Jokowi Terus Genjot Infrastruktur, Teknologinya Mana?
Muhammad Choirul Anwar,
CNBC Indonesia
17 July 2019 13:15
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berambisi melanjutkan pembangunan infrastruktur pada periode kedua 2019-2024.
Sebagai respons atas visi pembangunan Indonesia yang telah disampaikan Jokowi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai mengelaborasi potensi pemanfaatan teknologi untuk infrastruktur.
Pada ajang bertajuk Trenchless Asia 2019 digelar, pada 17 - 18 Juli 2019, bertempat di Jakarta International Expo (JIEXPO) Kemayoran Jakarta. Dalam ajang itu, beragam workshop dan pameran disajikan dengan melibatkan lebih kurang 30 negara dari Eropa, Amerika, dan Asia, dengan target pengunjung dan peserta dari Malaysia, Filipina, Singapura, Australia, Cina, Hong Kong, Jepang, Korea, India, dan Thailand.
Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin yang membuka ajang itu mengatakan bahwa pameran dapat menjadi stimulus bagi kinerja pemerintah untuk mencari tahu teknologi apa yang bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
"Kebijakan sektor konstruksi nasional tentunya harus mendorong penggunaan teknologi yang memberi solusi pada permasalahan yang dihadapi saat ini sehingga pembangunan Infrastruktur dapat berjalan dengan lebih cepat, lebih mudah dan tentunya lebih baik," ungkap Syarif di lokasi acara, Rabu (17/7/2019).
Trenchless sendiri mengintegrasikan teknologi digital jasa konstruksi yang dipergunakan untuk memasang infrastruktur bawah tanah tanpa mengganggu bangunan atau bentang alam yang ada di atasnya. Ada sederet nilai lebih, di antaranya lebih ramah lingkungan dan meminimalisir dampak sosial terhadap terhadap kondisi di sekitar lokasi proyek.
Dengan teknologi ini, penyelenggara proyek juga mampu meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja konstruksi. Di sisi lain durasi proyek lebih singkat, sehingga biaya konstruksinya lebih murah.
Kementerian PUPR sendiri sudah mulai menggunakan teknologi ini pada beberapa proyek, seperti pada proyek sudetan Kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur, proyek pembangunan jalan Tol Cisumdawu, proyek pembangunan air limbah di beberapa kota besar di Indonesia yaitu Denpasar, Jogja, dan Medan.
Selain itu, sebuah kajian terkait direct cost yang ditimbulkan oleh metode trenchless dibandingkan metode konvensional (open trench) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi trenchless pada salah satu kegiatan yaitu penggalian (excavation) hingga kedalaman 1,5 m hanya membutuhkan biaya sebesar US$ 3,12/m3, dibanding US$ 18,46/m3 pada metode open trench.
"Segala kelebihan teknologi ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku industri konstruksi di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur seperti pemasangan kabel serat optik dan kabel listrik, instalasi pipa air bersih dan air limbah, instalasi pipa gas, atau sekadar melakukan pemeliharaan jaringan utilitas dan perpipaan yang sudah ada," ujar Syarif. (hoi/hoi)
Next Article
Proyek Infrastruktur Rp 6.000 T Pemerintah Tetap Lanjut
Sebagai respons atas visi pembangunan Indonesia yang telah disampaikan Jokowi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai mengelaborasi potensi pemanfaatan teknologi untuk infrastruktur.
Pada ajang bertajuk Trenchless Asia 2019 digelar, pada 17 - 18 Juli 2019, bertempat di Jakarta International Expo (JIEXPO) Kemayoran Jakarta. Dalam ajang itu, beragam workshop dan pameran disajikan dengan melibatkan lebih kurang 30 negara dari Eropa, Amerika, dan Asia, dengan target pengunjung dan peserta dari Malaysia, Filipina, Singapura, Australia, Cina, Hong Kong, Jepang, Korea, India, dan Thailand.
Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin yang membuka ajang itu mengatakan bahwa pameran dapat menjadi stimulus bagi kinerja pemerintah untuk mencari tahu teknologi apa yang bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
"Kebijakan sektor konstruksi nasional tentunya harus mendorong penggunaan teknologi yang memberi solusi pada permasalahan yang dihadapi saat ini sehingga pembangunan Infrastruktur dapat berjalan dengan lebih cepat, lebih mudah dan tentunya lebih baik," ungkap Syarif di lokasi acara, Rabu (17/7/2019).
Trenchless sendiri mengintegrasikan teknologi digital jasa konstruksi yang dipergunakan untuk memasang infrastruktur bawah tanah tanpa mengganggu bangunan atau bentang alam yang ada di atasnya. Ada sederet nilai lebih, di antaranya lebih ramah lingkungan dan meminimalisir dampak sosial terhadap terhadap kondisi di sekitar lokasi proyek.
Dengan teknologi ini, penyelenggara proyek juga mampu meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja konstruksi. Di sisi lain durasi proyek lebih singkat, sehingga biaya konstruksinya lebih murah.
Kementerian PUPR sendiri sudah mulai menggunakan teknologi ini pada beberapa proyek, seperti pada proyek sudetan Kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur, proyek pembangunan jalan Tol Cisumdawu, proyek pembangunan air limbah di beberapa kota besar di Indonesia yaitu Denpasar, Jogja, dan Medan.
Selain itu, sebuah kajian terkait direct cost yang ditimbulkan oleh metode trenchless dibandingkan metode konvensional (open trench) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi trenchless pada salah satu kegiatan yaitu penggalian (excavation) hingga kedalaman 1,5 m hanya membutuhkan biaya sebesar US$ 3,12/m3, dibanding US$ 18,46/m3 pada metode open trench.
"Segala kelebihan teknologi ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku industri konstruksi di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur seperti pemasangan kabel serat optik dan kabel listrik, instalasi pipa air bersih dan air limbah, instalasi pipa gas, atau sekadar melakukan pemeliharaan jaringan utilitas dan perpipaan yang sudah ada," ujar Syarif. (hoi/hoi)