
'Kutukan' di Balik Dominasi Avanza Cs
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 July 2019 16:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Di Indonesia, mobil kategori Multi Purpose Vehicle (MPV) adalah idola. Mungkin ada hubungannya dengan budaya orang Indonesia yang kekeluargaan. Maklum, mobil MPV bisa diisi banyak orang dan barang, cocok untuk acara-acara keluarga.
Selain itu, mobil MPV juga ramah di kantong. Salah satunya karena 'keberpihakan' pemerintah, yang mengenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) minimal buat mobil MPV. Bisa hanya 10%, bung.
Akibatnya, mobil MPV selalu merajai penjualan mobil nasional. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo) menyebutkan, pangsa pasar penjualan mobil jenis 4x2 dengan kapasitas mesin kurang dari 1.500 CC pada Januari-Mei 2019 mencapai 43,4%. Penjualan Avanza cs ini jauh melebihi mobil jenis lainnya.
Penjualan MPV yang tinggi, plus 'keberpihakan' pajak, membuat produsen berlomba-lomba memproduksi segmen ini. Sepanjang Januari-Mei, Gaikindo melaporkan produksi MPV adalah 242.993 unit atau 46,5% dari total produksi.
Namun di balik kejayaan Avanza dkk di dalam negeri, ada 'kutukan' kala industri otomotif nasional ingin merambah pasar ekspor. Indonesia menjadi sangat lemah di sisi Sport Utility Vehicle (SUV) atau 4x4, mobil favorit dunia.
Mengutip data JATO, pangsa pasar SUV adalah yang terbesar di dunia yaitu 36,4%. Bagaimana dengan MPV? Hanya 7,3%.
Alhasil, Indonesia masih sulit menjadi pemain utama di pasar mobil dunia. Sepanjang Januari-Mei, total ekspor mobil Indonesia adalah 115.510 (hanya CBU). Dalam periode yang sama, Thailand bisa mengekspor 462.286 unit, mengutip data Federation of Thai Industries.
Jadi di balik Avanza cs yang berseliweran di jalan, ada kisah yang kurang enak di baliknya. Dominasi MPV membuat industri mobil nasional tidak bisa berbicara banyak di pasar dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Video: Jepang Eksekusi Mati Pembunuh Yang Bergentayangan di Sosmed
Selain itu, mobil MPV juga ramah di kantong. Salah satunya karena 'keberpihakan' pemerintah, yang mengenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) minimal buat mobil MPV. Bisa hanya 10%, bung.
Akibatnya, mobil MPV selalu merajai penjualan mobil nasional. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo) menyebutkan, pangsa pasar penjualan mobil jenis 4x2 dengan kapasitas mesin kurang dari 1.500 CC pada Januari-Mei 2019 mencapai 43,4%. Penjualan Avanza cs ini jauh melebihi mobil jenis lainnya.
Penjualan MPV yang tinggi, plus 'keberpihakan' pajak, membuat produsen berlomba-lomba memproduksi segmen ini. Sepanjang Januari-Mei, Gaikindo melaporkan produksi MPV adalah 242.993 unit atau 46,5% dari total produksi.
Namun di balik kejayaan Avanza dkk di dalam negeri, ada 'kutukan' kala industri otomotif nasional ingin merambah pasar ekspor. Indonesia menjadi sangat lemah di sisi Sport Utility Vehicle (SUV) atau 4x4, mobil favorit dunia.
Mengutip data JATO, pangsa pasar SUV adalah yang terbesar di dunia yaitu 36,4%. Bagaimana dengan MPV? Hanya 7,3%.
Alhasil, Indonesia masih sulit menjadi pemain utama di pasar mobil dunia. Sepanjang Januari-Mei, total ekspor mobil Indonesia adalah 115.510 (hanya CBU). Dalam periode yang sama, Thailand bisa mengekspor 462.286 unit, mengutip data Federation of Thai Industries.
Jadi di balik Avanza cs yang berseliweran di jalan, ada kisah yang kurang enak di baliknya. Dominasi MPV membuat industri mobil nasional tidak bisa berbicara banyak di pasar dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Video: Jepang Eksekusi Mati Pembunuh Yang Bergentayangan di Sosmed
Most Popular