
Sri Mulyani Soal Ekspor Loyo: Kita Harus Waspada!
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
15 May 2019 16:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan pada April 2019 mencatatkan defisit hingga US$ 2,5 miliar. Impor menunjukkan penurunan secara year on year, namun penurunan ekspor justru lebih parah pada periode tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui loyonya ekspor menjadi biang kerok defisit neraca dagang.
"Kalau kita lihat dari komposisinya tentu ini sesuatu yang perlu kita untuk perhatikan," kata Sri Mulyani di Kantor ESDM, Rabu (15/5/2019).
"Walaupun impor kontraksi tetapi ekspor juga kontraksi lebih dalam lagi."
Menurut Sri Mulyani kondisi global juga menjadi faktor lemahnya ekspor. Situasi saat ini menurut Menkeu, tidak mudah.
"Jadi ini faktor dari ekspor yang sebetulnya mengalami pelemahan yang juga kita mesti waspada."
"Yang kedua dari sisi impor, kalau kita lihat untuk bahan baku dan barang modal juga perlu kita antisipasi terhadap industri yang menggunakan itu. Berarti nanti ini akan mempengaruhi growth kita ke depan. Sebetulnya signal ini menggambarkan bahwa ekonomi dunia memang mengalami situasi yang tidak mudah," papar Sri Mulyani.
Lebih jauh untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5% sudah seharusnya industri manufaktur tak bermasalah. Namun jika melihat komposisinya ekspor kali ini maka industri manufaktur mengalami tekanan yang cukup dalam.
"Ini tantangan yang tidak mudah bagi kita," tegas Menkeu.
(dru/dru) Next Article Neraca Dagang Surplus Tipis, Sri Mulyani: Faktor Musiman
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui loyonya ekspor menjadi biang kerok defisit neraca dagang.
"Kalau kita lihat dari komposisinya tentu ini sesuatu yang perlu kita untuk perhatikan," kata Sri Mulyani di Kantor ESDM, Rabu (15/5/2019).
Menurut Sri Mulyani kondisi global juga menjadi faktor lemahnya ekspor. Situasi saat ini menurut Menkeu, tidak mudah.
"Jadi ini faktor dari ekspor yang sebetulnya mengalami pelemahan yang juga kita mesti waspada."
"Yang kedua dari sisi impor, kalau kita lihat untuk bahan baku dan barang modal juga perlu kita antisipasi terhadap industri yang menggunakan itu. Berarti nanti ini akan mempengaruhi growth kita ke depan. Sebetulnya signal ini menggambarkan bahwa ekonomi dunia memang mengalami situasi yang tidak mudah," papar Sri Mulyani.
Lebih jauh untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5% sudah seharusnya industri manufaktur tak bermasalah. Namun jika melihat komposisinya ekspor kali ini maka industri manufaktur mengalami tekanan yang cukup dalam.
"Ini tantangan yang tidak mudah bagi kita," tegas Menkeu.
(dru/dru) Next Article Neraca Dagang Surplus Tipis, Sri Mulyani: Faktor Musiman
Most Popular