
Ekonomi Global Diprediksi Melambat, OJK: Tak Pengaruh ke RI
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
05 June 2019 16:46

Jakarta, CNBC Indonesia- Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global hingga 0,3% pada 2019, menjadi 2,6%. Padahal sebelumnya pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan mencapai 2,9%.
Meski demikian, revisi pertumbuhan ekonomi global dinilai tidak akan berdampak langsung ke Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan revisi pertumbuhan kemungkinan berpengaruh di negara maju, namun tidak di negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia. Pasalnya di Indonesia masih menitik beratkan pada konsumsi domestik.
Wimboh menilai pelemahan ekonomi global bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menjadi lebih menarik dan meningkatkan ekspor ke pasar-pasar non tradisional. Dia pun optimistis target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3% bisa tercapai, meski ada pelemahan secara global.
"Tidak perlu pesimis, yang penting bagaimana kita memanfaatkan momentum ini bagi indonesia. Kita bisa memperluas kesempatan ekspor dagang tidak hanya dengan China, tapi termasuk dengan Amerika Serikat (AS) dan negara lain," kata Wimboh di kediamannya, Rabu (05/06/2019).
Dia memaparkan, lesunya pertumbuhan ekonomi global salah satunya karena perang dagang tidak berkesudahan antara AS dan China. Banyak investor yang merespon perang dagang ini secara negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Apalagi Chna merupakan destinasi ekspor bahan mentah untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Untuk itu penting untuk mendorong diversifikasi ke pasar non tradisional dengan berbagai macam insetif. Meski Wimboh tidak merinci insentif apa saja yang efektif untuk mendorong ekspor. Saat ini pemerintah pun berupaya agar fasilitas GSP dari AS tidak diubah, sehingga bisa tetap berdampak signifikan bagi ekspor Indonesia.
"Kami juga menjaga bagaimana inflasi kita tetap rendah supaya tetap menarik bagi investor. Sambil kita juga menyasar pasar baru seperti Timur Tengah, atau bagian Eropa yang belum dikerjakan," ujarnya.
(dob/dob) Next Article Wimboh Santoso Lantik 15 Pejabat OJK Baru
Meski demikian, revisi pertumbuhan ekonomi global dinilai tidak akan berdampak langsung ke Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan revisi pertumbuhan kemungkinan berpengaruh di negara maju, namun tidak di negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia. Pasalnya di Indonesia masih menitik beratkan pada konsumsi domestik.
Wimboh menilai pelemahan ekonomi global bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menjadi lebih menarik dan meningkatkan ekspor ke pasar-pasar non tradisional. Dia pun optimistis target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3% bisa tercapai, meski ada pelemahan secara global.
"Tidak perlu pesimis, yang penting bagaimana kita memanfaatkan momentum ini bagi indonesia. Kita bisa memperluas kesempatan ekspor dagang tidak hanya dengan China, tapi termasuk dengan Amerika Serikat (AS) dan negara lain," kata Wimboh di kediamannya, Rabu (05/06/2019).
Dia memaparkan, lesunya pertumbuhan ekonomi global salah satunya karena perang dagang tidak berkesudahan antara AS dan China. Banyak investor yang merespon perang dagang ini secara negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Apalagi Chna merupakan destinasi ekspor bahan mentah untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Untuk itu penting untuk mendorong diversifikasi ke pasar non tradisional dengan berbagai macam insetif. Meski Wimboh tidak merinci insentif apa saja yang efektif untuk mendorong ekspor. Saat ini pemerintah pun berupaya agar fasilitas GSP dari AS tidak diubah, sehingga bisa tetap berdampak signifikan bagi ekspor Indonesia.
"Kami juga menjaga bagaimana inflasi kita tetap rendah supaya tetap menarik bagi investor. Sambil kita juga menyasar pasar baru seperti Timur Tengah, atau bagian Eropa yang belum dikerjakan," ujarnya.
(dob/dob) Next Article Wimboh Santoso Lantik 15 Pejabat OJK Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular