Setelah 664 Hari, BI Turunkan Bunganya & Lebih Akomodatif
Herdaru Purnomo & Lidya Julita S, CNBC Indonesia
18 July 2019 14:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akhirnya menurunkan suku bunganya sebesar 25 bps. Bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo turun menjadi 5,75%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%," papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Persnya di Gedung BI, Kamis (18/7/2019).
BI melihat kebijakan tersebut ditempuh sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.
Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.
Bahkan, Perry mengungkapkan masih ada ruang untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. "Masih terbuka ruang kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi ke depan dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," papar Perry.
Penurunan suku bunga BI ini akhirnya terjadi setelah 23 bulan atau pada 22 September 2017 lalu ke level 4,25%.
Suku bunga acuan BI terus naik setelah itu hingga 20 Juni 2019. Akhirnya BI menurunkannya kembali pada 18 Juli 2019 ke 5,75%.
Perry mengangkat tema dalam siaran pers RDG kali ini yakni 'Terjaganya Stabilitas, Mendorong Momentum Pertumbuhan'. Dari hal tersebut bisa dilihat saat ini BI mulai kembali untuk Pro Growth untuk dukung pertumbuhan ekonomi namun tidak melupakan stabilitas.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi lebih lanjut."
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA)," tegas Perry.
(dru) Next Article Healthy Mind, Body & Spirit! Bos BI Masih Kuat Gowes
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%," papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Persnya di Gedung BI, Kamis (18/7/2019).
BI melihat kebijakan tersebut ditempuh sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.
Bahkan, Perry mengungkapkan masih ada ruang untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. "Masih terbuka ruang kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi ke depan dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," papar Perry.
![]() |
Penurunan suku bunga BI ini akhirnya terjadi setelah 23 bulan atau pada 22 September 2017 lalu ke level 4,25%.
Suku bunga acuan BI terus naik setelah itu hingga 20 Juni 2019. Akhirnya BI menurunkannya kembali pada 18 Juli 2019 ke 5,75%.
Perry mengangkat tema dalam siaran pers RDG kali ini yakni 'Terjaganya Stabilitas, Mendorong Momentum Pertumbuhan'. Dari hal tersebut bisa dilihat saat ini BI mulai kembali untuk Pro Growth untuk dukung pertumbuhan ekonomi namun tidak melupakan stabilitas.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi lebih lanjut."
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA)," tegas Perry.
(dru) Next Article Healthy Mind, Body & Spirit! Bos BI Masih Kuat Gowes
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular