian kalau cost baterai turun US$ 100 per kwh atau lebih rendah. Kemudian bisa full baterai elektrik. Jadi ada jembatannya," kata Prijono.

Jika masyarakat berlomba membeli plug-in hybrid, principal juga bisa menjadikan Indonesia menjadi basis produksi. Internal Combustion Engine adalah mesin yang tenaga mekaniknya diperoleh dari hasil pembakaran campuran bahan bakar gas dan udara.

Sebagai informasi, saham Astra Internasional di Bursa Efek Indonesia pada Jumat ini minus 0,35% di level Rp 7.125/saham dengan kapitalisasi Rp 287,43 triliun.


JK singgung mobil listrik di GIIAS 2019.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas) Next Article Astra Bakal Suntik Modal ke Startup Logistik Trukita?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular