
Sri Mulyani, Oknum STAN Kurang Toleran, dan Suara Para Alumni
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
16 July 2019 19:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Keluarga Alumni Sekolah Pendidikan Tinggi Kedinasan (IKANAS) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) memberikan tanggapan perihal pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani kala menghadiri Dies Natalis STAN di kampus STAN, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/7/2019).
Berbicara di hadapan ratusan mahasiswa dan mahasiswi STAN, Sri Mulyani mengaku sering mendapat komentar via akun media sosial pribadi terkait tingkah laku mahasiswa/i sekolah kedinasan itu.
"Ada yang justru ingin menjadi kelompok tidak toleran. Itu tudingan yang harus kalian jawab. Kalian semua bertanggung jawab untuk memupuk image berbeda tapi tetap bersatu. Image yang merugikan STAN itu harus dibersihkan oleh anda sendiri bukan oleh kami," ujarnya.
"[...] Harus satu rasa sebagai satu bangsa. Saya harap mahasiswa bisa bersama-sama membangun institusi yang betul-betul memiliki bobot yang luar biasa, ilmu, kompetensi, integritas, dan kebangsaan," lanjut Sri Mulyani.
Dikonfirmasi CNBC Indonesia, Ketua DPP IKANAS STAN Cris Kuntadi menjelaskan, mahasiswa/i dan alumni STAN adalah orang-orang yang sangat toleran. Hal itu terbukti dari begitu banyak alumni STAN yang bekerja di berbagai kementerian/lembaga tanpa ada gesekan yang berarti.
"Jika tidak toleran terhadap permasalahan yang melanggar integritas atau etika, kami pikir memang sudah seharusnya karena kami para mahasiswa/ STAN dididik untuk senantiasa menjaga dan merawat integritas," ujar Cris, Selasa (16/7/2019).
"Bahkan alumni yang bekerja pada lembaga legislatif, BUMN, swasta, dan lain-lain juga menunjukkan kinerja yang baik bahkan excellent. Sebut saja Helmy Yahya yang saat ini menjadi Dirut TVRI. Itu adalah contoh nyata betapa alumni STAN adalah orang yang menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme tanpa mengabaikan keberagaman/toleransi," lanjutnya.
Lebih lanjut, Cris mengatakan, apabila ada yang menganggap ada oknum mahasiswa/i maupun alumni yang tidak toleran, seharusnya langsung ditunjuk untuk bisa diperbaiki. Bukan sekadar menuduh intoleran tanpa mampu memperbaiki.
"Kita semua alumni.perguruan tinggi baik yang kedinasan maupun yang bukan adalah aset negara yang harus dijaga integritas, profesionalisme, dan toleransinya," kata Cris.
Sebelumnya kepada CNBC Indonesia, Senin (15/7/2019), Direktur PKN STAN Rahmadi Murwanto menjelaskan, yang dimaksud oleh Menteri Keuangan adalah perilaku beberapa alumni STAN. Perilaku tersebut meliputi stereotyping terhadap suku, agama maupun gender. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, ada pemaksaan pandangan-pandangan yang berbeda kepada orang lain.
"Hal ini menjadi perhatian Bu SMI karena lulusan kami sebagai ASN (aparatur sipil negara) seharusnya menjadi perekat bangsa, bukan orang-orang yang memunculkan gejala-gejala memecah belah," ujar Rahmadi.
"Sampai saat ini tidak ada aduan terhadap mahasiswa yang masih kuliah," lanjutnya.
Kendati dilakukan oleh oknum alumni, Rahmadi menilai masalah itu perlu ditangani hingga ke sumber, yaitu PKN STAN. Oleh karena itu, PKN STAN mengubah pola pembinaan di kampus untuk membuat civitas academica peduli akan hal itu.
"Untuk itu, Dies Natalis (PKN STAN) diperingati dengan tema: maknai perbedaan, jalin persatuan," kata Rahmadi.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/dru) Next Article Permintaan Sri Mulyani ke 'Anak STAN': Jangan Jadi Penghianat
Berbicara di hadapan ratusan mahasiswa dan mahasiswi STAN, Sri Mulyani mengaku sering mendapat komentar via akun media sosial pribadi terkait tingkah laku mahasiswa/i sekolah kedinasan itu.
![]() |
Dikonfirmasi CNBC Indonesia, Ketua DPP IKANAS STAN Cris Kuntadi menjelaskan, mahasiswa/i dan alumni STAN adalah orang-orang yang sangat toleran. Hal itu terbukti dari begitu banyak alumni STAN yang bekerja di berbagai kementerian/lembaga tanpa ada gesekan yang berarti.
"Jika tidak toleran terhadap permasalahan yang melanggar integritas atau etika, kami pikir memang sudah seharusnya karena kami para mahasiswa/ STAN dididik untuk senantiasa menjaga dan merawat integritas," ujar Cris, Selasa (16/7/2019).
"Bahkan alumni yang bekerja pada lembaga legislatif, BUMN, swasta, dan lain-lain juga menunjukkan kinerja yang baik bahkan excellent. Sebut saja Helmy Yahya yang saat ini menjadi Dirut TVRI. Itu adalah contoh nyata betapa alumni STAN adalah orang yang menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme tanpa mengabaikan keberagaman/toleransi," lanjutnya.
Lebih lanjut, Cris mengatakan, apabila ada yang menganggap ada oknum mahasiswa/i maupun alumni yang tidak toleran, seharusnya langsung ditunjuk untuk bisa diperbaiki. Bukan sekadar menuduh intoleran tanpa mampu memperbaiki.
"Kita semua alumni.perguruan tinggi baik yang kedinasan maupun yang bukan adalah aset negara yang harus dijaga integritas, profesionalisme, dan toleransinya," kata Cris.
Sebelumnya kepada CNBC Indonesia, Senin (15/7/2019), Direktur PKN STAN Rahmadi Murwanto menjelaskan, yang dimaksud oleh Menteri Keuangan adalah perilaku beberapa alumni STAN. Perilaku tersebut meliputi stereotyping terhadap suku, agama maupun gender. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, ada pemaksaan pandangan-pandangan yang berbeda kepada orang lain.
"Hal ini menjadi perhatian Bu SMI karena lulusan kami sebagai ASN (aparatur sipil negara) seharusnya menjadi perekat bangsa, bukan orang-orang yang memunculkan gejala-gejala memecah belah," ujar Rahmadi.
"Sampai saat ini tidak ada aduan terhadap mahasiswa yang masih kuliah," lanjutnya.
Kendati dilakukan oleh oknum alumni, Rahmadi menilai masalah itu perlu ditangani hingga ke sumber, yaitu PKN STAN. Oleh karena itu, PKN STAN mengubah pola pembinaan di kampus untuk membuat civitas academica peduli akan hal itu.
"Untuk itu, Dies Natalis (PKN STAN) diperingati dengan tema: maknai perbedaan, jalin persatuan," kata Rahmadi.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/dru) Next Article Permintaan Sri Mulyani ke 'Anak STAN': Jangan Jadi Penghianat
Most Popular