Top! Bank Indonesia Pangkas Bunga Acuan, IHSG Tembus 6.400
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 July 2019 14:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak naik merespons hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang baru saja diumumkan pada Kamis siang ini (18/7/2019).
Pascamenggelar pertemuan selama 2 hari yang dimulai sejak Rabu kemarin (17/7/2019), BI memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan alias 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps, dari 6% ke level 5,75%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps (menjadi) 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Hal ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, berikut juga proyeksi dari Tim Riset CNBC Indonesia, bahwa tingkat suku bunga acuan akan diturunkan sebesar 25 bps pada hari ini.
Pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada hari ini terbilang historis lantaran menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pertama sejak September 2017. Pada tahun 2018, tingkat suku bunga acuan dikerek naik oleh BI sebanyak 175 bps.
Sebelum BI mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, IHSG ditransaksikan menguat 0,06% ke level 6.398,44. Kini, penguatan IHSG bertambah menjadi 0,09% ke level 6.400,26. Walaupun penguatannya masih tipis, tapi IHSG bisa dibawa untuk menembus level psikologis 6.400.
Di tengah lesunya kondisi perekonomian saat ini, tentu pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi opsi terbaik yang bisa diambil oleh bank sentral.
Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit diharapkan bisa diturunkan sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsi. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Kala roda perekonomian berputar lebih kencang, penjualan perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa terdongkrak.
Sebagai informasi, lesunya kondisi perekonomian saat ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh di level 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal I-2019, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Pascamenggelar pertemuan selama 2 hari yang dimulai sejak Rabu kemarin (17/7/2019), BI memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan alias 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps, dari 6% ke level 5,75%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps (menjadi) 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Hal ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, berikut juga proyeksi dari Tim Riset CNBC Indonesia, bahwa tingkat suku bunga acuan akan diturunkan sebesar 25 bps pada hari ini.
Pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada hari ini terbilang historis lantaran menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pertama sejak September 2017. Pada tahun 2018, tingkat suku bunga acuan dikerek naik oleh BI sebanyak 175 bps.
Sebelum BI mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, IHSG ditransaksikan menguat 0,06% ke level 6.398,44. Kini, penguatan IHSG bertambah menjadi 0,09% ke level 6.400,26. Walaupun penguatannya masih tipis, tapi IHSG bisa dibawa untuk menembus level psikologis 6.400.
Di tengah lesunya kondisi perekonomian saat ini, tentu pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi opsi terbaik yang bisa diambil oleh bank sentral.
Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit diharapkan bisa diturunkan sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsi. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Kala roda perekonomian berputar lebih kencang, penjualan perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa terdongkrak.
Sebagai informasi, lesunya kondisi perekonomian saat ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh di level 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal I-2019, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular