Pemilu 2019

Ungkap Data Internal: Prabowo-Sandi Klaim 54% Menang!

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
15 May 2019 04:31
Ungkap Data Internal: Prabowo-Sandi Klaim 54% Menang!
Foto: Prabowo Subianto di Hotel Grand Sahid Jaya (Ist Facebook)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laode Masihu Kamaluddin, Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional Capres-Cawapres Nomor Urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno mengungkapkan data hasil perhitungan yang dilakukan timnya.

Berdasarkan data Sistem Informasi Direktorat Satgas BPN Prabowo-Sandi perolehan suara berbasis C1 telah terkumpul dari 444.976 TPS atau 54,91% dari 810.329 TPS.

Jokowi-Maruf Amin memperoleh 44,14% suara atau 39.599.832 suara. Sedangkan Prabowo-Sandi 54,24% atau 48.657.483 suara.

"Angka ini bisa dipertanggungjawabkan secara akademik, sudah valid," kata Laode saat simposium 'Mengungkap Fakta Kecurangan Pemilu 2019" di Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa Malam (14/5/2019).



Padahal, berdasarkan situs penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jokowi mengantongi 56,25% suara atau 70.522.891 suara. Sementara Prabowo di 43,75% dengan perolehan 54.848.538. Selisih keduanya mencapai 15,67 juta suara untuk Pilpres 2019 ini.

Hingga pukul 19.00 WIB, Selasa (14/5/2019) perhitungan real count KPU ini sudah mencapai 81,85% dari total Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau 665.771 TPS dari total 813.350 TPS di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, dalam acara tersebut, BPN menghadirkan pakar-pakar yang mebeberkan dan mengklaim kecurangan.

HALAMAN SELANJUTNYA >> Prabowo: Demokrasi Diperkosa, KPU Khianati Rakyat




Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memberikan pidato penutup pada simposium 'Mengungkap Fakta Kecurangan Pemilu 2019" di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Dalam acara tersebut Prabowo menegaskan kembali bahwa demokrasi adalah jalan terbaik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

"Tetapi kita melihat dan merasakan, dan memiliki bukti, kita mengalami rekan-rekan kita, pejuang kita, kita mengalami pemerkosaan demokrasi di republik Indonesia," ujar Prabowo.

Atas dasar tersebut, tuturnya, Prabowo menegaskan dirinya telah memenangkan Pemilu Presiden 2019.  "Setelah kita memperhatikan dengan seksama dan mendengar dan meyakinkan diri kita, rakyat kita, bahwa kita telah memenangkan mandat dari rakyat," ujarnya.

"Kalau kita menyerah, berarti kita menyerah pada ketidakadilan itu artinya kita berkhianat pada negara, bangsa, rakyat. Kita berkhianat pada pendiri bangsa Indonesia. Itu artinya kita berkhianat pada puluhan ribu orang yang gugur mendirikan bangsa ini," ujarnya.

Soroti KPU

Prabowo juga menyerang KPU. Ia meminta KPU untuk berani menegakkan kebenaran dan menghentikan kebohongan.

"Sekarang nasib masa depan bangsa Indonesia ada di pundakmu (KPU). Kau yang harus memutuskan, kau yang harus memilih. Menegakkan kebenaran dan keadilan, demi keselamatan bangsa Indonesia, atau meneruskan kebohongan ketidakadilan dan berarti kau mengizikan penjajahan pada rakyat," ujar Prabowo dalam simposium "Mengungkap Fakta Kecurangan Pemilu 2019" di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Prabowo menegaskan bahwa Paslon nomor urut 02 akan menolak hasil perhitungan Pilpres 2019 yang curang.  "Kami tidak bisa menerima ketidakadilan dan ketidakbenaran dan ketidakjujuran," jelasnya.

HALAMAN BERIKUTNYA >>> Sandiaga Uno Ikut Berjuang Sampai Titik Akhir


Dalam pidatonya, Sandiaga Uno mengatakan terlalu banyak dugaan kecurangan Pemilu dan Pemilihan Presiden 2019 yang terjadi. Bahkan kecurangan tersebut, tuturnya dikawal oleh oknum pemerintah dan aparat keamanan.

"Masyarakat disuguhi banyak cerita banyak tsunami amplop politik uang yang dikawal aparat pemerintah rakyat sebagai pemilik kedaulatan terlena. Rakyat dipaksa memilih yang memberikan iming-iming uang," ujarnya.



Selain itu, Sandiaga menilai terlalu banyak permasalahan Pemilu 2019 yang tidak ditangani secara baik oleh KPU maupun pihak berwajib lainnya. Misalnya, DPT bermasalah, Kotak suara yang terbuat dari kertas yang rentan dirusak, dibobol, dan dibakar.

"Selain itu, ada 6,5 juta pemilihan yang tidak dapat undangan memilih, keterlambatan dan kekurangan logistik pemilu, dan intimidasi saksi di daerah tertentu, ujarnya.

Sandi juga mengalami langsung perlakukan yang tidak adil dalam masa kampanye.  Selain itu, dia menyebutkan upaya sistematis melemahkan suara oposisi, kriminalisasi ulama, penangkapan aktivis, pembentukan tim pemantau ucapan tokoh yang berseberangan dengan pemerintah.

"Ini vulgar yang memberangus demokrasi. Kita disuguhi parade hitung cepat, yang mengandung benturan conflict of interest, rakyat dipertontonkan kesalahan dalam quick count. Ironis, audit sistem tersebut tidak ditanggapi," ujarnya.

Di akhir Pidato, Sandi Uno mengajak seluruh pendukung Prabowo-Sandi untuk terus berjuang melawan kecurangan Pemilu hingga titik darah penghabisan.

"Kami mengajak untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Jaga kedaulatan rakyat," ujarnya.


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular