Lion Air Cs Berdarah-darah, Apa yang Jadi Biang Keroknya?
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 June 2019 15:58

Fluktuasi harga minyak yang masih terus terjadi bisa berpeluang membawa berkah pada kinerja maskapai penerbangan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang suram akibat adanya perang dagangan Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah mitranya telah menurunkan proyeksi permintaan minyak dunia. Pasokan pun berpotensi melimpah dan membuat harga minyak tertekan.
Saat ini rata-rata harga minyak Brent 2019 masih sebesar US$ 66,44/barel, atau lebih turun 7,3% dibanding 2018. Pun harga Brent tahun ini diprediksi akan berada di kisaran US$ 70/barel, atau sedikit berada di bawah rata-rata 2018.
Di dalam negeri tanda-tandanya juga sudah dapat dilihat. Berdasarkan data dari Pertamina Aviation, harga avtur yang dijual oleh Pertamina per 10 Juni 2019 secara rata-rata nasional sebesar Rp 9.700/liter. Harga tersebut sudah turun 4,12% dibandingkan posisinya pada Mei 2018.
Bahkan kondisi tersebut sudah dikombinasikan dengan peningkatan harga tiket pesawat yang cukup signifikan sejak pertengahan 2018. Hingga saat ini. Artinya maskapai punya peluang untuk mendapatkan keuntungan tahun ini.
Namun, industri penerbangan Tanah Air menghadapi permasalahan lain di samping harga minyak mentah global.
Adalah disparitas harga avtur di berbagai daerah yang masih sangat tinggi. Sebab melihat data perkembangan harga avtur, penurunan harga paling tinggi ada di daerah Jakarta, yaitu sekitar 6%. Sedangkan pada daerah-daerah lain, penurunan harga avtur hanya pada kisaran 4%.
Hal tersebut membuah disparitas harga avtur di Jakarta dan daerah lain semakin besar. Contohnya saja perbedaan antara Jakarta dan Palembang yang mencapai 16,78%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hoi)
Saat ini rata-rata harga minyak Brent 2019 masih sebesar US$ 66,44/barel, atau lebih turun 7,3% dibanding 2018. Pun harga Brent tahun ini diprediksi akan berada di kisaran US$ 70/barel, atau sedikit berada di bawah rata-rata 2018.
Bahkan kondisi tersebut sudah dikombinasikan dengan peningkatan harga tiket pesawat yang cukup signifikan sejak pertengahan 2018. Hingga saat ini. Artinya maskapai punya peluang untuk mendapatkan keuntungan tahun ini.
Namun, industri penerbangan Tanah Air menghadapi permasalahan lain di samping harga minyak mentah global.
Adalah disparitas harga avtur di berbagai daerah yang masih sangat tinggi. Sebab melihat data perkembangan harga avtur, penurunan harga paling tinggi ada di daerah Jakarta, yaitu sekitar 6%. Sedangkan pada daerah-daerah lain, penurunan harga avtur hanya pada kisaran 4%.
Hal tersebut membuah disparitas harga avtur di Jakarta dan daerah lain semakin besar. Contohnya saja perbedaan antara Jakarta dan Palembang yang mencapai 16,78%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hoi)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular