Sudah Berkali-kali Jokowi Tegur Menteri, Lebih Baik Diganti?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 July 2019 19:11
Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kesekian kalinya melontarkan kekecewaannya di hadapan pada menteri Kabinet Kerja
Foto: Presiden Jokowi Sambangi Kawasan Wisata Bunaken (Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kesekian kalinya melontarkan kekecewaannya di hadapan pada menteri Kabinet Kerja atas data-data ekonomi terkini.

Dengan nada pelan namun penuh penekanan, Jokowi meminta para menteri memperhatikan betul data-data yang menyebabkan neraca perdagangan masih terus mengalami defisit.

"Hati-hati terhadap ini. Neraca perdagangan kita Januari - Mei ada defisit US$ 2,14 miliar. Coba dicermati angka ini dari mana, kenapa impor jadi sangat tinggi? Kalau di detailkan lagi, migasnya ini naiknya gede sekali," tegas Jokowi.

Kekhawatiran Jokowi terbilang wajar, mengingat defisit migas kerap kali menjadi biang kerok defisit neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir. Pada Januari - Mei 2019, defisit migas mencapai US$ 3,75 miliar.

"Hati-hati di migas pak menteri ESDM yang berkaitan dengan ini. Bu menteri BUMN yang berkaitan dengan ini, karena yang paling banyak ada di situ," kata Jokowi.

Impor yang masih cukup tinggi, pun tak diimbangi dengan kinerja ekspor. Jokowi mengaku heran, lantaran kinerja ekspor domestik yang sampai saat ini belum menggeliat.

Bahkan, kepala negara tak segan menyebut akar masalah dari loyonya ekspor tak lepas dari kurangnya insentif yang diberikan pemerintah kepada para eksportir.

"Pemerintah semestinya memberikan insentif. Kalau hanya rutinitas dan tidak memberikan insentif untuk eksportir baik yang kecil, besar maupun sedang ataupun insentif-insentif," tegasnya.

"Yang berupa bunga misalnya, ya sulit untuk mereka bisa menembus baik ke pasar yang tadi saya sampaikan maupun pasar-pasar yang baru," jelasnya.

Defisir neraca perdagangan, hanyalah salah satu masalah perekonomian yang hingga saat ini belum teratasi. Jokowi dalam sidang kabinet hari ini pun ikut menyindir masalah investasi.

"Berkaitan dengan investasi, mungkin sudah berapa puluh kali kita sampaikan. Investasi yang berkaitan dengan ekspor, barang-barang subtitusi tutup mata berikan izin secepat-cepatnya," jelasnya.

"Semua hal seperti ini kalau kita hanya terbelit dengan rutinitas tapi kalau kita tidak berani melihat problem, kita akan sampai kapan pun kita tidak akan bisa mengatasi tantangan yang ada," tegasnya.

Persoalan ekspor, impor, dan investasi memang berkaitan langsung dengan angka transaksi berjalan yang masih mencatatkan defisit. Indikator tersebut, kerap kali dikeluhkan Jokowi di depan menteri Kabinet Kerja.

Neraca transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan devisa yang masuk dan keluar dari ekspor-impor barang dan jasa. Transaksi berjalan sendiri, merupakan salah satu fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar.

Apabila, defisit transaksi berjalan tak dapat diimbangi dengan pasokan devisa dari portofolio keuangan seperti hot money, maka neraca pembayaran Indonesia (NPI) pun bukan tidak mungkin bakal terjun bebas

Hal itu menandakan keseimbangan eksternal jomplang karena devisa yang keluar lebih banyak dibandingkan yang masuk. Kondisi ini tentu tidak baik bagi perekonomian domestik.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, ini kali ke empat Jokowi secara terang-terangan memperingatkan masalah CAD di depan publik. Kepala negara mengaku, sudah tak memiliki beban untuk menutupi masalah yang dihadapi Indonesia.

"Saya ngomong apa adanya. Saya udah enggak ada beban apa-apa," tegas Jokowi.


(dru) Next Article Gathering Jokowi & Kabinet Kerja: Lanjut atau Berpisah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular