
Pak Jokowi, Jujur Nih Ekonomi RI Paling Lesu di ASEAN!
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 July 2019 17:04

Transaksi Barang Lesu
Salah satu penyebabnya adalah komponen transaksi barang yang kurang bergairah. Senada dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), BI mengatakan bahwa Indonesia perlu untuk menggenjot kinerja industri manufaktur dalam negeri.
Pasalnya, sebagian besar barang-barang ekspor asal Indonesia masih berbentuk barang mentah. Buktinya, berdasarkan catatan BI, porsi barang hasil manufaktur terhadap total ekspor hanya 48% saja. Artinya, lebih dari separuh atau 52% komoditas ekspor Tanah Air adalah barang mentah.
Hal tersebut berkaitan dengan porsi manufaktur Indonesia terhadap PDB yang semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), porsi manufaktur terhadap PDB Indonesia terus mengalami tren penurunan setidaknya dalam 5 tahun terakhir.
Dampaknya, kinerja ekspor barang Indonesia jadi yang paling kecil dibanding negara-negara ASEAN. Bayangkan saja surplus transaksi barang Indonesia tahun 2017 hanya setara 1,9% PDB. Sementara Malaysia, Thailand, dan Vietnam masing-masing bisa setara 8,7%, 7,5%, dan 5,1% dari PDB.
Transaksi Jasa Hancur Lebur
Tidak hanya transaksi barang, transaksi jasa Indonesia pun juga lesu. Sebagai informasi, salah satu komponen penting dalam transaksi jasa adalah pariwisata/perjalanan.
Tercatat pada tahun 2017, transaksi jasa Indonesia membukukan defisit sebesar US$ 7,38 miliar atau setara 0,7% PDB.
Memang, dalam hal pertukaran jasa, Indonesia bukan yang paling parah. Pasalnya defisit transaksi jasa Malaysia dan Vietnam lebih dalam, yaitu setara 1,7% PDB. Namun dibandingkan Thailand, Indonesia jauh ketinggalan.
Thailand mampu membukukan surplus transaksi jasa senilai US$ 28,86 miliar atau setara 6,3% PDB di tahun 2017. Dibanding Indonesia seperti bumi dan langit.
Salah satu kunci keberhasilan Thailand adalah jasa pariwisata yang gemilang. Bagaimana tidak, neraca transaksi jasa Thailand pada tahun 2017 sudah lebih dari US$ 40 miliar.
Indonesia? US$ 4,8 miliar saja cukup.
Padahal kalau boleh dibilang, potensi pariwisata Indonesia jauh lebih melimpah. Pemerintah juga telah mencanangkan program destinasi wisata unggulan yang dikenal sebagai '10 bali baru'. Namun tampaknya belum cukup ampuh untuk menggenjot sektor pariwisata.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 >>>
(taa/dru)
Salah satu penyebabnya adalah komponen transaksi barang yang kurang bergairah. Senada dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), BI mengatakan bahwa Indonesia perlu untuk menggenjot kinerja industri manufaktur dalam negeri.
Pasalnya, sebagian besar barang-barang ekspor asal Indonesia masih berbentuk barang mentah. Buktinya, berdasarkan catatan BI, porsi barang hasil manufaktur terhadap total ekspor hanya 48% saja. Artinya, lebih dari separuh atau 52% komoditas ekspor Tanah Air adalah barang mentah.
Hal tersebut berkaitan dengan porsi manufaktur Indonesia terhadap PDB yang semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), porsi manufaktur terhadap PDB Indonesia terus mengalami tren penurunan setidaknya dalam 5 tahun terakhir.
Dampaknya, kinerja ekspor barang Indonesia jadi yang paling kecil dibanding negara-negara ASEAN. Bayangkan saja surplus transaksi barang Indonesia tahun 2017 hanya setara 1,9% PDB. Sementara Malaysia, Thailand, dan Vietnam masing-masing bisa setara 8,7%, 7,5%, dan 5,1% dari PDB.
![]() |
Transaksi Jasa Hancur Lebur
Tidak hanya transaksi barang, transaksi jasa Indonesia pun juga lesu. Sebagai informasi, salah satu komponen penting dalam transaksi jasa adalah pariwisata/perjalanan.
Tercatat pada tahun 2017, transaksi jasa Indonesia membukukan defisit sebesar US$ 7,38 miliar atau setara 0,7% PDB.
Memang, dalam hal pertukaran jasa, Indonesia bukan yang paling parah. Pasalnya defisit transaksi jasa Malaysia dan Vietnam lebih dalam, yaitu setara 1,7% PDB. Namun dibandingkan Thailand, Indonesia jauh ketinggalan.
Thailand mampu membukukan surplus transaksi jasa senilai US$ 28,86 miliar atau setara 6,3% PDB di tahun 2017. Dibanding Indonesia seperti bumi dan langit.
Salah satu kunci keberhasilan Thailand adalah jasa pariwisata yang gemilang. Bagaimana tidak, neraca transaksi jasa Thailand pada tahun 2017 sudah lebih dari US$ 40 miliar.
Indonesia? US$ 4,8 miliar saja cukup.
Padahal kalau boleh dibilang, potensi pariwisata Indonesia jauh lebih melimpah. Pemerintah juga telah mencanangkan program destinasi wisata unggulan yang dikenal sebagai '10 bali baru'. Namun tampaknya belum cukup ampuh untuk menggenjot sektor pariwisata.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 >>>
(taa/dru)
Next Page
Investasi Lesu dan Salah Orientasi
Pages
Most Popular